Ella Dan Emma adalah anak kembar dari sepasang keluarga terpandang yaitu Arkatama. Banyak dari orang orang yang merasa iri dengan keluarga yang terlihat cemara itu, padahal nyatanya salah satu dari anak mereka selalu disiksa baik fisik maupun batinnya. Namun setelah jiwa asing masuk keraga Emma justru semuanya terbongkar satu persatu dan kemudian menjadi rebutan dua pria yaitu kakak beradik, yang manakah salah satu dari mereka yang membuat Emma luluh? Baca kelanjutannya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Di hari yang cerah ini sekolah SMA Garuda, Emma mengalami insiden dengan laptopnya tumpah oleh minuman yang dibawa seseorang, Clara. Hal ini terjadi di tengah suasana ramai di kantin saat jam istirahat, menarik perhatian seluruh siswa yang ada di sana. Karena kejadian itu, Emma yang biasanya selalu diam dan tidak suka menjadi pusat perhatian, harus merasakan tumpahan air yang mengalir dari atas kepalanya.
Padahal ia mengira hari ini akan begitu tenang, mengingat pagi tadi ia berangkat tanpa adanya hambatan apapun itu. Tapi justru ia salah, ketika jam pelajaran pertama selesai ia menuju kantin untuk mengisi perutnya yang lapar.
Emma memesan satu porsi Ramen dengan teh es dimejanya, baru juga beberapa suap teh es miliknya sudah melayang begitu saja mengenai dirinya.
Emma menatap nyalang sang pelaku "apa maksud lo! " Ucap Emma
Clara berdecih, "gue masih dendam sama lo. Lo lupa kejadian kemarin? Dan ini sebagai gantinya, " Ucap Clara santai
Sementara Emma memperhatikan makanannya sudah tak bisa ia makan lagi. "Lo nggak takut dengan gue? Bisa aja kali ini lo mati di tangan gue, " Ucap Emma dingin membuat seluruh murid yang berada di kantin terdiam
"Lo bukan Tuhan yang bisa buat gue mati. Jadi jangan sok sok belagu deh, " Ucap Clara bersedekap dada
Emma tersenyum smirk. Pandangannya kembali menjadi datar dan sayu. " Gue memang bukan Tuhan, tapi gue dikirim Tuhan buat menyiksa diri lo sampai lo sendiri yang meminta ampun untuk kematian lo. " Emma berucap dengan nada pelan sambil berjalan perlahan
Syeet!
"Akhhh"
Kepala Clara sudah tertongak ke atas akibat tarikan yang dilakukan Emma pada kepalanya membuat semua murid melotot kaget. "Lepasin, sialan! " Rintihan Clara
"Lepasin? Tidak semudah itu. Lo datang datang dan langsung nyiram gue pake air, padahal gue udah diem aja, tapi seperti nya emang lo sendiri yang mencari gara gara dengan gue. Apakah peringatan kecil yang gue buat untuk lo masih belum cukup, hmm? " Bisikan Emma pelan pada telinga Clara yang mampu membuatnya sedikit merinding
Clara masih saja meringis akibat tarikan tangan Emma pada rambutnya kian menguat. "Apa maksud lo? " Ucapnya
"Maksud gue adalah. Gue orang yang udah buat keluarga lo jatuh miskin seperti saat ini. Dan lo tau kenapa lo masih bisa bersekolah disini, padahal lo udah jatuh miskin? Itu juga karena gue. Gue nggak mau mangsa gue lepas begitu saja, tapi untung nya hari ini lo datang sendiri ke gue, jika begitu maka baiklah. Tunggu nanti malam, aku akan menyiapkan kejutan untuk mu. " Setelah berkata demikian Emma pun menjauh dari Clara dan pergi meninggalkan kantin.
Deg!
Clara mematung setelah mendengar semua yang Emma katakan. Hei, dirinya tidak salah dengarkan? Emma barusan mengatakan bahwa ia lah pelaku yang membuat keluarganya jatuh miskin seperti saat ini. Jika demikian berarti dia jugalah yang memasang foto dimading, dan mengirim video tak senonoh nya pada sang ayah.
Lalu hadiah? Hadiah apa yang akan ia berikan padanya? Mendadak Clara menjadi merinding dan memutuskan untuk kembali ke kelasnya, kepergian Clara dan drama singkat itu disaksikan oleh seluruh murid dikantin termasuk Angelina dan Ella.
Semenjak pertemuan di caffe beberapa waktu yang lalu mereka menjauh dari Clara, karena mereka berdua tidak ingin tertimpa masalah seperti yang Clara alami tapi tak menutup kemungkinan mereka juga was was akan perkataan Clara yang terakhir waktu itu.
Sementara Clara sendiri tak ambil pusing dengan kedua teman yang menjauhi nya. Meskipun ia jatuh miskin tapi tak seorang pun yang tahu tentang latar belakang keluarganya yang membuat para siswa dan siswi tetap memiliki rasa takut padanya.
***
"Huh! Dasar manusia sampah. " Monolog Emma pada dirinya sendiri,
Usai dari kantin tadi, Emma memutuskan untuk menuju rooftop sekolah guna menenangkan pikiran nya. Ia menghembuskan asap rokok pada bibirnya dengan tenang.
Inilah kebiasaan Hanna asli yang tak bisa ia hentikan, meskipun ia berpindah tubuh tetap saja kebiasaan itu juga ikut terbawa. Jadi mau tak mau ia harus membuat tubuh Emma yang kini ia tempati tercandu nikotin.
Emma memikirkan apa yang semalam ia temukan. Ia baru saja menemukan sebuah fakta mengapa ibu Emma begitu membenci dirinya. Mengingat hal itu membuat Emma tak habis pikir akan jalan pikiran ibunya itu.
Flashback on
"Jangan bermain dijalan raya, adik. Bermainlah ditepi saja agar aman. " Ucap Emma kecil kepada kedua adiknya yang tengah asik bermain bola ditepi perkarangan rumah mereka.
Ella yang mendengar nya pun mengganguk dan lanjut bermain bersama adik kecilnya, Zafiero. Yang masih berusia 4 tahun, sementara Emma dan Ella berusia 5 tahun. Hanya terpaut 1 tahun saja bedanya.
Emma yang memang memiliki hobi membaca itu pun membawa kedua adiknya untuk bermain di perkarangan rumah sembari ia yang membaca buku. Meskipun usia nya baru 5 tahun setidaknya ia sudah bisa membaca meskipun masih mengeja.
Emma yang tengah asik berkutat pada bukunya itu dikejutkan dengan suara tabrakan yang begitu nyaring. Dimana ketika ia melihat kedepan ia terkejut melihat adik bungsu nya Zafiero tergeletak dengan bersimbah darah.
Disana terlihat dengan jelas Ella juga terluka tapi tidak separah Zafiero, dengan panik Emma berlari menghampiri keduanya. Sementara sang pelaku penabrakan itu justru kabur begitu saja.
Emma yang syok langsung saja berlari menuju satpam pos untuk meminta bantuan. Dan sialnya justru satpam itu sedang tidak berada di post. Mau tak mau Emma kembali kerumah dan memberitahu kan kepada kedua orang tuanya,
Sontak hal itu membuat keduanya menjadi panik seketika, singkatnya mereka langsung membawa Ella dan Zafiero menuju rumah sakit. Menunggu beberapa jam lamanya dokter keluar dan mengatakan jika Zafiero tidak bisa diselamatkan.
"Maaf, tapi kami sudah berusaha sebisa kami. " Ucap dokter itu yang membuat Laras dan tuan Gustaf lemah
"Tidak! Anakku, " Lirih Laras menangis terisak dipelukan sang suami.
Sementara Gustaf sendiri berusaha memeluk istrinya agar istri nya itu bisa tenang.
Namun bukannya tenang, Laras justru mengamuk pada Emma yang tengah terduduk lemah tak berdaya. "Kau! Dasar anak sialan! Anak pembawa sial! Bukan kah sudah aku katakan jaga adik mu ketika bermain, tapi kau justru malah membuat kedua anakku terluka, bahkan Zafiero harus pergi meninggalkan kita semua. Dan itu gara gara kau! Arghhh! Aku menyesal sudah menitipkan nya padamu. "Amuk laras mengila pada Emma.
" Sayang hentikan. Jangan berkata begitu pada Emma, ini sudah takdir nya. "Ucap Gustaf memeluk istrinya
" Tidak! Ini bukan takdir andai saja dia tidak fokus pada dirinya sendiri putraku tidak akan pergi. " Teriak Laras lagi
Sementara Emma terdiam. Anak yang berusia 5tahun itu bisa apa? Ia juga tidak ingin hal itu terjadi, namun apa boleh dikata. Tuhan justru mengambil adiknya untuk selama lamanya.
Tak sepenuhnya ini kesalahan nya, tapi Emma tetap saja menyalahkan dirinya jika adiknya pergi karena ulahnya yang terlalu fokus pada buku hingga tak menyadari jika kedua adiknya justru bermain hingga keluar dari perkarangan rumah, dan akhirnya tertabrak mobil yang kabur begitu saja.
"Maafin kakak, Zafiero. " Lirih Emma kecil menangis dalam diam.
Sementara Ella sendiri sudah diobati lukanya dan menatap kedua orang tuanya dan kakak kembar nya Emma dalam diam. Pandangan matanya kosong, hatinya sedikit terguncang mengingat kejadian beberapa saat yang lalu.
Disitu ia sudah mendengar kan dengan baik apa yang diucapkan oleh kakaknya, tapi ia justru asik bermain sendiri pada boneka miliknya dan yak menyadari jika Zafiero kecil berlari menuju pagar rumah mengejar bola miliknya yang bergelinding.
Zafiero hanya fokus pada bola nya dan tak menyadari jika ada mobil yang tengah melaju kencang dan "braakk" Tubuh Zafiero terpental jauh dengan darah mengalir deras.
Sementara Ella sendiri langsung berlari mengejar adiknya, namun ia justru juka ikut terserempet mobil itu dan mendapatkan beberapa luka pada bagian tubuhnya.
Emma pun melihat hal itu, sayangnya jarak nya dengan kedua adiknya begitu jauh hingga saat ia tiba mobil itupun sudah pergi meninggalkan tempat kejadian.
Flashback off
Semenjak kejadian itulah hubungan antara Laras, Ella dan Emma mulai renggang. Sementara sang ayah semakin gila bekerja mengingat tak ada lagi yang membuat dirinya semangat ketika pulang kerumah.
Bukan tak sayang dengan kedua anak perempuan nya, hanya saja Zafiero adalah anak laki laki yang begitu ia harapkan sekali pada waktu itu, namun Tuhan justru mengambilnya kembali. Sementara Laras sendiri sudah melakukan pengangkatan rahim karena penyakit yang dideritanya membuat ia tak bisa hamil kembali.
Laras yang membenci Emma, dan Ella yang mulai tak suka pada Emma karena Emma jauh lebih pintar dan cantik pada dirinya membuat Ella tak suka dan memusuhi kakak nya itu.
Emma samaa sekali tak menyadari hal itu semua, ia tak menyadari sama sekali jika sifat mereka semua berubah hanya karena masalah itu.
"Hanya masalah sepele sebenarnya, tapi kenapa mereka justru membenci Emma begitu sekali? Bukankah itu hal yang terlalu berlebihan? " Gumam Emma pada dirinya sendiri
"Nyokap lo dan adik lo membenci lo cuma karena kesalahan di masa lalu yang tidak disengaja sama sekali. Tapi nyokap lo justru membenci lo sampe sebegitu nya, dan Ella? Justru ia membenci lo karena lo, jauh lebih pintar ketimbang dirinya. Sedangkan bokap lo bersikap biasa saja dan mulai menerima semua kejadian beberapa tahun yang lalu, tapi meskipun begitu tak membuat bokap lo berada dirumah. Justru ia hanya gila kerja dan kerja setiap harinya. Gilak sih kalau kata gue mah ya. Nyokap lo ngebenci lo sampe sebegitu nya, bahkan lo sampe disiksa setiap hari, nggak dikasih uang bulanan. Sungguh tidak masuk di akal. "Gumam Emma pada dirinya sendiri
Ia tak habis pikir akan pola pikir orang tua Emma, hanya karena kejadian itu ia justru membenci anaknya sampai seperti itu, dan untuk Ella sendiri cuma karena iri dengan Emma karena Emma terlahir dengan otak pintar sementara dirinya terlahir dengan otak yang pas pasan.
"Dan mirisnya lagi, adik lo justru salah pergaulan dan melibatkan tubuhnya sudah di cicipi oleh pria tua bangka itu. " Emma sampai geleng geleng sendiri dengan fakta yang baru saja ia ketahui ini
Emma pun beranjak dari sofa nya dan meninggalkan rooftop itu, sebelum itu ia memakan permen mint agar aroma rokok tak terlalu terhirup oleh para murid ataupun para guru