NovelToon NovelToon
Berjaya Setelah Terluka

Berjaya Setelah Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Demi menikahi wanita yang dicintainya, Arhan Sanjaya mengorbankan segalanya, bahkan rela berhutang banyak dan memenuhi semua keinginan calon mertuanya. Terbelenggu hutang, Arhan nekat bekerja di negeri seberang. Namun, setelah dua tahun pengorbanan, ia justru dikhianati oleh istri dengan pria yang tak pernah dia sangka.

Kenyataan pahit itu membuat Arhan gelap mata. Amarah yang meledak justru membuatnya mendekam di balik jeruji besi, merenggut kebebasannya dan semua yang ia miliki.

Terperangkap dalam kegelapan, akankah Arhan menjadi pecundang yang hanya bisa menangisi nasib? Atau ia akan bangkit dari keterpurukan, membalaskan rasa sakitnya, dan menunjukkan kepada dunia bahwa orang yang terbuang pun bisa menjadi pemenang?

Karya ini berkolaborasi spesial dengan author Moms TZ.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Rencana Arhan

.

Arhan kembali ke rumah Budi dengan langkah berat. Sertifikat tanah di tangannya terasa seperti beban tambahan, bukan aset yang menenangkan. Budi menyambutnya dengan tatapan khawatir.

"Bagaimana, Han? Apa semua berjalan lancar?" tanya Budi. Ya segera mengambil koper yang ada di tangan Arhan, dan membawa temannya itu untuk duduk di sofa.

“Minum dulu, Han!” ucapnya sambil mengulurkan segelas air putih yang baru saja ia tuang dari teko yang ada di atas meja di hadapannya.

Arhan menerima gelas itu, menenggak isinya sehingga habis lalu meletakkan gelas di atas meja. Pria itu menggeleng pelan. "Nurmala menguras habis tabunganku,” ucapnya lemah."Hanya sertifikat tanah ini satu-satunya yang tersisa. Itupun karena sebelumnya masih berada di bank dan belum sempat aku ambil.”

Setidaknya masih ada satu hal yang Arhan syukuri. Ia tidak bisa membayangkan seandainya sertifikat itu berada di rumah, mungkin kini dirinya tak lagi memiliki apapun.

Budi menghela napas. "Sialan mereka. Tapi jangan menyerah, Han. Kita akan cari cara lain."

"Tapi aku tidak bisa diam saja, Bud. Mereka harus membayar atas apa yang telah mereka lakukan."

"Aku tahu, Han. Tapi kita harus bertindak hati-hati. Jangan sampai kita malah terjerat masalah baru," jawab Budi bijak.

"Tentu saja,” sahut Arhan. "Aku akan cari tahu dulu semua informasi tentang bisnis mereka?"

"Jangan khawatir, aku akan membantumu.”

Mata Arhan tiba-tiba berbinar, senyum tipis tersungging di sudut bibirnya. "Bud, boleh nggak aku pinjam laptopmu? Aku perlu mencari informasi tentang mereka!"

Budi menatap Arhan dengan tatapan bertanya. “Kamu bisa mencari informasi sendiri?"

"Salah satu temanku ketika dipenjara, Pak Jatmiko, pernah mengajariku tentang ilmu IT. Aku akan mencoba meretas sistem mereka dan mencari tahu semua kelemahan mereka," jelas Arhan dengan nada percaya diri.

"Meretas? Kamu yakin bisa, Han?" Mata Budi terbelalak. "Tapi itu sangat berbahaya," Budi merasa khawatir.

"Tenang saja, Aku tahu apa yang aku lakukan. Lagipula, ini satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi yang akurat dan cepat," jawab Arhan.

"Tapi, apa itu tidak melanggar hukum?" tanya Budi ragu.

"Mungkin saja. Tapi, aku tidak peduli. Mereka yang sudah mengambil semua milikku. Kali ini saja, tolong maklumi kalau aku menjadi jahat menurutmu," jawab Arhan dengan nada tegas.

"Aku tidak pernah menganggapmu jahat. Aku hanya khawatir kamu akan masuk penjara lagi," kata Budi.

"Aku akan berhati-hati, Bud. Dan aku jamin ini tidak akan ketahuan," jawab Arhan, menepuk pundak Budi.

Budi pun mengangguk lalu beranjak untuk mengambil laptop di kamarnya. “Setidaknya makanlah dulu, Han! Aku sudah membelikan nasi kotak untukmu tadi.”

Arhan menatap ke arah Budi dengan perasaan terharu. “Maafkan aku, kalau dalam beberapa hari kedepan aku akan menjadi bebanmu," ucapnya.

"Kamu ngomong apa sih?” Budi berdiri dari tempat duduknya lalu ke belakang untuk mengambil nasi kotak yang tadi ia simpan di atas meja makan. “Ini makanlah! Jangan karena hanya fokus dengan balas dendam lalu kamu lupa mengisi perutmu!"

Arhan menerima nasi kotak yang diulurkan oleh Budi, dan menyantap nya. Dalam hati ia benar-benar merasa berhutang. Andai saja uang tabungannya tak dikuras habis oleh Nurmala,,,,

Beberapa jam kemudian, Arhan berseru dengan senyum kemenangan. "Aku berhasil! Aku mendapatkan semua informasi tentang bisnis mereka," ucap Arhan sambil menunjukkan layar laptop ke arah Budi.

Budi menatapnya, membaca setiap kata yang tertera di layar laptopnya. Berdecak kagum, “Aku tidak menyangka kamu benar-benar bisa." Raut tak percaya begitu nampak jelas di wajah Budi.

"Bisnis mereka memang terlihat sukses dari luar, tapi sebenarnya mereka punya banyak masalah. Mereka punya banyak hutang. Selain itu mereka juga terlibat persaingan tidak sehat dengan pedagang lain," jelas Arhan. Ujung telunjuknya menunjuk sebuah informasi yang ada di laptop.

Budi mengernyitkan dahi. "Persaingan tidak sehat? Maksudnya?"

"Ya, mereka mencoba menjatuhkan pesaing dengan menyebarkan berita bohong dan melakukan sabotase. Bahkan, mereka juga menggunakan bahan-bahan yang tidak layak untuk menekan biaya produksi." jawab Arhan.

"Sialan mereka! Mereka benar-benar tidak punya hati," Budi merasa geram. "Yang mereka produksi itu makanan. Apa mereka tidak berpikir, bagaimana jika ada pelanggan mereka yang keracunan? Pantas saja, baru satu bulan buka usaha mereka semakin terlihat bergaya. Rupanya, Mereka menggunakan bahan murah untuk mendapat keuntungan besar.”

"Bukan hanya itu. Aku juga menemukan bukti bahwa mereka telah melakukan penggelapan pajak dan pencucian uang," lanjut Arhan.

Budi terkejut. "Apa?"

"Dan kita bisa gunakan informasi ini untuk menjatuhkan mereka. Biar mereka merasakan akibat dari perbuatan mereka," jawab Arhan dengan nada licik.

"Apa itu tidak terlalu berbahaya? Kita bisa ikut terseret jika ketahuan," Budi merasa khawatir.

"Tenang saja, Bud. Aku sudah menghapus semua jejakku. Mereka tidak akan tahu bahwa aku yang melakukan ini. Lagipula, kita punya bukti yang kuat. Polisi pasti akan percaya pada kita," jelas Arhan.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya Budi.

“Aku akan menyebar informasi ini menggunakan akun anonim. Selanjutnya, biar netijen yang mengurusnya," jawab Arhan dengan nada tegas.

"Ya sudah, terserah kamu saja. Yang penting kamu hati-hati," kata Budi.

"Aku tahu.” Tangan Arhan kembali berjalan lincah di atas keyboard. Melakukan apa yang baru saja ia katakan pada Budi.

Beberapa menit kemudian.

“Done. Biarkan kekuatan netijen berbicara." Arhan menyandarkan punggungnya seraya menghela nafas lega. Beban berat seolah terangkat dari pundaknya.

“Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" tanya Budi.

"Aku ingin membuka usaha kuliner yang sama seperti milik mereka," jawab Arhan dengan nada mantap.

“Aku akan membuat usaha yang lebih baik dari mereka. Kualitas makanan yang lebih baik, harga yang lebih terjangkau, dan pelayanan yang lebih ramah. Aku yakin, itu akan membuat usaha mereka semakin tenggelam," jelas Arhan dengan semangat.

"Sepertinya itu ide yang bagus," ucap Budi.

Arhan mengambil nafas dalam. “Tapi, masalahnya aku tidak punya uang saat ini. Semua tabunganku sudah dikuras habis oleh mereka," kata Arhan ketika mengingat kenyataan pahit itu.

Budi menatap sahabatnya dengan rasa iba. “Tidak masalah kalau kamu pakai uangku dulu. Aku punya kok tabungan yang cukup untuk modal kamu. Dan aku percaya kamu pasti akan bisa mengembalikannya suatu saat nanti."

"Tidak perlu!” Tiba-tiba wajah Arhan berbinar. “Aku punya sertifikat tanah. Kenapa aku harus bingung modal?" ucap Arhan, menunjukkan sertifikat tanahnya dengan seringnya licik yang terpancar dari sorot matanya.

Budi menatap sertifikat tanah itu dengan tatapan ragu. “Bukankah itu sertifikat tanah tempat di mana bangunan rumah yang saat ini ditempati oleh Fadil dan Nurmala?” tanya Budi tak mengerti.

Arhan mengangguk. “Betul," jawabnya. "Aku tidak bisa mengambil kembali tanah itu. Tapi orang lain bisa.”

“Maksudmu?"

“Begini, ... … …"

1
RMQ
cerita ini diawal memang bagus, saya tunggu sampai tamat dlu baru baca🤭🤭🤭
〈⎳ FT. Zira
pikiran orang yg gak mau usaha ya gini🤧
Hasanah Purwokerto
Bagus bgt filosofinya mam...👍👍👍👍
Hasanah Purwokerto
Kasiaaaannnn...Fadil...umpanmu tdak termakan...hahahahaaaaa
Hasanah Purwokerto
Sudah benar apa yg kamu lakukan Arhan,,tidak ada gunanya mempertahankan wanita seperti Nurmala...
Hasanah Purwokerto
skak mat...
Hasanah Purwokerto
Cinta yg membabi buta,,jika terluka bs menjadi benci yg membabi buta juga..
Hasanah Purwokerto
Smg kelak.kalian bs bekerja sama,,saling menguntungkan,,tunjukkan pd dunia kalian bisa..
Sunaryati
Wah dengan adanya ibu dan adik kamu mungkin menambah lariis warungmu, karena masakan ibumu
Hasanah Purwokerto
Betul kata pak tua..yuk bangkit yuk..kamu bisa Ar...💪💪💪💪
Hasanah Purwokerto
Ini orang berdua ya,.bukannya sadar diri malah menjadi jadi..
Hasanah Purwokerto
Smg karma segera datang pd kalian..
Hasanah Purwokerto
Ga akan pernah..justru kamu yg akan menangis dan memgemis di bawah kaki nya Arhan...
Hasanah Purwokerto
Yang sabar,,yg kuat ya Ar...
Gusti mboten sare...
Hasanah Purwokerto
Kok ky penjahat kelas kakap aja,,cm diinterogasi masa tangannya diborgol kebelakang begitu..
Hasanah Purwokerto
Cn Arhan punya bukti perselingkuhan mereka ya,,minimal sblm dihajar udah di poto dl...
Hasanah Purwokerto
Bener" uedaaaannn....
orang tua macam apa seperti itu...
Hasanah Purwokerto
Oalah...wong tuo kucluk...
membiarkan anaknya melakukan dosa...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Hasanah Purwokerto
Arhan patah hati sepatah patahnyaaaaa
Hasanah Purwokerto
Kli memang wanita terhormat,,apapun yg terjadi,,selama ditinggal suami ya akan menjaga kehormatannya...
bukan malah menyalahkan org lain..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!