Bukan keinginan untuk menjadi istri pengganti. Karena ulah saudara tirinya Zahra harus menjadi korban akibat saudara tirinya tidak hadir di acara pernikahannya membuatnya menggantikan dirinya untuk berada di pelaminan.
Pria yang menikah dengan Zahra tak lain adalah Dokter bimbingannya dengan keduanya sama-sama praktik di rumah sakit dan Zahra sebagai Dokter coast. Zahra harus menjadi korban untuk menyelamatkan dua nama keluarga.
Merelakan dirinya menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Tetapi bukannya niatnya dihargai dan justru. Suaminya menganggap bahwa dia memanfaatkan keadaan dan tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan Zahra.
Bagaimana Zahra menjalani pernikahannya dengan pria yang membencinya, pria itu awalnya biasa saja kepadanya tetapi ketika menikah dengannya sikap pria itu benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak menyukai Zahra?"
Apakah Zahra akan bertahan dalam rumah tangganya?
Jangan lupa ngantuk terus mengikuti dari bab 1 sampai selesai.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29 Jawaban Yang Pas.
Naldy baru saja pulang bersama dengan Zahra.
"Assalamualaikum!" sapa Zahra saat di ruang tamu ada ayah dan ibu mertuanya.
"Walaikum Salam!" jawab keduanya membuat Zahra dan Ilham menghampiri kedua orang tersebut dengan mencium punggung tangan mereka.
"Kalian berdua sudah pulang?" tanya Sastra membuat keduanya menganggukkan kepala.
"Zahra, kamu masuk kamar terlebih dahulu dan bersih-bersih, ingat hati-hati di kamar mandi dan Naldy Mama dan Papa ingin berbicara dengan kamu," ucap Mila.
"Baik. Ma," ucap Zahra menurut begitu saja dan mampu menaiki anak tangga.
"Mama dan Papa ingin bicara apa?" tanya Naldy dengan kebingungan.
"Duduklah!" titah Sastra membuat Naldy menghela nafas dan langsung duduk.
"Rumah sakit Medikal Citra hari ini meluluskan beberapa Dokter kelas untuk mengikuti sumpah Dokter dan juga penempatan mereka di rumah sakit mana. Ada apa dengan kamu yang tidak menempatkan ziarah di rumah sakit Medika Citra?" tanya Sastra.
"Kenapa harus membahas penempatan dan bukankah mau ditempatkan di mana saja itu tetap sama. Tujuannya semua Dokter yang telah lulus tetap untuk pasien bukan rumah sakitnya," jawab Naldy.
"Zahra adalah istri kamu dan sebenarnya walau dia bukan istri kamu, seharusnya tetap berada di rumah sakit Medikal Citra bukan dipindahkan ke mana-mana," ucap Sastra.
"Apa kamu sengaja melakukan semua ini? agar kamu tidak bertemu dengannya setiap hari, pernikahan kalian tidak diketahui orang-orang di rumah sakit atau jangan-jangan kamu sengaja agar bisa terus berhubungan dengan Tasya, Tasya bebas datang ke rumah sakit dan bertemu dengan kamu," sahut Mila dengan semua dugaannya.
Naldy diam tidak bisa memberi pembelaan apapun atau menyangkal pemikiran kedua orang tuanya.
"Naldy, Zahra sedang hamil dan bisa-bisanya kamu menempatkan dia di tempat lain yang bisa lepas dari pengawasan kamu. Kamu harusnya berpikir dua kali dan jangan hanya egois atau permasalahan kamu dengan Zahra, kamu bersikap tidak profesional seperti ini!" tegas Mila.
"Semua keputusan ada di tanganku. Aku yang paham dengan apapun. Mama dan Papa tolong jangan pernah mencampuri semua ini," ucap Naldy penuh penegasan kepada kedua orang tuanya.
"Jelas ini menjadi permasalahan besar dan juga pertanyaan kepada kamu. Tidak seharusnya Zahra ditempatkan di rumah sakit lain dan sementara dia istri kamu, menantu dari pemilik rumah sakit dan bahkan Zahra sedang mengandung. Papa benar-benar sangat kecewa kepada kamu," ucap Sastra.
"Kamu pindahkan kembali Zahra tetap berada di rumah sakit Medika Citra! Mama tidak ingin semua berdasarkan kemauan kamu!" tegas Mila memberi perintah kepada putranya itu.
Naldy menghela nafas. Dia sangat kesal karena ditegur oleh kedua orang tuanya dan lagi-lagi hanya karena membela Zahra.
"Tidak apa-apa. Ma, Pa," perhatian mereka tiba-tiba saja teralihkan ketika mendengar suara itu dan tak lain adalah Zahra.
Saat berada di ujung anak tangga, Zahra mendengar pembicaraan suami dan juga kedua mertuanya. Zahra memilih untuk tidak melanjutkan langkahnya dan sekarang kembali menuruni anak tangga menghampiri orang-orang yang ada di ruang tamu itu.
"Zahra tidak apa-apa jika harus ditempatkan di rumah sakit Sejahtera dan lagi pula itu sama saja, yang terpenting Zahra bisa lulus yang sekarang bisa menjadi Dokter, semua butuh proses dan ini sudah Alhamdulillah," ucapnya secara legowo menerima keputusan suaminya.
"Papa tahu Zahra, rumah sakit Medical center adalah rumah sakit impian kamu dan sangat tidak etis jika kamu ditempatkan di rumah sakit lain sementara rumah sakit itu pemiliknya adalah keluarga kami sendiri," ucap Sastra.
"Benar dan lagi pula kamu sedang mengandung, sudah sepantasnya Naldy mengawasi kamu di rumah sakit," tambah Mila.
"Tetapi rumah sakit Sejahtera juga merupakan rumah sakit impian banyak Dokter, Zahra juga menyukai berada di sana. Zahra juga tidak ingin dipindahkan ke rumah sakit Medical Center kembali, Zahra jika kamu melanjutkan spesialis di rumah sakit Sejahtera," ucap Zahra tidak ingin terlihat dikasihani apalagi harus melihat kelemahannya.
"Untuk masalah kandungan, Zahra juga bisa mengurus sendiri. Zahra lebih nyaman mengurus sendiri tanpa ada perintah ini dan itu. Zahra juga mengetahui apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan agar kandungan Zahra baik-baik saja. Mau berada di rumah sakit manapun jika Zahra tidak hati-hati maka kandungan ini juga akan mendapatkan masalah," lanjut Zahra.
"Baguslah, jika memang tidak harus dipindahkan kembali, karena mengurus berkas-berkas akan merepotkan," sahut Naldy.
Zahra tidak menanggapi perkataan suaminya, kedua mertuanya tetap saja kecewa dengan keputusan Naldy.
******
Setelah Zahra dan Naldy berbicara dengan kedua orang tua Naldy. Akhirnya pasangan suami istri itu memasuki kamar.
"Benar!" Naldy mengeluarkan suara membuat Zahra berdiri di depan cermin yang melepas hijabnya dan Zahra langsung menghentikan pekerjaannya.
"Kamu juga pasti sudah mendengar tebakan Mama kenapa aku memindahkanmu dan tidak menetapkan pada rumah sakit Medical Center. Aku memang sengaja melakukan hal itu. Aku tidak ingin melihatmu setiap hari," ucap Naldy.
Zahra mengabaikan perkataan suaminya dan tetap melanjutkan pekerjaannya.
"Aku sudah mengatakan Zahra, aku yang berkuasa dalam hal ini. Aku yang tahu apa yang harus aku lakukan dan membuat ku nyaman atau tidak. Kehamilan kamu tidak akan mengubah apapun dan termasuk hubunganku dengan Tasya. Aku akan tetap menjalani hubunganku dengan Tasya dan aku tidak ingin melihat kekacauan atau keributan di rumah sakit karena kalian berdua harus bertemu!"
"Nama baiku harus terjaga, dan hal yang pertama yang harus aku lakukan meluluskanmu dari rumah sakit dan menempatkanmu di rumah sakit lain!" tegas Naldy berbicara berterus terang dan ternyata memang dia memiliki alasan itu.
Zahra menanggapinya dengan tersenyum dan kemudian berbalik badan dengan wajahnya tampak santai tidak kesal sama sekali.
"Baguslah, dengan begitu aku juga bisa fokus mengejar karirku sebagai Dokter, tidak harus drama pada pasangan haram seperti kalian berdua. Aku juga tidak perlu memikirkan apa-apa dan apalagi harus takut pernikahan terbongkar. Aku bisa bebas dan paling tidak mood ku setiap hari bisa jauh lebih baik karena tidak bertemu denganmu!" tegas Zahra tidak mau kalah dari suaminya dan harus menekankan bahwa dia juga senang jika tidak harus bersama dengan Naldy.
"Maaf Dokter Naldy, aku sama sekali tidak pernah keberatan di tempatkan di manapun dan harus ditekankan bahwa aku juga senang. Rumah sakit manapun bagiku tetap sama. Aku lebih memikirkan bagaimana otakku harus benar-benar fresh dan juga diriku agar tidak terus berpapasan dan bertemu denganmu!" tegas Zahra.
"Baguslah, akhirnya kau sadar diri bahwa dirimu tidak pernah diinginkan. Jadi jangan pernah merepotkanku dalam hal apapun lagi!" tegas Naldy.
"Sayang sekali tuan! Aku tidak pernah merepotkanmu dalam hal apapun. Kau bisa menyebutkan apa yang aku repotkan dari dirimu!" tegas Zahra.
"Sayang sekali kau tidak bisa berbicara apapun itu," ucap Zahra langsung berlalu dari hadapan suaminya memasuki kamar mandi dan pintu kamar mandi yang tertutup begitu kuat, sudah menjelaskan betapa kesalnya Zahra pada Naldy.
"Baguslah, jika kau berada di rumah sakit dan aku tidak melihatmu ganjen dengan Dokter-Dokter senior," ucap Naldy.
Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya alasan Naldy tidak menempatkan istrinya di rumah sakit yang sama dan mungkin saja karena kesal melihat kedekatan Zahra dengan Dokter Ilham dan apalagi Zahra juga masih diketahui sebagai wanita single.
Bersambung.....