" Hidup memang harus berani, berani pergi dari sesuatu yang tak pantas untuk di tinggali.
kisah Ana wanita paruh baya yang terpaksa menjadi tenaga kerja wanita(TKW) demi masa depan Anak-anaknya dan juga perjuangannya terlepas dari suami patriaki.
Ana yang selalu gagal dalam rumah tangga merasa dirinya tak layak di cintai sampai dia bertemu dengan laki-laki bernama Huang Lhi yang juga majikan tempatnya bekerja. Namun kisah cinta Ana dan Lhi tak semulus drama perbedaan kasta menjadi penghalang utama. bagaimana kisah mereka? Bisakah Ana mendapatkan cinta sejati? Kemana Akhir akan membawa kisah mereka?
Malam berakhir dengan gemerlap bintang-bintang dan bunga-bunga yang bermekaran mengantarkan pada mimpi yang menjanjikan sebuah harapan. Malam ini Ana lupa akan traumanya bunga di hatinya memaksa bersemi mesti tak pasti akankah tumbuh atau kembali layu dan mati.
ikuti terus kisah Ana dan jangan lupa dukungannya ....
terimakasih .. Update setiap hari, No libur kecuali mati lampu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IbuAnna30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Risol dan Bakwan jagung
Ana sudah nampak sibuk sejak kepulangannya dari pasar setengah jam yang lalu, berbagai bahan makanan mengantri di meja untuk di eksekusi. Dapur memang lebih riuh sejak dia yang memegang. Ada saja gebrakan dadakan dari sang majikan.
Biasanya kalau ada acara main mahyong Ny. Huang akan memberi tahu 2 hari sebelumnya atau minimal 1 hari sebelum nya,Tapi kali ini semua mendadak di tambah di juga harus menyiapkan makan siang untuk semua karyawan yang memang sudah jadi pekerjaannya menjadikan Ana bak kitiran.
Tika turut sibuk si dapur sedang Citra masih belum selesai dengan pekerjaannya membantu Āyí mengganti sprei semua kamar, termasuk membersihkan 2 kamar majikannya yang besok tiba, Tika di beri tugas mengupas kentang dan wortel untuk isian risol si primadona tiap kali acara mahyong di adakan di rumah itu, sedang Ana berkutat dengan ayam dan beberapa sayuran. 4 mata kompor yang ada di dapur dia nyalakan bersamaan.
''Kak An udah kaya koki bener." Seru Tika yang dengan santai duduk di lantai dengan tumpukan wortel dan kentang di hadapannya.
"Harus cepet, Tik biar selesai tepat waktu." Sahut Ana.
"Emang biasanya juga repot kaya gini ya, kak," tanyanya. Ini hari pertama Tika dan langsung ada gebrakan di meja dapur Ana.
"Kalau nggak ada acara mahyong yaa nggak seberapa repot, cuma nyiapin makan siang aja." Jawab Ana yang sudah siap dengan kotak-kotak nasi di depannya.
Tinggal menunggu ayam kecapnya dan semua siap di kemas.
"Karyawannya banyak ya, kak?" Tanya Tika.
"Kalo yang di rumah cuma kita-kita, paling ketambahan suami nya Āyì Ling, kalo karyawan pabrik nya ada 15 orangan ," jawab Ana yang sudah mulai mengemas kotak-kotak makan siang satu persatu.
"Berarti kak An setiap hari masak sebanyak itu," sahut Tika
Ana mengangguk pelan, sebelum tersenyum singkat saat mendengar sapaan khas dari seseorang, Azhuang salah satu karyawan pabrik milik keluaga Huang.
"Apa kabar, kak?" Selalu itu yang pertama kali Azhuang ucapkan dengan logat khas nya. "Kak An ada kiriman ini buat kak An sama karyawan di rumah." Lanjut Azhuang sembari meletakkan beberapa gelas es boba di meja.
"Habis gajian kamu kok traktir banyak bener," sambut Ana.
"Bukan aku yang beli, kak tapi boss." Sahut Azhuang.
"Siapa!" Citra yang baru turun dengan terhuyung berlari penuh semangat saat mendengar bukan es boba nya tapi perihal pengirimnya.
"Bos" tegas Azhuang.
Ana mengumpat dalam hati, " habis kali ini aku " masih dengan kesibukannya menyiapkan kotak nasi Ana sedikit tak merespon tentang es boba, di samping itu dia juga tak seberapa suka.
"Wah boba dengan cinta manisnya memang beda," celetuk Citra yang sudah lebih dulu mengambil satu gelas di susul Tika yang juga sudah memegang satu gelas .
Tapi zhuang kamu bilang ke bos mu ngirimin nya jangan cuma es boba, buat aku sama Tika sih nggak apa-apa, tapi sang wanita idamannya nggak suka es boba," oceh Citra yang langsung mendapat pelototan mata dari Ana.
Azhuang menggaruk kepala tanda tak mengerti, "maksutnya?" Sahut nya kemudian.
"Belikan satu gelas es lemon tea atau es lemon saja tanpa gula untuk Ana dia tidak suka manis," timpal Āyí yang tiba-tiba juga turut bergabung,
Selanjut nya habislah Ana jadi bahan gibahan mereka, bukan gibahan tapi terang-terangan jadi bahan ledekan.
"Hatinya kak An udah penuh bunga dan madu cinta jadi udah nggak butuh yang manis-manis lagi," celetuk Citra
" jadi udah go publik." Sambung Azhuang yang baru sadar kemana arah pembicaraan mereka.
"Kamu tidak tau Zhuang tadi malam syuting drama nya, behh kalau kamu ada di sini pasti ikut meleleh," timpal Citra semakin bersemangat.
''Serius?" Azhuang dengan mulut lemes ala emak-emaknya semakin menanggapi.
Sedang Ana semakin mempercepat pekerjaannya agar laki-laki yang sama saja dengan 3 rekan kerjanya cepat pergi.
"Azhuang udah beres nih kotak makan siang nya, udah sana cepet pergi," usir Ana.
"Cepet bawa ke pabrik Zhuang nanti keburu dingin bekal untuk ayang, tandain yang ada aroma-aroma cintanya berarti buat ayang," celetuk Citra lagi yang berhasil mendapat satu lemparan wortel dari Ana.
Mereka pun kemudian terkekeh selain Ana yang masih mengumpat antara malu dan emosi ah tidak hanya malu menjadi bahan ledekan begitu. Jauh dari rasa malu sebenarnya ada rasa takut, takut jika ini sebuah kesalahan.
Selepas kepergian Azhuang candaan tentang dirinya masih saja berselentingan, ingin rasanya dia menyumpal mulut Tika dan Citra dengan risol panas. Sampai acara mahyong dan makan malam selesai pun gosip itu masih sesekali terulangi.
Ana mengakhiri hari yang melelahkan dengan duduk di bangku taman seperti biasa. Memandang Aidar yang ada di sebrang panggilan vidio. Si kecil nya itu sudah pintar di tanya-tanya, Ana tertawa lepas saat Aidar dengan lancar mengatakan ''ibu ku kerja, cari duit buat beli susu" dengan suara cadel khas bayi baru belajar bicara. Membuat lelah hati dan badannya hilang seketika.
Tawanya masih menggantung saat panggilan sudah berakhir di sambung membalas chat dari si sulung yang melaporan tentang biaya praktek yang kembali harus di keluarkan, pun si nomor 2 Raka yang juga butuh biaya untuk membeli beberapa buku.
Sebenarnya baik Danu maupun Raka tinggal mengatakan pada mbak Asih karena uang untuk mereka mbak Asih yang simpan, tapi sudah jadi kebiasaan sebelum mereka ke tempat bude nya pasti minta persetujuan ibunya terlebih dahulu, meski jawaban Ana sudah pasti "iya."
Ana masih sibuk dengan ponselnya saat satu sentuhan di pundak mengejutkannya.
Tawanya kembali pecah melihat sosok di depan nya, Huang Andi.
"Wah, Cit drama Cina kita kayanya mau masuk episode konflik deh," seru Tika yang ngintip dari balik pintu.
Citra yang baru selesai mandi turut bergabung dengan penasaran, "lha ini mah CLBK, Tik. Waduh makin seru ini." Sahut Citra.
"Emang itu siapa?" Tanya Tika yang memang belum pernah melihat Andi .
"Ko andi." Jawab Citra singkat.
Sedang satu pria yang berdiri di balik jendela lantai 2 menatap dengan kecewa. Dia sudah berdandan melipis dengan parfume terbaik malam ini tapi di hadapkan dengan kenyataan yang tak seindah angan-angan. Tangannya seketika mengepal sempurna menatap tajam sampai 2 orang yang asik bercengkerama hilang dari pandangan.
"Kenapa dia harus datang sekarang!" Batin nya merutuk penuh kecewa.
___Bersambung.
IbuAnna.