Gimana perasaan kalian disaat ada seorang wanita, sedang berjuang mencari nafkah keluarga di negeri orang, harus menelan pil pahit mendengar kabar sang anak terlantar, sedangkan sang suami memilih menikah lagi dengan kekasih lama nya .
Penderitaan tak selesai begitu saja, ketika sang mantan suami memilih mengabaikan anak kandungnya, dan mencurahkan seluruh kasih sayang kepada sang anak tiri, Dia berusaha kuat dan bertahan demi sang buah hati, Di tengah gempuran rasa cemburu yang masih ada di hatinya, melihat kemesraan sang mantan yang dia lihat setiap hari.
Hingga kesedihan berangsur terobati dengan kehadiran sosok dokter, yang menangani sang anak saat itu, Kedekatan Dokter Nino dengan Devan bagikan ayah dan anak, membuat sang ayah kandung cemburu dan menaruh rasa iri dengan kehidupan sang mantan istri.
Next langsung baca bab bab selanjutnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ꧁ঔৣ☬Rmls☬ঔৣ꧂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulah Divan
Rumah sakit Wijaya group.
Di sebuah ruangan VVIP dengan penjagaan super ketat, kini Risa baru saja menyelesaikan kegiatan mandi paginya, dengan cepat dia keluar dari kamar mandi dan mendekat ke ranjang Nino, berharap sang pasien telah membuka matanya.
Namun sayang harapannya seketika pupus, ketika melihat Nino masih terlelap dengan nyaman nya, dengan pelan Risa mengelus puncak kepala pria yang telah mengutarakan cinta kepada nya itu.
Dia sangat bersyukur Nino tidak terluka terlalu parah, pria itu hanya mengalami memar di beberapa bagian tubuhnya, dan juga luka sobek di kulit bagian tangan.
Entah bagaimana itu terjadi, mengingat dan melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana brutal nya serangan Rama semalam, hingga dengan tega menghabisi paman dan sepupunya sendiri, dia tak terlalu menyalah kan Rama karena dia hanya berusaha membela telapak kaki surganya.
"Euhhhhh" lenguh Nino meringis kesakitan merasakan betapa sakit dan perihnya sekujur tubuh.
Risa dengan cepat memencet tombol informasi mencoba memanggil dokter untuk memeriksa, dan tak butuh waktu lama dokter pun datang dengan beberapa perawat di belakangnya.
Dengan teliti sang dokter memeriksa satu persatu bagian tubuh Nino, hingga akhirnya selesai dan menegaskan semua baik-baik saja, hanya saja pasien akan merasakan sedikit perih dan nyeri di bagian yang terluka.
"Sakit!!!!!!!!"Rintih Nino semakin menjadi, membuat sang dokter dengan cepat memberikan obat penangkal nyeri.
Risa pun juga tak kalah panik, wanita itu seolah ikut merasakan sakit, ketika tangan Nino meremas dengan kuat telapak tangan kanannya, buliran keringat mulai bercucuran membasahi seluruh wajah Nino, membuat Risa dengan cepat mengusap nya dengan tangan kiri.
Detik demi detik mulai berlaku, remasan tangan Nino mulai terlepas berganti dengan usapan jari-jari lembut sang dokter, wajah yang tadinya merah menahan kesakitan berubah menjadi tersenyum dan memandang lembut ke arah Risa.
"Apakah kamu baik-baik saja?"Tanya Risa mendadak takut melihat tatapan Nino, dia juga mengira bahwa sang dokter lupa mengecek syaraf Nino, yang mendadak berubah menakutkan.
"Aku baik-baik saja, apakah kamu juga baik-baik saja?"Tanya balik Nino masih dengan ekspresi yang sama.
"Nin please, jangan menatapku seperti itu aku takut" Ucap Risa membuat Nino tertawa dengan tingkah Risa yang menurut nya gemas itu.
"Hahahaha aku hanya bercanda, kamu jangan takut" Nino tertawa dengan lepasnya seolah lupa dengan rasa sakit yang baru saja dia dapatkan.
Risa yang tadinya takut menjadi senang melihat Nino tertawa, sepanjang malam Tante Maria telah menceritakan tentang hidup Nino, dari ditinggalkan sang mama hingga penghianatan sang papa yang memilih wanita lain.
Risa jadi teringat sang anak Divan, bagaimana jika dia tidak di beri umur panjang dan Divan jatuh ke tangan Dito, mungkin seperti Nino lah kelak kehidupan sang putra bahkan lebih buruk, ketika mengingat perlakuan sang ayah kandung dan nenek kakek nya.
"Hey kenapa kamu melamun, tadi hanya bercanda" Tegur Nino berubah kawatir melihat Risa melamun, dia berfikir Risa masih takut dengan tingkah iseng nya tadi.
"Apakah kamu mau makan?"Tanya Risa mencoba menyadarkan dan menetralkan wajahnya, dia tidak mau terlihat rapuh di hadapan Nino yang butuh support olehnya.
"Tidak, hanya saja aku sedikit risih dengan selimut ini, bisakah kamu menurunkan nya"Pinta Nino nampak risih dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya itu, sebenarnya dia ingin melakukannya sendiri namun apa daya, Kedua tangan nya terasa sakit saat akan di gerakkan.
Tanpa menunggu di perintah yang kedua kalinya, Risa dengan hati-hati menurunkan selimut itu hingga terlihat badan polos nan kekar milik Nino, nafasnya seketika sesak dengan detak jantung berdegup dengan kencang, Hasrat yang tak tersalurkan selama lima tahun meronta-ronta, ketika melihat ukiran otak nan apik dan menggugah selera itu.
"Apakah kamu mau menyentuh nya?"Goda Nino ketika melihat tatapan liar Risa memandang tubuh mulus nan sexy nya.
Tanpa sadar tangan itu menyentuh dan menari di atas dada dan perut idaman para wanita itu, tangan nya mulai naik dan menyentuh put*Ng pink di dada bidang sang pria, bagian tubuh itu bagaikan magnet tersendiri untuk sang wanita hingga tanpa sadar mencubit dan memainkan nya.
"Akhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh Tan aku gak Kuat!!!!" suara lenguhan berhasil membuat Risa tersadar dan menoleh ke wajah Nino, yang sudah nampak merah menahan hasrat.
.
.
.
.
.
Villa pribadi milik Rama.
Pagi yang seharusnya menjadi awal yang baik untuk memulai hari mendadak buyar, dengan tingkah konyol Divan yang membangun seisi rumah dengan sound sistem, bocah itu menyalakan sound dengan suara yang menggelegar, membuat kuping seisi villa seakan-akan mau pecah.
Rama yang masih terlelap dalam tidurnya langsung terlonjok, ketika lagu bintang kecil berubah genre menjadi rock, dengan cepat dia mengamankan sang baby dan memindahkan nya ke balkon, Rama pun segera turun dan memberitahu baby sitter untuk menjaga sang anak, sedangkan dia langsung melihat ke arah kekacauan berada.
Disana semua telah berkumpul dan melihat Divan dan Xelo berjoget ria, dan yang paling parahnya lagi kedua pria itu hanya memakai boxer mengekspose hampir semua bagian tubuhnya.
"Bintang kecillllll, alangkah indahnyaaaaaaa huaaaaaaaaa, joget uncleeeeeeeee" Nyanyi Divan dengan gaya rocker semakin memekakkan telinga pendengar nya.
Aneh nya semua orang tidak marah, mereka malah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah abstrak dua pria tampan itu, namun tidak dengan Rama sang tuan muda menghadiahi keduanya dengan tatapan tajam, hingga kerusuhan itu berhenti dan berubah menjadi hening.
"Divan yang ngajak" ucap Xelo dengan menundukkan kepala, dia langsung berubah menjadi korban saat ini.
Berbeda dengan Xelo, sang tersangka malah asik berbaring dengan susu di tangan nya, dan jangan lupa perut buncit yang terpampang nyata, membuat Xelo mendengus kesal dan ingin menendang pantat bocah itu.
"Divan"Panggil Rama menahan tawa melihat tingkah calon keponakannya itu, perutnya yang mengembang dan mengecil membuktikan betapa santainya dia saat ini.
"Yaaa"Jawab bocah dengan santainya seolah tak bersalah.
"Siapa yang suruh kamu bernyanyi di pagi buta seperti ini, kamu tau enggak kalau tindakan kamu merugikan orang lain, para pelayan dan pengawal itu capek seharian Divan, dan kamu dengan enak nya mengganggu jam istirahat nya, apa kamu tidak kasian?"Ucap Rama memberikan nasehat, kali ini dia mengubah wajahnya menjadi serius membuat sang bocah menundukkan kepala dan raut wajah bersalah .
"Sorry uncle" sebuah kata keluar dengan susah payah, sang bocah nampak berusaha keras menahan tangisnya.
"It's ok, jangan di ulangi yaa sini peluk uncle" ucap Rama segera di sambut dengan pelukan hangat Divan, tangisannya seketika pecah diiringi suara Isakan.
"Sorry uncle"
"Gak papa jangan di ulangi lagi yaa, ayok mandi uncle Rama Sama uncle Xelo anter sekolah" ucap Rama dengan lembut membuat Divan segera mendongakkan kepala.
"Beli mainan dulu Boleh?"Tanya Divan menunjukkan tatapan puppy eyes langsung di angguki oleh Rama.
"Yeahhhh Ivan mau beli lobot"
bersambung.
Jangan lupa like coment and favorit