NovelToon NovelToon
Sang Penyelamat

Sang Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyelamat / Dokter Genius
Popularitas:45.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.

Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.

Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.

Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.

Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perpisahan

"Kalau boleh, saya juga ingin bertemu dulu dengan dengan dua dokter yang menangani Satria sebelumnya?"

"Dokter Irsyad dan dokter Reynand kemungkinan baru masuk sore hari. Apa Bapak mau saya menghubungi mereka sekarang?"

"Tidak usah. Kami akan menunggu mereka. Lagi pula istri saya masih membutuhkan waktu untuk melepas Satria."

Emir menganggukkan kepalanya. Ayah Satria segera berlalu. Pria itu kembali ke ruangan di mana sang anak berada. Nampak istrinya duduk di samping ranjang. Wanita itu masih belum rela melepaskan anaknya pergi. Airmatanya terus mengalir melihat sang anak yang terus memejamkan mata.

"Dok, apa bisa melihat pasien di bed empat?" tanya Ekon.

"Ada apa dengannya?"

"Pasien mengeluh sakit di bagian perut dan terkadang kram, kelelahan, ada demam juga."

"Apa hasil pemeriksaan mu?"

"Kemungkinan pasien menderita penyakit Crohn."

Penyakit Crohn adalah penyakit radang usus kronis yang menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan dari mulut hingga an*s.

"Apa kamu sudah mengambil sampel darahnya?"

"Sudah, sedang menunggu hasilnya."

Emir menyibak tirai yang menutupi ranjang nomor empat. Nampak seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahunan tengah berbaring. Emir segera memeriksa keadaan wanita itu sambil menanyakan apa saja yang dirasakannya.

Saat sedang menanyai pasien, suster yang membawa hasil laboratorium datang. Emir membaca hasil tes darah sang pasien.

"Saya sakit apa, dok? Dokter magang ini bilang kalau saya mengidap penyakit Crohn. Tapi saya tidak percaya, makanya saya minta dokter memeriksa saya."

"Kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kami akan melakukan CT scan. Suster.."

Tahu apa yang diinginkan Emir, Aida segera membawa ranjang sang pasien menuju ruang CT scan. Di belakangnya Emir dan Ekon menyusul. Kedua dokter itu masuk ke ruangan lain di mana mereka bisa melihat pasien yang sedang melakukan CT scan. Mereka langsung melihat pada layar yang ada di dalam ruangan.

"Tebakan mu benar, pasien menderita penyakit Crohn. Tapi untuk lebih meyakinkan, kita bisa melakukan endoskopi."

Usai melakukan CT scan, pasien dibawa kembali ke IGD. Wanita itu sudah tidak sabar ingin mendengar apa yang dikatakan sang dokter.

"Dari hasil pemeriksaan darah dan CT scan, Ibu mengidap penyakit Crohn," Ekon menjelaskan.

"Crohn? Penyakit apa itu? Saya baru mendengarnya. Dan kenapa kamu yang harus menjelaskan?"

"Karena dia yang pertama kali menangani anda. Itu artinya dia adalah dokter anda."

"Saya tidak mau dokter magang yang menangani saya. Saya mau dokter sebenarnya. Bisa saja dia salah mendiagnosis. Saya pernah mendengar ada dokter magang yang salah melakukan diagnosis dan menyebabkan pasien meninggal."

Ekon hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Perlakukan seperti ini bukanlah yang pertama didapat olehnya. Saat magang di Ibnu Sina pun dia pernah mengalaminya.

"Saya sependapat dengan penjelasan dokter Ekon. Ibu menderita Crohn. Crohn itu penyakit radang usus kronis. Apa Ibu pernah keluar darah saat buang air besar?"

"Pernah. Apa sama dengan maag?"

"Gejalanya hampir sama tapi penyakit itu berbeda dengan maag."

"Apa bisa disembuhkan?"

"Penyakit Crohn termasuk penyakit kronis, yang artinya penyakit itu akan terus melekat pada anda. Tapi bisa diatasi dengan obat-obatan atau operasi. Tapi tidak sepenuhnya menghilangkan penyakit itu sendiri."

"Apa saya perlu dioperasi?"

"Untuk sementara bisa diatasi dengan obat-obatan lebih dulu sambil kita lihat perkembangannya. Atau kalau Ibu mau lebih jelas lagi dengan kondisi ususnya, Ibu bisa melakukan endoskopi. Apa Ibu mau melakukannya?"

"Kalau tidak, apa tidak masalah?"

"Tidak. Tapi kalau kondisi Ibu tidak membaik setelah diberi obat-obatan, kami harus melakukan endoskopi untuk tindakan selanjutnya."

"Baiklah. Sementara saya memilih obat-obatan dulu."

"Dokter Ekon yang akan menangani anda. Dan asal Ibu tahu, dia adalah dokter magang terbaik di sini."

Mulut Ibu itu yang hendak terbuka kembali terbungkam begitu mendengar ucapan Emir selanjutnya. Dokter spesialis emergensi itu meninggalkan pasien tersebut bersama Ekon.

***

Menjelang siang, Ivana masih bertahan di ruang tindakan. Gadis itu masih belum diperbolehkan pulang. Sedianya dia akan dipindahkan ke ruang perawatan, namun masih menunggu persetujuan pihak keluarga. Dikarenakan kedua orang tuanya masih belum bisa dihubungi, pihak rumah sakit masih menunggu kedatangan Bayu, Kakak Ivana.

Novi masuk ke dalam ruangan. Dokter magang itu diminta Emir untuk memeriksa keadaan Ivana. Ketika masuk, mata Novi langsung beradu pandang dengan Ivana. Tanpa mengatakan apapun, dia langsung mengecek keadaan Ivana.

"Aku.. minta maaf soal yang tadi. Pasti sikap ku sangat menyebalkan," Ivana berinisiatif memulai pembicaraan.

"Aku juga minta maaf kalau ucapan ku menyinggung mu."

"Sudah berapa lama kamu menjadi dokter di sini?"

"Baru dua mingguan. Aku masih dokter magang."

"Apa dokter magang dibayar? Maksud ku digaji."

"Tentu saja."

"Setelah magang, kamu akan praktek di sini atau buka praktek sendiri?"

"Aku belum punya banyak pengalaman untuk praktek sendiri. Mungkin aku akan melanjutkan studi, mengambil residensi."

"Semoga lancar."

"Terima kasih, bagaimana dengan mu?"

Suasana tidak mengenakan yang terjadi sebelumnya di antara mereka kini sudah berganti dengan keakraban. Walau Ivana masih belum sepenuhnya terbuka, namun gadis itu sudah mulai bersikap tenang.

"Ehm.. apa dokter bisa membantu ku? Aku ingin ke toilet."

"Tentu saja."

Novi segera membantu Ivana turun dari bed. Dia memegangi infusan Ivana kemudian menggantungkannya ke tiang infusan. Dokter magang itu mengantarkan Ivana sampai ke toilet.

Sekeluarnya dari toilet, Ivana bermaksud kembali ke kamarnya. Ketika melintasi ruang tindakan nomor satu, dia melihat ke dalam ruangan yang pintunya terbuka. Nampak seorang pria muda tengah berbaring di sana ditemani oleh kedua orang tuanya.

"Dia sakit apa?" tanya Ivana pada Novi.

"Maaf, aku tidak bisa membuka data pasien. Yang jelas kondisinya sangat buruk. Tapi kedua orang tuanya terus berusaha untuk menyelamatkannya."

"Apa dia koma?"

"Kurang lebih."

"Kasihan sekali. Padahal dia masih muda."

"Sama seperti diri mu. Kamu juga masih muda. Jadi jangan melakukan hal yang sia-sia. Lihatlah ke sekeliling mu. Banyak orang yang berjuang untuk hidup. Jadi selama kamu masih diberi waktu untuk hidup, jangan menyia-nyiakannya.

Kepala Ivana hanya mengangguk pelan. Dia juga sudah menyesali tindakan bodohnya yang ingin mengakhiri hidup. Padahal masih ada orang-orang yang peduli padanya. Novi mengantarkan kembali Ivana ke ruangan.

"Ehm.. dokter, aku lapar."

"Aku akan mengambilkan sandwich untuk mu. Kamu tunggu saja."

"Terima kasih."

Sebuah senyuman dilemparkan oleh Novi. Dokter magang itu segera menuju nurse station untuk mengambil sandwich. Ruang IGD memang menyediakan sandwich untuk para pasien yang datang. Terkadang mereka harus menunggu lama untuk hasil pemeriksaan.

***

Pukul tiga sore, Irsyad dan Reynand sudah berada di rumah sakit. Keduanya memiliki shift yang sama. Bukan hanya mereka, tapi ada juga Nayraya, Jagat dan Dendi. Begitu mereka tiba di IGD, Emir langsung menghampiri Irsyad dan Reynand. Pria itu menyampaikan keinginan Ayah Satria. Tanpa menunggu lama, kedua dokter itu segera menuju ruangan Satria.

"Dokter," sapa Ayah Satria sambil berdiri mendekati keduanya.

"Apa Satria sudah menjalani tes yang Bapak dan Ibu inginkan?" tanya Irsyad.

"Ya. Dan hasilnya masih tetap sama."

Ayah Satria menolehkan kepalanya pada sang anak, kemudian beralih pada istrinya. Kepala pria mengangguk, mencoba memberi tanda pada sang istri. Sudah cukup lama mereka menunda pelepasan alat bantu hidup Satria.

"Kami sudah siap, dokter."

"Baiklah."

Kedua orang tua Satria berdiri dan sedikit menjauh dari ranjang, memberikan ruang untuk Reynand melepaskan alat bantu hidup sang anak.

Satu per satu alat medis yang menempel di tubuh Satria mulai dilepaskan. Terakhir, Reynand melepaskan ventilator atau alat bantu nafas. Monitor yang menunjukkan alat vital sang anak mulai menunjukkan garis lurus. Tangisan kedua orang tua Satria langsung pecah. Reynand menarik kain putih menutupi tubuh Satria.

"Kami turut berduka cita," ujar Irsyad dengan suara pelan.

"Semoga almarhum tenang di sisi-Nya," lanjut Reynand.

"Semoga Bapak dan Ibu diberi ketabahan dan kesabaran," pungkas Emir.

"Terima kasih, dokter. Terima kasih untuk semuanya. Sekarang kami bisa membawanya pulang kan?"

"Ya."

Akbar segera mendorong ranjang di mana Satria berbaring keluar dari ruangan. Kedua orang tua Satria terkejut ketika melihat semua tenaga medis yang berada di IGD sudah berdiri untuk memberi penghormatan terakhir.

Petugas medis yang bertugas di pagi hari juga menunda kepulangan demi memberi penghormatan bagi Satria. Airmata Ibu Satria terus mengalir. Sedih kehilangan anak tercinta sekaligus terharu melihat kepedulian para petugas medis.

Mereka terus berdiri sampai Satria dipindahkan ke dalam ambulans. Suara sirine terdengar ketika kendaraan roda empat itu keluar dari pelataran rumah sakit.

"Kamu mau pulang sekarang?" tanya Irsyad pada Emir.

"Ya, tapi aku mau melihat pasien ku dulu."

Baru saja Emir hendak menuju ruangan di mana Ivana berada, seorang pria dengan tergopoh memasuki IGD.

"Dokter, apa ada pasien bernama Ivana di sini?"

"Apa anda Kakak Ivana?" tanya Emir.

"Iya."

"Silakan ikut saya."

Emir segera memandu pria bernama Bayu itu ke ruang tindakan dua. Begitu masuk, Bayu langsung menghambur pada adiknya.

"Vana.."

***

Satria sudah tenang ya🥹

1
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Emang bisa 🤪
Paula Abdul
weww..... semoga op nya lancar ga ada kesalahan, kekeliruan, kecerobohan dari dokter Handaru, dah cukup pasien yg meninggal karenanya biar julukan hodadnya ga melekat abadi
Paula Abdul
wkwkwkwkwk....
yg ada pasien bedah kecantikan malah jadi pasien bedah jantung n jadi pasien kejiwaan gegara liat pasien lain yg masuk IGD dengan kondisinya beneran gawat n darurat juga bikin yg liat stress 😂😂
tehNci
Hampir nahan nafas saat menghadapi ketegangan di ruang IGD. Untung akutuh bukan tenang medis,.jadi kekacauan dan ketegangan seperti tadi tidak akan kualami.. Alhamdulillah 😅
Miroh Jasseem
😍😍😍😍😍😍
Nabila hasir
tegang padahal cuman baca. tapi situasi di igd ikut terbayangkan betapa riweh dan rame ruangan igd.
Nabila hasir
wes lihat dengan matamu sentanu🤣🤣
Nabila hasir
waduh handaru kok lagi masuk ruang operasi. ntar ada yg di salahkan lagi lho ya
dewi rofiqoh
Handaru mau ikut mengoperasi pasien lagi? Semoga tidak ter apa-apa 🤲🤲
choowie
hahahah...makanya mikir sebelum mengambil keputusan
choowie
nah gini baru benar
Nabila hasir
handaru ma sentanu kamu berhadapan ma turunan keluarga hikmat dan Ramadan
Safitri Agus
hodad turun tangan juga akhirnya semoga saja lancar operasinya,
Safitri Agus
haduh lemes aku gak kuat lihat darah 😵‍💫
Safitri Agus
Innalillahi
Safitri Agus
tau gini gak usah kerja sama dgn Sentanu🤦
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
si sentanu baru sadar setelah melihat keadaan IGD sebenarnya klo kedatangan pasien banyak ya,nah Handaru kembali ke meja operasi lgi apa akan ada yg menghentikan nya atau ada insiden lain ya
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
awas gagal lagi/Frown//Frown/
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
haben nagen ge yakin lah bakal kalah kamu mah ...gk kuat lawan Irsyad 😏
Teti Usmayanti
waduh Handaru masuk ruangan operasi lg, jgn2 nanti pasien mati lg secara Khan km suka malpraktek.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!