Amila Pranadja adalah anak ketiga dari pasangan terkenal Amora dan Dion Pranadja. Di usianya yang masih muda, ia harus menangani bisnis hotel keluarganya. Bahkan ia pun sudah mandiri dengan tinggal di salah satu rumah milik keluarganya.
Kesibukan Amila dengan bisnis, membuatnya melupakan masalah pribadinya terutama soal pasangan hingga membuat orang tuanya khawatir.
Suatu saat ia bertemu dengan pria berkebangsaan Inggris bernama Louis. Pria itu adalah teman dari kakak iparnya Veronica Jukler.
Pada pandangan pertama, Louis langsung jatuh cinta pada Amila. Namun tidak dengan wanita itu, ia justru berusaha menjauhi Louis karena tak ingin menjalin hubungan dengan pria berkewarganegaraan asing.
Lika liku cinta mereka akan menjadi hal menarik karena Louis akhirnya berinvestasi pada bisnis Novotel, yang membuatnya harus terus kembali ke Indonesia. Investasi yang Louis lakukan salah satu alasannya adalah Amila.
Akankah cinta mereka terwujud...???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Kevin dan putranya tiba di rumah Louis, mereka segera masuk setelah di sambut pak Sarman. Tentu saja keduanya langsung mencari Veronica.
"Sayang..." panggil Kevin mencari istrinya.
"Aku di ruang makan." jawab Veronica sedikit mengeraskan suaranya.
Kevin segera menuju ruang makan, ia menatap istrinya yang sibuk menyiapkan makan siang untuk yang lainnya.
"Kau sudah datang."
"Mommy..." ucap Nathan menggemaskan.
"Tunggu sebentar mama mau cuci tangan dulu." ujar Veronica pada putranya.
"Mommy... mommy..." Nathan mulai tak sabar.
Veronica segera mencuci tangannya lalu kembali menemui Nathan seraya mengambilnya dari gendongan Kevin. Seketika Nathan menenggelamkan wajahnya di dada Veronica untuk memanjakan dirinya.
"Aku hampir membuka rahasia pada Amila." ujar Kevin.
Veronica terkejut. "Kau bertemu dengannya?" tanyanya.
"Bukan bertemu, lebih tepatnya ia datang ke rumah mencari kita." jawab Kevin.
Kali ini Veronica membelalakkan matanya. "Bukankah ia tak boleh keluar dari rumah oleh mami."
"Sepertinya gadis itu kabur dengan supir."
"Astaga, apa yang ia lakukan?"
"Galau tingkat dewa atau sindrom calon pengantin." ejek Kevin seraya terkekeh.
"Berhentilah bercanda sayang, apa sebenarnya yang ia katakan padamu."
"Aku tidak sedang bercanda sayang. Amila memang sedang galau, ia menyesal membuat Louis marah. Tapi tentu saja harga diri seorang Pranadja menurun padanya." jawab Kevin.
"Ckckck... Lalu?"
"Ia menanyakan kemana kita pergi."
"Lalu?"
"Ya tentu saja aku bisa membuatnya pulang setelah berpura pura menghubungi mami. Ya Tuhan sayang, kenapa aku harus membohongi adikku sendiri demi pria itu."
"Pria yang kau maksud itu adalah calon adik iparmu."
Kevin mengumpat karena tak bisa memungkiri kenyataan itu.
"Untunglah kau bisa lepas dari Ami." sambung Veronica. "Aku bukan mendukung kebohongan sayang, tapi biarkan Louis dan Amila yang menyelesaikan masalah mereka."
"Terserahlah, apa aku pernah menang berdebat denganmu." ujar Kevin kesal.
"Kau bisa menang, tapi jangan harap..."
"Hentikan ancaman itu sayang, aku tak akan sanggup. Dimana mereka semua, makananmu bisa dingin." ujar Kevin.
"Sepertinya kau yang sudah tak tahan ingin menyantap makanan itu." ejek Veronica.
Kevin mengakui dengan menganggukkan kepalanya. "Masakan mami dan juga masakanmu adalah favoritku."
"Aku tahu itu. Tunggulah disini, aku akan memanggil mereka semua."
"Biarkan aku yang menggendong Nathan." pinta Kevin.
Tapi tanpa di duga putra mereka menolak, Nathan mengeratkan pelukannya pada Veronica karena tak ingin dipindahkan ke tangan Kevin.
"Hei jagoanku, kau berkhianat setelah bertemu dengan mamamu." kata Kevin berpura pura kesal.
"Mommy... mommy..." jawab Nathan.
Kevin akhirnya terkekeh. "Baiklah kali ini aku membiarkanmu berkhianat, tapi ingat mamamu juga milik papa."
Veronica menginjak kaki Kevin. "Kau sudah gila berbicara seperti itu pada putramu." bisiknya.
Kevin meringis kesakitan namun tergelak setelah mendengar ucapan istrinya. Veronica menggelengkan kepalanya lalu meninggalkan Kevin untuk mencari yang lain.
*****
Semua tamu yang datang sudah berkumpul di ruang makan. Mereka mulai makan siang bersama, Troy dan istrinya tak henti hentinya memuji masakan Veronica. Begitu juga dengan Hilton dan Celine yang sudah merindukan masakan mantan chef mereka.
Louis tiba tiba terlihat murung membuat yang lain saling bertatapan.
"Apa kau mulai memiliki sindrom calon pengantin Louis?" ejek Veronica.
Louis membuyarkan lamunannya. "Kau bilang apa Vero?"
"Kau melamun terlalu jauh tuan." jawab Veronica.
"Aku harus bicara dengan Amila, aku benar benar merindukannya." kata Louis.
"Bawa calon istrimu kemari Louis." pinta Claire.
Sulit sekali untuk Louis menjawab ucapan ibunya. Ia masih keras kepala soal hubungannya dengan kedua orang yang ada di hadapannya. Kevin berbicara untuk memecah kecanggungan itu.
"Kau tak bisa bertemu dengannya Louis, adat kami namanya memingit calon pengantin." ujar Kevin.
"Apa itu memingit?" tanya Louis.
"Intinya kalian tak boleh bertemu dan pergi pergi jauh sampai hari H." jawab Kevin.
"Hubungi saja Amila lewat telepon. Aku yakin ia sedang menunggu kabarmu." sahut Veronica.
"Aku lebih puas jika berbicara dengannya langsung." kata Louis sambil menghela nafasnya. "Tapi ya sudahlah, aku akan menghubunginya saja." sambungnya.
"Itu lebih baik, apa kau akan mengadakan pesta pria lajang?" tanya Kevin.
Louis menggelengkan kepalanya. "Lupakan saja acara itu, aku bahkan tidak punya teman selain kalian disini."
"Aku bisa membantumu untuk mencari orang yang mau ikut ke pesta." ujar Veronica.
"Tidak... Aku benar benar lelah. Hanya tinggal 2 hari lagi pernikahanku. Aku butuh istirahat Vero." jawab Louis.
"Baiklah jika kau tak inginkan itu kita bisa melewatinya." ujar Kevin. Ia mendekati Veronica lalu membisikkan sesuatu. Veronica menganggukkan kepalanya. "Kami akan langsung ke rumah besar Pranadja, kami punya niat untuk membawa mereka." sambungnya.
Louis mengerutkan keningnya. "Mereka?"
"Semuanya kecuali kau." jawab Veronica.
Louis menggelengkan kepalanya. "Kalian bisa membawa Hilton dan Celine tapi tidak dengan yang lain. Ayolah, aku ingin memberi kejutan pada Amila di hari pernikahan kami."
"Jadi maksudmu, kau akan terus merahasiakan kedatangan mereka sampai hari H?" tanya Kevin.
"Lalu dari awal kejutan apa yang aku katakan kalau bukan seperti itu." jawab Louis.
"Oh baiklah, kalau begitu. Om, tante kalian beristirahatlah dengan baik. Kita akan bertemu lagi dua hari ke depan." ujar Kevin.
"Tidak suamiku, aku akan menemui mereka besok untuk menyiapkan pakaian untuk pesta." sahut Veronica.
"Aku hampir melupakan itu, baiklah sayang tapi mungkin kau akan bersama supir karena aku memiliki banyak pekerjaan di Novotel." jawab Kevin.
"Tak masalah. Baiklah, kita lanjutkan lagi makannya. Hilton, Celine setelah ini kita akan bertemu dengan keluarga besar Pranadja. Dan om, tante seperti permintaan Louis, kalian akan tetap disini untuk membantunya memberi kejutan pada menantu kalian." ujar Veronica.
Louis menatap tajam Veronica, ia tak suka jika Veronica mengatakan hal itu seolah-olah keduanya benar-benar orang tua kandungnya. Tapi tatapan tajam Louis tak dihiraukan Veronica, mereka pun kembali melanjutkan makannya.
Setengah jam kemudian...
Kevin dan Veronica berpamitan pada mereka. Tentu saja Hilton dan Celine mengikuti mereka. Terlihat jelas ada keinginan yang kuat dari wajah Claire Vuitton untuk segera bertemu dengan menantunya. Veronica mendekati wanita tua itu.
"Menantumu sangat cantik dan baik hati, ialah yang meminta Louis membawa kalian kemari. Jadi bersabarlah sampai lusa." bisik Veronica.
Wajah Claire berubah, ia terlihat lebih senang setelah mendengar ucapan dari Veronica.
"Baiklah, sudah waktunya kami pulang. Om, tante beristirahatlah." ujar Kevin.
Troy dan Claire Vuitton menganggukkan kepala mereka. Setelah Kevin dan Veronica pergi, keduanya kembali masuk ke dalam rumah. Sedangkan Louis justru menuju taman indahnya untuk menghubungi calon istrinya.
Hari semakin siang, sebelum Louis menghubungi Amila, ia berkeliling terlebih dahulu di taman. Melihat bunga bunga yang bermekaran dan berkali kali mengecek keadaan tanaman yang diurus oleh pak Sarman. Setelah ia puas, ia pun duduk di kursi taman sambil merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya.
Louis sangat ragu karena Amila masih marah padanya, tapi rasa kerinduannya begitu kuat hingga tak mampu lagi untuk ia tahan. Ia benar-benar ingin memeluk wanita itu tapi seperti yang Kevin katakan, mereka tak bisa bertemu karena adat yang dilakukan keluarga Pranadja. Louis menatap wallpaper ponselnya yang terpampang wajah cantik Amila. Sejak mereka menjadi sepasang kekasih, Louis selalu menggunakan foto Amila di wallpaper ponselnya. Itu ia lakukan karena selalu merindukan wanita itu.
*****
Ditunggu crazy up...
Happy Reading All...😘😘😘
Love You
sukses dan sehat terus untuk Miss 🤗🤗🤗