KEMBALINYA SANG LEGENDA

Retakan semakin besar cahaya yang keluar dari tubuh mahluk itupun semakin besar.

Mahluk itu sudah berhenti meraung, tubuhnya bergetar hebat.

Lu Sun yang masih berusaha menembus lapisan otak mahluk itu yang sangat tebal dan besar.

Tidak menyadari sama sekali perubahan yang terjadi di luar.

Akhirnya tubuh mahluk itu meledak hancur berkeping-keping, energi dahsyat yang ada dalam tubuh monster itu.

Melontarkan tubuh Lu Sun terpental keras keatas langit.

Bila orang biasa yang terkena ledakan ini tubuhnya pasti akan hancur berkeping-keping.

Untungnya Lu Sun selain di lindungi tenaga sakti dan chinya, struktur tubuhnya juga bukan struktur tubuh manusia biasa.

Sehingga ledakan ini hanya membuatnya terpental ke angkasa, tidak melukai nya sama sekali.

Lu Sun malah memanfaatkan situasi ini menyerap energi Chi di langit, dengan Xi Xing Ta Fa level 15.

Sampai tubuhnya penuh, baru perlahan-lahan dia melayang turun, sambil memperhatikan.

Situasi sekitar pulau dan lautan lepas, apakah kira-kira ada tempat singgah, atau kapal yang lewat atau apapun.

Yang bisa dia gunakan bersama Jane dan Mei Mei meninggalkan tempat ini.

Tapi sepanjang mata memandang, tidak ada apa-apa yang terlihat selain hamparan lautan biru, dan pulau yang saat ini dia tempati.

Setelah kembali mendarat, Lu Sun melihat sebuah batu berwarna merah biru sebesar kelereng mengeluarkan cahaya yang sangat terang.

Tergeletak di tempat bekas ledakan dahsyat mahluk raksasa yang di hadapi nya tadi.

Baru saja Lu Sun ingin melangkah mengambil benda itu, dari balik hutan muncul seorang pemuda bertubuh hitam legam, bergerak dengan gesit dan cepat dari balik hutan menyambar batu tersebut.

Kemudian berlari kembali memasuki hutan dengan cepat dan menghilang dari situ.

Lu Sun agak kecewa, sepasang harimau dan naga bertempur mati-matian memperebutkan mutiara.

Yang menuai hasil adalah seekor kucing pencuri sialan.

Lu Sun bisa saja mengejar dan menangkapnya dengan kemampuannya, hal itu tidak lah sulit.

Meski orang itu adalah penduduk setempat, dan mengetahui seluk-beluk hutan.

Sedangkan Lu Sun tidak, tapi itu bukan masalah dan halangan bagi Lu Sun bila dit ingin menangkapnya.

Hanya saja Lu Sun berpikir biarlah, dia lebih dulu mengambilnya, berarti benda itu berjodoh dengan nya.

Lagipula Lu Sun sendiri juga tidak tahu khasiat benda tersebut, adalah berkah atau malah membawa malapetaka buat dirinya.

Lu Sun akhirnya membalikkan badannya melesat kembali kearah air terjun, kemudian kembali ketempat puing-puing patung batu hitam berbentuk manusia.

Tapi di sana Lu Sun tidak menemukan apa-apa,

Lu Sun sambil berteriak memanggil nama Jane dan Mei Mei .

Dia terus melangkah menyusuri hutan yang mereka lewati sebelumnya, Lu Sun berjalan mengikuti jalan yang di buka dengan Hua Ci di saat dia memasuki hutan tadi.

Lu Sun bukan hanya tidak menemukan kedua gadis itu, bahkan suara sahutan mereka berdua pun tidak terdengar sama sekali.

Lu Sun semakin menyusuri jalan kembali hatinya semakin cemas, kemana kedua gadis itu pergi.

Apakah di terkam bintang buas, pikir Lu Sun dalam hati, tapi Lu Sun membantahnya sendiri.

Bila diterkam bintang buas pasti ada jejak darah dan potongan tubuh, ataupun pakaian mereka yang tertinggal.

Tapi saat ini tidak ada tanda-tanda apapun, mereka berdua bagai lenyap ditelan bumi saja.

Lu Sun terus berjalan dan mencari-cari, sampai akhirnya dia kembali ke pantai tempat mereka membakar ikan.

Di sana masih terlihat bekas api unggun yang sudah padam, tinggal gundukan abu saja.

Tapi kedua gadis tersebut tetap tidak terlihat hati Lu Sun mulai was-was.

Apa mereka di tangkap orang hitam legam penduduk pulau ini, tanya Lu Sun dalam hatinya.

Hal itu bisa jadi, karena saat pertempuran Lu Sun dan mahluk itu terjadi, mereka juga ada di sana.

Hutan dan pulau ini begitu luas, lewat udara juga sulit karena hutan tertutup dengan pohon yang sangat lebat dan rimbun.

Tidak bisa melihat sampai kebawah, karena tertutup oleh pepohonan yang lebat dan rimbun.

Lu Sun mulai panik dan meremas rambut pendek di kepala, dengan kedua tangannya.

Lu Sun mencoba bersikap tenang sambil menarik dan membuang nafas.

Yang Lu Sun khawatirkan adalah saat ditemukan, kedua gadis itu telah di lukai oleh manusia primitif itu.

Bila hal itu terjadi, Lu Sun sungguh merasa bersalah, semua usaha menyelamatkan mereka juga menjadi sia-sia.

Lu Sun akhirnya memutuskan terbang dengan Jin Tou Yun mengelilingi pulau.

Setelah berkeliling pulau dua kali, bukan hanya kedua gadis itu yang hilang, bahkan kulit harimau yang di jemurnya juga ikut lenyap.

Lu Sun mulai marah, dan mengutuki para manusia hitam itu.

"Awas kalau sampai kalian berani menganggu Jane dan Mei Mei, aku akan memusnahkan kalian semua berikut pulau sialan ini."

"Dasar kucing pencuri sialan, awas kalian tunggu saja pembalasan dari ku."

ucap Lu Sun dengan penuh kekesalan.

Lu Sun jadi teringat kejadian Siau Ching yang di aniaya oleh Siluman berkepala serigala bertubuh gorila.

Kedua matanya menjadi merah dan beringas, seluruh tubuhnya di selimuti aura naga yang menyeramkan.

Saat Lu Sun melangkah memasuki hutan, semua Mahluk di dalam hutan itu berlarian menjauhi Lu Sun.

Insting bertahan hidup mereka memberitahu agar bergerak secepatnya menghindari Lu Sun.

Lu Sun berkelebatan ringan dari satu pohon ke satu pohon dengan sangat cepat, sambil memasang mata dan telinga nya yang tajam.

Lu Sun terus berdoa agar secepatnya menemukan kedua gadis itu, sebelum terjadi apa-apa dengan diri mereka berdua

Akhirnya sayup-sayup Lu Sun mulai mendengar suara jeritan ketakutan Wanita.

Itu pasti Jane dan Mei Mei pikir Lu Sun, Lu Sun segera mengikuti asal suara tersebut berkelebatan cepat menuju kearah asal suara.

Selain suara jeritan wanita yang ketakutan, Lu Sun juga mendengar suara nyanyian dan gendang yang terus di pukul bertalu-talu.

Seperti sedang di adakan acara atau upacara kepercayaan.

Akhirnya Lu Sun berhasil tiba ditempat itu, bersembunyi dibalik sebuah pohon besar yang tinggi dan berdaun lebat.

Lu Sun memperhatikan situasi ditempat itu, yang sangat ramai.

Di bawah penerangan api obor yang jumlahnya sangat banyak mengelilingi tempat tersebut.

Sehingga terlihat terang benderang, ratusan orang berkulit hitam seperti arang berambut keriting.

Mereka semua menari-nari dan menyanyi dengan tubuh telanjang tanpa busana baik pria maupun wanita.

Yang membuat Lu Sun menatap dengan terbelalak dan penuh kemarahan adalah, situasi ditengah lapangan.

Di mana terlihat seorang pria berusia 50 an memakai topi bulu burung, sedang menari-nari.