"Aku tidak pernah memaksa siapapun untuk mencintai ku, dan jika pun cinta segitiga ini tetap harus berlanjut maka aku akan pastikan bahwa aku akan menjadi pemenang nya. apapun yang terjadi nantinya." ucap Daisy yang sudah putus asa karena tidak bisa melepaskan diri dari cinta yang terus membelenggu nya.
Dengan luka dan tetes air mata gadis cantik itu melanjutkan langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Daisy pun baru sadarkan diri setelah Fathan datang untuk menangani nya sebelum dia masuk kerja.
"Hiks... Hik... Itu tidak mungkin papah tidak mungkin sekejam itu, tidak!"ujar Daisy dalam tangis nya.
"Semua itu sudah berlalu sangat lama, jadi kita mungkin tidak akan bisa membuktikan apapun, tapi yang jelas aku percaya bahwa uncle Wijaya adalah pria yang baik dibalik takdir hidup nya yang mungkin kurang baik. "ucap Tiana yang kini berusaha untuk menenangkan Daisy.
"Kenapa semua ini harus dia ungkapkan setelah kami benar-benar menikah, kenapa dia tidak mengungkapkan semuanya saat papah masih hidup agar aku bisa mendapatkan jawaban darinya. Kenapa? Hiks... Hiks... Kenapa semua ini terjadi."ucap Daisy yang kini semakin menangis sesenggukan.
"Nona dibawah ada nyonya Aurora, dia memaksa ingin bertemu dengan anda."ujar asisten rumah Daisy.
"Bilang padanya Daisy sedang tidak bisa ditemui Bu."ujar Tiana.
"Saya akan menemui nya Bu, mungkin inilah hukuman atas apa yang aku lakukan."ucap Daisy yang kini bangkit dari ranjang dan melepaskan jarum infus ditangan nya dengan cepat tanpa bisa dihentikan.
Dia pun memasang plaster itu dengan cepat sampai Tiana tercengang dengan gerakan Daisy yang begitu cepat saat ini hingga dia selesai mengurus semuanya itu sendiri.
Mungkin ini yang selama ini selalu dikatakan oleh orang-orang yang pernah ditangani oleh Daisy yang begitu cekatan saat menggunakan peralatan medis.
"Dy jangan gegabah Aurora bukan wanita biasa,"ucap Tiana yang kini berusaha untuk menenangkan Daisy dan agar supaya Daisy tidak pergi untuk menemui wanita yang kini datang bersama keluarga nya setelah tau apa yang terjadi.
Tapi Daisy langsung turun kebawah dengan langkah cepat hingga dia tiba di ruang tamu rumah nya dan sesampainya disana, tanpa basa-basi Daisy langsung di tampar oleh Aurora yang wajahnya merah padam.
"Dasar jalang sialan!! Berani-beraninya kau merebut suamiku!"ujar Aurora yang kini kembali ingin menampar pipi Daisy yang kini hanya diam menunduk tanpa kata.
"Cukup!"teriak Tiana yang kini menangkis tangan Aurora yang kini membelalakkan matanya.
"Siapa kau berani-beraninya ikut campur dalam urusan keluarga ku."ucap Aurora dengan tegas.
"Saya sahabat orang yang anda tampar."ujar Tiana yang kini pasang badan.
"Hey... Nona jangan ikut campur atau saya juga akan menuntut anda di pengadilan atas persekongkolan kalian karena telah berani merebut suami orang."ucap wanita lanjut usia dengan angkuhnya ia berkacak pinggang .
"Silahkan tuntut kami jika kalian memang memiliki bukti yang mendasar atas apa yang kalian tuduhkan, kebetulan saya yang akan menjadi pengacara nya jika anda semua sudah siap dituntut balik atas kekerasan dan pencemaran nama baik."ucap Tiana dengan tegas.
"Kurang ajar, apa maksud mu heh, aku adalah pihak yang telah dirugikan karena dia telah merebut suami ku Aksa Dimitri!"ujar Aurora.
"Bukankah saya sudah bilang bahwa Silahkan anda lakukan itu jika anda sendiri ingin dipermalukan dihadapan orang banyak, karena pernikahan itu terjadi secara resmi dan atas persetujuan istri pertamanya dan itu adalah sah!"ucap Tiana tegas.
"Itu tidak mungkin jelas-jelas saya tidak tau tentang rencana pernikahan mereka!"ujar Aurora tegas.
"Tunggu saya akan memperlihatkan bukti itu pada anda,"ucap Tiana yang langsung mendapatkan penolakan dari keluarga Aurora.
"Apapun alasan nya kami tidak akan pernah terima ini semua dan kami akan tetap menuntut dia di meja hijau!"ujar tuan Anderson dengan tegas.
"Jika kalian ingin Aksa silahkan kalian ambil, saya tidak akan mempertahankan pernikahan ini."ucap Daisy yang kini membuat Aurora tetap tidak terima dan kembali menampar Daisy dan saat ini sampai membuat sudut bibir nya pecah dan berdarah.
"Saya juga akan menuntut anda semua atas apa yang anda semua lakukan terhadap teman saya."ucap Tiana tegas.
"Kami tidak takut! Dan perlu kalian semua ingat bahwa kami akan membuat hidup nya menderita hingga dia memohon untuk kematian nya sendiri."ucap Aurora tegas.
"Saya sudah merekam seluruh bukti kejadian hari ini untuk bukti persidangan nanti."ucap Tiana yang kini membuat mereka bertiga tercengang saat melihat Tiana mengambil ponselnya yang sejak tadi iya letakkan di tempat yang strategis tepat saat dia memasuki ruang tamu tanpa mereka sadari.
"Kau mengancam kami untuk tidak melakukan tuntutan terhadap nya?"ujar Aurora.
"Terserah anda mau menganggap nya seperti apa, yang jelas selain buti ini saya juga memiliki bukti tentang pengkhianatan anda terhadap saudara Aksa yang sering anda lakukan dibelakang beliau, jadi silahkan percepat laporan nya agar saya juga tidak terlalu lama menyimpan bukti tersebut."ucap Tiana yang kini membuat Aurora gelagapan dan langsung pergi meninggalkan mereka dan kedua orang tuanya yang kini pergi menyusul putrinya itu.
"Bravo honey, kau memang sungguh sangat cerdas dan aku semakin cinta."ucap Kris Levin yang kini melangkah masuk mendekat kearah mereka berdua.
"Jangan memujiku, sekarang dimana bos mu yang tidak gentle itu. Seharusnya dia tidak langsung percaya begitu saja terhadap laki-laki jahat yang selama ini selalu berusaha untuk memisahkan nya dari cinta nya. Dan lagi terlepas dari fakta yang terjadi seharusnya itu tidak dijadikan alasan olehnya untuk menghukum Daisy karena dia pun tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, dan kalau boleh milih dia pun tidak ingin terlahir dari seorang pembunuh jika memang uncle Wijaya benar-benar terbukti membunuh, dan lagi ya, di jaman seperti ini, musuh dengan musuh saling jatuh cinta itu adalah hal yang lumrah tidak sedikit diluar sana yang orang tuanya berseteru dan saling membunuh anak-anak nya saling jatuh cinta. Yang harus dipahami itu adalah takdir hidup nya, siapa tau juga kan cerita uncle Dimitri hanya alibi untuk memisahkan mereka berdua oh my God aku benar-benar murka hari ini..."ujar Tiana yang kini mengikuti langkah Daisy yang berjalan dengan langkah pelan menuju lantai atas.
"Honey setelah kamu tenang kita harus bicara, aku menunggu mu di apartment."ujar Kris dengan lantang.
Sementara Tiana hanya menghela nafas panjang."Dy kenapa kamu tidak membalas dia, ini semua terjadi bukan karena kesalahan mu. Jadi balas dia agar kamu tidak diperlakukan tidak adil seperti ini."ucap Tiana yang kini hanya membuat Daisy menatap sekilas kearah nya lalu kemudian kembali meraih salep diatas nakas dan mengoleskan salep tersebut pada sudut bibir nya yang berdarah.
"Salah atau tidak salah, aku tetap bersalah dimata semua orang karena telah hadir di dalam rumah tangga mereka. Aku hanya ingin titip Adam jika suatu saat nanti aku harus masuk penjara."ucap Daisy lirih.
"Itu tidak akan pernah terjadi selama aku masih hidup."ucap Tiana dengan tegas.
"Kamu kuat karena ada dia Tia, tapi saat dia pergi bersama dengan tuannya kamu hanya akan menjadi pengacara biasa."ucap Daisy mengingatkan Tiana.
"Kamu meragukan kemampuan ku sendiri Dy?"ujar Tiana yang kini menatap lekat wajah Daisy yang begitu sembab.
"Tidak sama sekali Tia, kamu memang hebat tapi tetap saja semua itu karena ada bayang-bayang dia dibelakang mu, aku harap dia tidak pernah meninggalkan mu." ucap Daisy yang kini kembali menitikkan air mata.
...*****...
Satu bulan telah berlalu, semenjak hari itu baik Daisy ataupun Tia tidak pernah mengetahui keberadaan Aksa, dan laporan tentang kasus yang dituduhkan oleh Aurora pun seakan tak pernah ada hingga Daisy bisa beraktifitas seperti biasanya.
Tapi saat ini ada yang berubah dari sikap Jeny ataupun Fathan yang entah kenapa mereka seakan menghindari Daisy. Namun Daisy tidak terlalu larut memikirkan itu selama dia tidak mendapatkan hambatan dalam pekerjaan nya.
Sementara untuk sekolah Adam saat ini Adam sudah pindah sekolah, bukan karena dia dibully teman sekolahnya tapi karena wali yang terdaftar disana tidak lengkap.
Daisy tetap ibu tunggal dan Adam tak memiliki ayah, semua karena diam-diam Aksa merubah kartu keluarga yang dulu sempat ia buat secara cepat untuk bisa membuat Adam bisa diterima di sekolah khusus pewaris perusahaan tersebut.
Daisy pun tidak tau akan hal itu dan tidak mencari tahu, dia sadar semua itu adalah bagian dari konsekuensi yang harus ia terima. Dan Daisy pun memasukkan adam sekolah di TK biasa.
Namun Adam tetap bisa mendapatkan pendidikan layaknya di sekolah lamanya karena Daisy selalu memberikan dia les tambahan dengan mantan wali kelas nya yang sampai saat ini digaji tinggi oleh Daisy.
Tidak hanya itu, dia juga tidak berusaha untuk mencari Aksa, dia berencana untuk melakukan gugatan cerai terhadap Aksa jika pria itu tidak kunjung memperjelas hubungan diantara mereka.
Daisy pun akan beraktifitas seperti biasanya, dia akan mengantar putra semata wayangnya sekolah, dan berangkat bekerja seperti biasanya saat baby sitter nya menjaga Adam di sekolah.
Bahkan pekerjaan Daisy yang kini membuat rumah sakit itu semakin diakui sebagai rumah sakit terbaik dan semua itu karena kinerja Daisy yang mampu menangani setiap pasien yang memerlukan pertolongan nya.
Tidak hanya itu Daisy juga direktur oleh salah satu universitas kedokteran ternama untuk menjadi dosen disana, namun Daisy belum menyanggupi nya karena dia tidak ingin semakin dibuat sibuk dan tidak memiliki waktu untuk putra semata wayangnya yang kini sering mempertanyakan keberadaan Aksa.
Daisy hanya bisa bilang bahwa Aksa sedang bekerja dan kini dia sangat sibuk hingga tidak punya waktu untuk bertemu mereka.
Sampai suatu ketika saat Adam tidak sengaja melihat Aksa sedang menggendong anak perempuan sambil merangkul pinggang wanita cantik itu, tiba-tiba Adam meminta Daisy untuk berhenti berjalan sambil meminta Daisy untuk melihat apa yang dia lihat.
"Mom berhenti lihat itu daddy kan kenapa dia menggendong Akila teman sekolah ku di sekolah yang dulu, dan siapa aunty yang bersama dengan daddy?"ujar Adam yang kini membuat langkah Daisy terhenti saat itu juga sambil menoleh kearah yang Adam tunjukkan.
Deg...
Daisy hanya bisa mematung hatinya terasa begitu perih dadanya sesak seakan ditimpa beban berat, sampai saat tatapan mata Daisy bertemu dengan tatapan mata Aksa yang kini seakan tak mengenalinya dan bergegas masuk kedalam poli anak.
"Mom itu daddy kan?"ujar Adam yang kini sudah berlinang air mata.
"Tidak sayang dia bukan daddy, daddy tidak ada disini."ucap Daisy yang kini bergegas menggendong Adam sambil berusaha untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.
Mereka berdua pun sudah tiba di ruangan Daisy dimana disana pasien sudah menunggu kedatangannya.
"Adam main sama uncle Faris dulu ya biar mommy bekerja dengan tenang."ucap Daisy yang kini memakaikan Adam masker untuk anak-anak dan meminta Faris untuk membawa Adam main di luar sementara tugas Faris dihandle oleh Daisy sendiri sebelum Tia datang, untungnya Faris sudah menyiapkan daftar nama dan nomor antrian dari setiap pasien yang hadir jadi Daisy tinggal memeriksa kondisi pasien yang masuk kedalam ruangan nya.
Satu persatu pasien Daisy periksa, dibantu perawat lain yang kini tengah membantu pasien berbaring atau duduk di atas hospital bed untuk diperiksa oleh Daisy.
Daisy pun memberikan arahan dan saran untuk mereka yang memang harus dirawat terlebih dahulu, atau yang pulang dan kembali esok hari.
Kesibukan nya itu berakhir sampai di meja operasi, saat ini Daisy sedang melakukan operasi bedah jantung untuk memperbaiki gangguan yang pasien nya alami karena kebocoran jantung tersebut.
Operasi yang berjalan berjam-jam hingga selesai pun membuat Daisy bisa melupakan masalah nya hingga saat ia keluar ruangan bersama Faris,"Dok nona pengacara bilang dia akan membawa Adam liburan di Pantai bersama teman nya."ujar Faris yang baru sempat menyampaikan perkataan Tia tadi.
"Oh, terimakasih kamu bisa pergi lebih dulu saya harus bicara dengan keluarga pasien terlebih dahulu."ucap Daisy.
"Baik Dok,"balas Faris.
"Dok bagaimana apa operasi nya berhasil bagaimana keadaan istri saya."ucap seorang pria tampan yang berusia sekitar empat puluh tahun tersebut.
"Alhamdulillah operasi berjalan lancar, tapi untuk sementara waktu dia akan kembali ditempatkan di ruang ICU untuk dipantau perkembangan nya sampai pasien benar-benar membaik baru pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap."ucap Daisy tegas tapi dengan begitu ramah.
"Terimakasih dok, saya tidak tau jika anda tidak menolong istri saya."ucap pria tampan itu.
"Berterimakasih lah pada tuhan karena tanpa dia saya pun tidak bisa berbuat apa-apa, dan satu lagi berterimakasih kepada mereka karena tanpa Tim saya juga tidak bisa bekerja dengan baik, semoga semua baik-baik saja setelah ini dan selama-lamanya."ucap Daisy yang kini mengatupkan kedua tangannya dan berjalan pergi meninggalkan pria itu bersama keluarga besar nya yang sejak tadi menunggu di depan ruang operasi.
Daisy pun langsung bergegas menuju ruangannya untuk segera bersiap untuk pulang dan menghubungi Tia tentang apa yang tadi Faris sampaikan.
Saat Daisy selesai bersih-bersih dan kini sudah bersiap untuk pulang pun di tengah perjalanan langkahnya terhenti saat melihat Aksa yang kini berdiri sambil menatap kearah nya.
Daisy tidak menyapa nya, begitu juga Aksa yang hanya membiarkan Daisy melangkah pergi.