NovelToon NovelToon
The Secret Marriage

The Secret Marriage

Status: tamat
Genre:Dosen / Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Persahabatan / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Tamat
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marfuah Putri

Adelina merupakan seorang selebgram dan tiktokers terkenal yang masih duduk di bangku SMA.

Parasnya yang cantik serta sifatnya yang periang membuatnya banyak disukai para followers serta teman-temannya.

Tak sedikit remaja seusianya yang mengincar Adelina untuk dijadikan pacar.

Tetapi, apa jadinya jika Adelina justru jatuh cinta dengan dosen pembimbing kakaknya?

Karena suatu kesalahpahaman, ia dan sang dosen mau tak mau harus melangsungkan sebuah pernikahan rahasia.

Pernikahan rahasia ini tentu mengancam karir Adelina sebagai selebgram dan tiktokers ratusan ribu followers.

Akankah karir Adelina berhenti sampai di sini?

Akankah Adelina berhasil menaklukkan kutub utara alias Pak Aldevaro?

Atau justru Adelina memilih berhenti dan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marfuah Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ending

...Kehilangan seseorang yang paling disayangi memang menyakitkan tetapi alangkah lebih menyakitkan jika sampai kehilangan mereka yang sangat menyayangimu....

..._Adelina Putri Ningrum_...

...🍉🍉...

Kenangan adalah satu-satunya hal yang tersisa setelah sebuah perpisahan. Dan kenangan manis itu yang masih terus tergenggam erat oleh jemariku. Kudekap erat dan takkan kubiarkan ia menghilang.

Jiwaku yang belum sepenuhnya pulih hanya mampu menatap kosong dan perih gundukan tanah yang dipenuhi rerumputan di hadapan. Mengusap batu nisan di atasnya berkali-kali seolah merasakan tangan hangat kekasihku meraih jemariku.

Bekas sayatan pisau masih tercetak jelas di pergelangan tangan. Menandakan usahaku untuk bunuh diri kembali gagal. Ayah dan bunda membawaku tepat waktu ke rumah sakit sebulan yang lalu. Ah, andai saja usaha itu berhasil, mungkin saat ini aku sudah bertemu dengan kekasihku di sana.

Senja sore sudah hampir hilang ditelan kegelapan, tapi aku masih belum ingin kembali. Aku masih ingin di sini bersama Mas Al. Aku yakin, dia pasti kedinginan dan kesepian.

Seseorang yang belakangan ini tak pernah absen mendampingiku menepuk pelan pundakku. Isyarat matanya mengatakan jika sudah waktunya kembali. Aku menggeleng pelan.

"Gue masih mau di sini, De. Suami gue kesepian, gue gak tega ninggalin dia sendiri," gumamku dengan buliran yang kembali membasahi sepasang mataku yang kini nampak dikelilingi lingkaran hitam.

Dean. Pemuda yang hampir sebulan ini terus menemaniku. Menjagaku di mana pun dan kapan pun. Dia juga yang membawaku ke tantenya, seorang psikolog yang membantuku mengatasi depresiku karena kehilangan Mas Al.

Ketua geng Graphati itu satu-satunya laki-laki di SMA Athena--SMAku terdahulu--yang tidak memandangku sebelah mata. Dia, meski mengetahui perihal pernikahanku dengan Mas Al, tetap tak melangkah mundur sedikit pun. Bahkan, saat aku jatuh ke titik terendah.

"Lo pulang aja dulu, De. Gue masih mau di sini," ucapku lagi.

Tak terdengar suaranya selain helaan napas beratnya. Aku tahu, untuk apa semua ini dia lakukan. Tapi, bukankah dari awal aku sudah menegaskan jika aku tak memiliki perasaan apapun padanya. "Gue gak peduli lo cinta atau nggak sama gue, Del. Cukup lo bahagia aja, gue udah ngerasa cukup." Itu yang selalu Dean katakan setiap kali aku memintanya untuk tak lagi mempedulikanku.

Aku hanya tak ingin Dean sakit hati. Aku gak mau dia dianggap sebagai bahan pelampiasanku setelah kehilangan Mas Al. Apalagi dia adalah ketua salah satu geng besar di Athena, aku gak mau dia kenapa-napa gara-gara aku.

Tapi, Dean tetaplah Dean.Pemuda itu terlalu keras kepala meski sekeras apapun aku menyuruhnya pergi. Dia tetap dengan pendiriannya. Meski banyak anak-anak Graphati yang memilih keluar dari geng tersebut karena sikap Dean yang selalu membelaku, dia tetap tak mau mundur.

"Del, ayo kita pulang. Udah mulai gelap." Kini Dean bersuara.

Sekali lagi aku menatap pusara Mas Al. Membisikan kata-kata cinta sebelum akhirnya bangkit. "Aku pulang ya, Mas. Jangan khawatir, besok aku pasti datang lagi," pamitku.

Dean membantuku berdiri dengan perasaan berat aku meninggalkan Mas Alku sendiri di sana.

"Adelina." Panggilan seseorang membuatku menengok ke belakang. Di samping pusara Mas Al, seorang lelaki berdiri dibalut kemeja hitam dan celana jeans. Alisku bertaut. Aku gak merasa pernah mengenal lelaki itu.

Lelaki itu berjalan ke arahku. Genggamanku di tangan Dean semakin mengerat. Dean yang mengerti aku merasa takut pun mengusap pelan pundakku.

"Kita pergi aja ya," ajak Dean.

Aku menggeleng. Semakin dekat lelaki itu memiliki perawakan yang sama seperti Mas Al. Dia kembali mengingatkanku pada Mas Al saat pertama kali aku bertemu dengannya.

"Gue Ardhan. Sahabatnya Al." Lelaki bernama Ardhan itu memperkenalkan diri setelah berada di hadapanku.

Lalu dia mengulurkan sesuatu. Selembar amplop dengan tanda hati di tengahnya berwarna pink. "Ini buat lo," ucapnya.

Tanganku yang bergetar meraih amplop itu. "Apa ini?"

Ardhan tersenyum simpul. "Buka aja, nanti juga lo bakal tau," katanya sebelum pergi meninggalkanku dengan tanda tanya besar.

...🍉🍉...

Sepulang dari makam Mas Al, Ayah, Bunda, dan Bang Satya mengajakku makan malam bersama di luar. Sejak kejadian percobaan bunuh diri itu, Ayah berubah. Ayah tak lagi membandingkanku dengan Bang Satya.

Sekarang Ayah justru mendukung apapun yang aku lakukan. Bahkan, Ayah juga membelikanku berbagai macam alat make up dan alat fotografi maupun videografi. Tapi, rasanya semua udah gak berguna lagi. Minatku pada dunia itu sudah hilang bersama separuh jiwaku.

Sekarang setiap aku melihat rangkaian alat make up itu justru kembali teringat dengan Mas Al. Dulu, setiap kali aku akan membuat konten, Mas Al selalu saja mengomentarinya. Ini, itu, semua dia komentari. Saat dia sudah mulai berkomentar saat itu aku merasa sangat kesal. Rasanya benar-benar ingin menyumpal mulutnya. Tapi, sekarang justru aku merindukan dia mengomentariku.

Asli, aku kangen banget sama suamiku, Mas Al.

Bang Satya sekarang sudah wisuda. Dia berhasil lulus dengan predikat cum laude. Benar-benar kebanggaan Ayah. Tapi dia bilang, dia gak akan bisa lulus tanpa bantuan Mas Al. Ternyata dulu Bang Satya-lah yang meminta Ayah untuk menikahkanku dengan Mas Al. Dia bilang semua itu karena Mas Al mengancam akan terus mempersulit skripsinya kalau gak mau membantunya menikah denganku.

Hah ... kenapa aku harus mengetahui semuanya setelah Mas Al pergi? Aku ingin marah pun percuma. Karena nyatanya kejadian itulah yang membuatku bisa bersama dengan Mas Al. Entah, apakah harus marah atau bersyukur.

"Sayang, kok makanannya didiemin aja. Gak enak, ya?" Suara lembut Bunda mengembalikanku dari lamunan.

"Enak kok, Bun," jawabku seraya tersenyum tipis.

Bunda dan Ayah saling tatap. Terpancar rasa miris melihat keadaanku saat ini. Badanku yang dulu berisi sekarang sudah turun beberapa kilo. Belum lagi raut wajahku yang selalu murung tak berseri ditambah lingkaran hitam di mata membuatku persis mayat hidup.

Sudah hampir dua bulan aku gak sekolah. Entah, bagaimana keadaan sekolahku saat ini. Rain dan Senja pun bergantian datang ke rumah demi memberikan materi yang baru saja dipelajari. Mereka bilang, gak mau kalau aku sampai ketinggalan pelajaran. Mereka gak mau lebih pintar dariku.

Terkadang mereka menceritakan tentang apa saja yang terjadi di sekolah. Tentang guru-guru di SMA Ardhana yang berbeda jauh dengan SMA Athena. Apalagi murid-muridnya yang ambisius sampai mereka pun dibuat geleng kepala.

"Lo cepet sembuh, ya, Del. Gue kangen banget sekolah bareng lo lagi. Sepi tau gak ada lo, gak ada yang belain gue waktu ketahuan nyontek Senja," sungut Rain sepulangnya sekolah waktu itu.

Gadis dengan seragam SMA Ardhana yang berwarna navy itu memelukku erat. Aku hanya tersenyum tipis membalas pelukannya.

"Nih, hadiah buat adik gue tercinta." Bang Satya tiba-tiba mengeluarkan sebuah paper bag berukuran besar dari bawah lalu memberikannya padaku.

"Apa ini, Bang?" tanyaku.

Bang Satya mengangkat alis menyuruhku membukanya. Dengan rasa penasaran aku pun langsung membuka paper bag berwarna coklat itu. Berbagai macam alat tulis dan juga sebuah alarm berbentuk hello kitty, isi dari paper bag itu.

"Besok kan lo udah mulai sekolah lagi, jadi itu alarm biar lo gak kesiangan. Karena kan sekarang gue gak bisa bangunin lo lagi kayak dulu," ucapnya kemudian.

Mataku berkaca. Meski terkadang menyebalkan, Bang Satya tetap kakak terbaik yang kupunya. Aku bangkit dan langsung memeluknya. Bunda dan Ayah pun ikut ke dalam pelukan kami.

Kehilangan seseorang yang paling disayangi memang menyakitkan tetapi alangkah lebih menyakitkan jika sampai kehilangan mereka yang sangat menyayangimu.

Pulang dari makan malam itu aku meletakkan paper bag pemberian Bang Satya di atas nakas. Amplop yang diberikan lelaki bernama Ardhan senja tadi masih tergeletak juga di atas nakas. Kata-katanya kembali terngiang di kepalaku.

Apa sebenarnya isi dari amplop ini?

Kuambil amplop itu dan duduk di atas ranjang. Di sebalik amplop itu ada sebuah tulisan. 'For my little wife.'

Tanganku gemetar membuka amplop itu. Terdapat secarik surat di dalamnya.

^^^Bandung, 21 Januari 2020^^^

Dear My Little Wife,

Adelina Putri Ningrum, gadis cantik yang saya nikahi demi balas dendam. Ya, awalnya memang saya menikahimu untuk membalas dendam pada papa saya yang secara tak langsung menyebabkan kematian Keyla.

Tapi, kamu tahu, Del, menikah denganmu seperti sebuah anugerah. Kamu adalah obat yang tak pernah saya kira sebelumnya. Semakin lama bersama kamu, saya mengerti, bukan balas dendam yang saya butuhkan, tapi seseorang yang mampu mengeluarkan saya dari lubang hitam. Seseorang yang senantiasa merengkuh bahu saya. Seseorang yang ingin selalu saya jaga.

Dan seseorang itu kamu, Adelina.

Jujur, saat kamu mengatakan ingin menjadi Keyla untuk bisa saya cintai, saya merasa entah. Saya tak suka, karena bagi saya kamu adalah kamu, istri saya. Bukan Keyla atau wanita manapun.

Saya memang gak bisa mencintai kamu seperti saya mencintai Anaya, karena kalian berada di tempat yang berbeda. Anaya adalah masa lalu yang ingin saya kubur dalam-dalam, sementara kamu adalah masa depan yang sedang saya usahakan.

Saya gak bisa banyak bicara, untuk itu lewat surat ini semoga kamu bisa memahami perasaan saya.

Saya mencintai kamu, Adelina Putri Ningrum.

Dari suamimu yang kamu bilang mirip Cha Eun Woo

Aldevaro Ayden Mahatma.

Tangisku langsung pecah setelah membaca surat dari Mas Al. Surat ini dibuat sehari sebelum kecelakaan itu. Yang artinya sewaktu Mas Al memberikanku kejutan bunga dan beberapa boneka kecil.

Bagaimana bisa aku gak menyadari kalau sikap Mas Al memang sudah berubah padaku. Bagaimana aku masih mengira dia masih menganggapku sebagai adiknya selama ini.

"Mas .... kembalilah ... " rintihku di sela isak tangisku.

Pintu kamarku terbuka disusul Bunda dan Ayah yang masuk dengan wajah panik. Segera Bunda merengkuhku dalam pelukannya dan menenangkanku. Sementara Ayah mengambil surat itu dari tanganku dan membacanya.

"Bun ... Mas Al ternyata bener-bener sayang sama aku ..." ucapku yang dibalas anggukan oleh Bunda.

Bunda mengelus rambutku yang sudah berantakan. "Iya, Sayang. Al memang sangat menyayangi kamu," ucap Bunda yang sudah ikut menangis.

Di tengah isak tangisku, aku melihat bayangan Mas Al yang tersenyum ke arahku. Bibir pucatnya bergerak mengucapkan kata 'I Love You' lalu menghilang bersama angin malam yang berembus lewat jendela kamar.

"I love you too and see you in another world, Suamiku."

...🍉🍉...

...Alhamdulillah, akhirnya hari ini bisa sampai di ending🥰...

...Terima kasih banyak Author ucapkan untuk semua reader Adelina dan Mas Al. Jangan lupa komen and like ya supaya Author makin semangat nulis cerita lagi....

...Nantikan cerita-cerita Author selanjutnya......

...Love you All😘😘...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!