NovelToon NovelToon
Dendam Membawa Bencana

Dendam Membawa Bencana

Status: tamat
Genre:Misteri / Desas-desus Villa / TKP / Tamat
Popularitas:943
Nilai: 5
Nama Author: Siti Gemini 75

Di desa kandri yang tenang, kedamaian terusik oleh dendam yang membara di hati Riani. karena dikhianati dan ditinggalkan oleh Anton, yang semula adalah sekutunya dalam membalas dendam pada keluarga Rahman, Riani kini merencanakan pembalasan yang lebih kejam dan licik.

Anton, yang terobsesi untuk menguasai keluarga Rahman melalui pernikahan dengan Dinda, putri mereka, diam-diam bekerja sama dengan Ki Sentanu, seorang dukun yang terkenal dengan ilmu hitamnya. Namun, Anton tidak menyadari bahwa Riani telah mengetahui pengkhianatannya dan kini bertekad untuk menghancurkan semua yang telah ia bangun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejujuran Bima

Setelah mendengar pengakuan Gita di kafe yang ramai di Jakarta, Maya merasa dunianya runtuh. Kata-kata Gita tentang Bima, Tiara, dan masa lalu yang disembunyikan, terus terngiang di benaknya. Ia tidak bisa berpikir jernih, tidak bisa makan, dan tidak bisa tidur. Ia merasa dikhianati oleh orang yang paling ia cintai.

Setelah beberapa hari bergelut dengan perasaannya, Maya memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian dan kebingungan. Ia harus menghadapi Bima dan mencari tahu kebenaran dari mulutnya sendiri.

Tanpa memberi tahu Bima, Maya memesan tiket pesawat ke Semarang, kota terdekat dengan Desa Kandri. Ia ingin melihat Bima dan keluarganya, dan mencari tahu sendiri bagaimana kehidupan Bima di desa itu. Ia ingin melihat apakah ada petunjuk tentang masa lalu Bima yang bisa membantunya memahami situasi ini.

Setibanya di Semarang, Maya menyewa mobil dan langsung menuju Desa Kandri. Perjalanan itu terasa sangat panjang dan melelahkan, tetapi Maya tidak peduli. Ia harus segera bertemu Bima dan mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan yang menghantuinya.

Saat mobil memasuki gerbang desa, Maya merasakan suasana yang berbeda dari Jakarta. Udara terasa lebih segar dan tenang, tetapi hatinya semakin berdebar kencang. Ia ingat bagaimana Bima selalu bercerita tentang keindahan desa ini, tentang sawah yang menghijau, sungai yang jernih, dan orang-orang yang ramah. Namun, sekarang desa ini terasa seperti tempat yang asing dan menakutkan.

Maya memarkir mobilnya di depan rumah Kirana, rumah yang selama ini ia kenal sebagai rumah keluarga Bima. Ia menarik napas dalam-dalam dan keluar dari mobil. Kakinya terasa berat saat melangkah menuju pintu.

Sebelum ia sempat mengetuk, pintu terbuka dan Bima muncul dengan wajah terkejut. "Maya? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan nada bingung.

Maya menatap Bima dengan tatapan yang tajam dan penuh dengan amarah. "Aku datang untuk mencari tahu kebenaran, Mas Bima," jawabnya dengan suara yang dingin. "Aku tahu tentang Gita. Aku tahu tentang Tiara."

Wajah Bima berubah pucat pasi. Ia tampak seperti orang yang tertangkap basah melakukan kesalahan besar. "Maya, aku bisa jelaskan," katanya dengan nada memohon.

"Jelaskan apa?" bentak Maya. "Jelaskan bagaimana kamu bisa menyembunyikan hal sebesar ini dariku selama bertahun-tahun? Jelaskan bagaimana kamu bisa berbohong padaku?"

Bima menarik Maya masuk ke dalam rumah. Ia menutup pintu.

"Maya, aku tahu aku salah," kata Bima. "Aku seharusnya memberitahumu tentang Gita dan Tiara sejak awal. Tapi, aku takut. Aku takut kamu akan meninggalkanku."

"Kenapa kamu tidak memberitahuku?" tanya Maya dengan suara yang bergetar. "Apa kamu tidak mempercayaiku? Apa kamu pikir aku tidak akan bisa menerima masa lalu mu?"

"Bukan begitu, Maya," jawab Bima. "Aku sangat mencintaimu. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku pikir jika aku memberitahumu tentang Gita dan Tiara, kamu akan membenciku dan meninggalkanku."

"Jadi, kamu lebih memilih untuk berbohong padaku?" tanya Maya dengan nada sinis. "Apa kamu pikir kebohongan itu akan membuatku lebih bahagia?"

Bima terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan Maya. Ia tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan besar. Ia telah menyakiti wanita yang paling ia cintai.

"Aku ingin tahu semuanya, Bima," kata Maya dengan suara yang tegas. "Aku ingin tahu tentang Gita, tentang Tiara, tentang masa lalumu. Aku ingin tahu kebenaran, semuanya. Jangan ada yang disembunyikan lagi."

Bima menghela napas panjang, tampak pasrah. Ia tahu bahwa tidak ada gunanya lagi menyembunyikan apa pun. Kebenaran telah terungkap, dan ia harus menghadapinya.

"Baiklah, Maya," kata Bima dengan suara yang lirih. "Aku akan menceritakan semuanya kepadamu. Tapi, berjanjilah padaku bahwa kamu akan mencoba untuk mengerti."

Maya tidak menjawab, tetapi tatapannya yang tajam dan penuh dengan tuntutan sudah cukup untuk membuat Bima mengerti bahwa ia harus jujur dan terbuka.

Bima mulai bercerita tentang masa lalunya dengan Gita. Ia menceritakan bagaimana mereka bertemu saat masih kuliah di Universitas Diponegoro di Semarang. Gita adalah seorang mahasiswi seni rupa yang cantik dan berbakat, sementara Bima adalah seorang mahasiswa teknik yang cerdas dan ambisius. Mereka saling jatuh cinta pada pandangan pertama dan menjalin hubungan yang serius.

"Gita adalah cinta pertamaku," kata Bima dengan nada melankolis. "Kami sangat bahagia saat itu. Kami merasa seperti dunia ini hanya milik kami berdua."

Bima menceritakan bagaimana mereka sering menghabiskan waktu bersama di kampus, di kafe-kafe di sekitar Semarang, atau di rumah Gita yang sederhana di pinggiran kota. Mereka saling mendukung dalam segala hal, saling berbagi mimpi dan harapan, dan saling mencintai dengan sepenuh hati. Bima juga menceritakan tentang tempat-tempat romantis yang sering mereka kunjungi di Semarang, seperti Lawang Sewu, Kota Lama, dan Pantai Marina.

Namun, kebahagiaan kami tidak berlangsung lama. Suatu hari, Gita memberitahu aku bahwa ia hamil. aku sangat terkejut mendengar berita itu, tetapi aku juga sangat senang. aku merasa harus bertanggung jawab atas Gita dan bayi yang dikandungnya.

"Aku sangat bahagia saat itu," kata Bima. "Aku merasa bahwa hidupku akhirnya memiliki tujuan yang jelas. Aku ingin menikahi Gita dan menjadi ayah yang baik untuk anak kami."

Namun, ketika aku memberitahu keluargaku tentang kehamilan Gita, mereka sangat marah dan kecewa. Mereka tidak menyetujui hubunganku dengan Gita karena Gita berasal dari keluarga yang sederhana dan tidak memiliki status sosial yang sama dengan mereka. Keluarga ku adalah keluarga terpandang di Desa Kandri, dengan tradisi yang kuat dan harapan yang tinggi untukku. Mereka ingin Bima menikahi wanita yang martabat nya seperti keluargaku yaitu kamu

Bima berhenti bercerita, menatap Maya dengan tatapan memohon. "Aku tahu, ini semua terdengar seperti alasan yang buruk," katanya dengan suara lirih. "Tapi, aku benar-benar terjebak saat itu. Aku tidak tahu harus berbuat apa."

Maya terdiam, mencerna setiap kata yang diucapkan Bima. Ia merasa marah, kecewa, dan bingung secara bersamaan. Ia tidak tahu apakah ia bisa mempercayai Bima, atau apakah ia hanya sedang mencoba memanipulasinya.

"Jadi, apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Maya, suaranya dingin dan tanpa emosi. "Apa yang terjadi pada Gita? Apa yang terjadi pada anakmu?"

Bima menghela napas panjang, tampak enggan untuk melanjutkan ceritanya. "Aku... aku akan menceritakan semuanya," katanya dengan suara yang bergetar. "Tapi, aku mohon, jangan langsung menghakimiku. Berikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya."

Maya menatap Bima dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tahu bahwa ia harus mendengar seluruh cerita Bima sebelum membuat keputusan apa pun. Tapi, ia juga tahu bahwa apa pun yang dikatakan Bima, kepercayaannya padanya telah hancur berkeping-keping.

"Baiklah, Bima," kata Maya akhirnya, suaranya pelan namun tegas. "Aku akan mendengarkan mu. Tapi, ingat, aku tidak berjanji akan memaafkan mu."

Dengan kata-kata itu, Maya duduk di sofa, bersiap untuk mendengar sisa cerita Bima. Cerita tentang masa lalu yang kelam, tentang cinta yang hilang, dan tentang rahasia yang telah menghantuinya selama bertahun-tahun. Maya tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi setelah malam ini.

Tentu, ini kelanjutan cerita yang bisa kamu gunakan:

Bima melanjutkan ceritanya dengan suara yang semakin lirih. Ia menceritakan bagaimana keluarganya memaksa ia untuk meninggalkan Gita. Mereka mengancam akan mencabut semua fasilitas dan dukungan finansial jika ia tetap bersikeras menikahi Gita. Bima merasa tertekan dan tidak berdaya. Di satu sisi, ia mencintai Gita dan ingin bertanggung jawab atas anak mereka. Di sisi lain, ia tidak ingin mengecewakan keluarganya dan kehilangan semua yang telah ia raih.

"Aku berada di persimpangan jalan, Maya," kata Bima dengan mata berkaca-kaca. "Aku merasa seperti orang yang paling bodoh dan pengecut di dunia ini."

Akhirnya, Bima memutuskan untuk mengikuti keinginan keluarganya. Ia meninggalkan Gita dan pergi ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah dan mengejar karirnya. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melupakan Gita dan masa lalunya.

"Aku tahu, ini adalah keputusan yang salah," kata Bima dengan nada menyesal. "Tapi, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi saat itu."

Maya terdiam, hatinya terasa perih mendengar cerita Bima. Ia bisa merasakan betapa sulitnya situasi yang dihadapi Bima saat itu. Namun, ia juga tidak bisa membenarkan keputusannya untuk meninggalkan Gita.

"Lalu, apa yang terjadi pada Gita?" tanya Maya dengan suara yang pelan.

Bima menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Maya. Ia menceritakan bagaimana Gita mengalami depresi dan kesulitan ekonomi setelah ditinggalkan olehku. Gita harus berjuang sendirian untuk membesarkan anaknya.

"Aku merasa sangat bersalah saat itu," kata Bima. "Aku tahu bahwa aku telah menghancurkan hidupnya."

Bima menceritakan bagaimana ia berusaha untuk mencari tahu kabar tentang Gita dan anaknya. Namun, keluarganya selalu menghalang-halanginya. Mereka tidak ingin Bima berhubungan lagi dengan Gita.

"Aku merasa seperti hidup di neraka," kata Bima. "Aku tidak bisa melupakan Gita dan anakku. Aku selalu merasa bersalah dan menyesal.

Cerita Bima dengan nada sedih.

Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya, Bima," kata Maya dengan suara yang pelan. "Aku tidak tahu apakah aku bisa memaafkanmu atau tidak.

Maya bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu. Ia ingin meninggalkan rumah itu secepat mungkin. Ia tidak ingin berada di dekat Bima lagi.

"Maya, tunggu!" teriak Bima. "Jangan pergi!"

Maya tidak menghiraukan panggilan Bima. Ia terus berjalan menuju pintu dan keluar dari rumah itu. Ia meninggalkan Bima sendirian di ruang tamu, dengan hati yang hancur dan penuh dengan penyesalan.

Saat Maya berjalan menuju mobilnya, air mata mulai mengalir di pipinya. Ia merasa bahwa hidupnya telah hancur berantakan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

***********

1
SitiGemini75
aku selalu update kok kak bahkan tidak cuma satu bab bahkan 4 bab
SitiGemini75
ya oke kak tunggu
Mari🧝‍♀️16
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
SitiGemini75: secepatnya kakak
total 1 replies
Donny Chandra
Bikin penasaran!
SitiGemini75: makasih ya kak
total 1 replies
StarJustStar
Thor, aku tunggu cerita selanjutnya, kasih kabar dong.
SitiGemini75: oke siap 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!