Dikhianati kekasihnya, dijual oleh bibinya demi mendapatkan uang untuk biaya pengobatan sang ibu, membuat Elara terjebak dalam hubungan yang rumit.
Dia terpaksa menjadi wanita pemuas nafsu seorang taipan kaya raya, yang arogan, dingin, dan kejam.
Parahnya, status Elara yang sudah sah sebagai istri Eden Dwight tidak boleh diketahui publik.
Bagaimanakah kisah mereka selanjutnya? yuk simak. Jangan lupa tinggalkan like, komen, dan vote jika kalian suka ceritanya ❣️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatuElla11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Pertukaran
"A-Arash?!"
Arash membuang rokok ditangannya lalu menginjaknya kemudian dia tersenyum lebar kearah Elara yang dipenuhi keterkejutan.
"Kita bertemu lagi." desisnya.
Perasaan Elara seketika dilingkupi oleh ketakutan. Dia mengabaikan perkataan Arash dan hendak melenting bangun, namun lagi-lagi dia terkejut saat mendapati tubuhnya terikat sempurna pada kursi kayu yang dia duduki membuat gerakkannya terbatas.
"K-kenapa kau mengikatku! Dimana aku?!" ekspresi Elara berubah panik.
"Kau sedang menjadi tawananku kakak ipar! Tentu saja aku mengikatmu agar kau tidak bisa melarikan diri."
"Apa?! Bagaimana bisa kau menawanku?! Memang apa salahku?!"
Arash terkekeh.
"Kau memang tidak salah apapun, tetapi keberadaanmu akan membantuku."
"Apa maksudmu?!"
"Kau akan kujadikan umpan pancing untuk menggiring Eden kemari."
"Jadi kau menawanku karena Eden?!"
"Yupz! Tepat sekali! Mengingat Eden menceraikan Alexa dan memilihmu, aku yakin kau sangat berharga bagi saudara tiriku itu."
Sesaat Elara terdiam. Lalu dia menatap Arash tajam.
"Jika kau mengira aku berharga bagi Eden, kau salah besar Arash! Bukankah aku pernah bilang padamu bahwa pernikahanku dengan Eden terjadi karena keterpaksaan?! Eden hanya menginginkan anak dariku bukan diriku! Meski aku mati sekalipun dia tidak akan peduli. Dia bisa mencari wanita lain sebagai penggantiku yang bisa memberinya keturunan. Jadi aku rasa sia-sia saja kau menawanku!"
Ya, memang itulah faktanya. Dia tak seberharga itu bagi Eden. Jadi tidak mungkin Eden akan datang demi menyelamatkannya.
"Sayangnya aku tidak yakin dengan kata-katamu." Arash berdiri lalu berjalan pelan memutari Elara.
"Kau baru saja makan malam romantis dengan Eden bukan? Itu sudah cukup membuktikan bagaimana berharganya kau untuknya." Arash berhenti dibelakang tubuh Elara, lalu membungkuk dan mendekatkan bibirnya ketelinga perempuan itu dan berbisik. "Sebab dia tak pernah memperlakukan wanita manapun sebaik dia memperlakukanmu."
Hembusan napas Arash yang menerpa sisi kulit wajah Elara membuat Elara refleks memalingkan wajahnya kearah berlawanan. Dia merasa jijik sekaligus takut pada laki-laki dibelakangnya.
Arash tersenyum. Dia kembali menegakkan tubuh lalu berjalan berdiri dihadapan Elara.
"Hanya karena makan malam bersama kau berpikir aku berharga baginya? Lihat saja, aku yakin Eden tidak akan datang!"
"Bagaimana jika dia datang?"
"Itu hanya akan terjadi dalam mimpimu!"
Arash tertawa terbahak mendengar jawaban Elara.
Dia tahu perempuan ini sebenarnya sedang ketakutan kepadanya namun dengan cerdik Elara menutupinya dengan memprovokasi dirinya agar dia membebaskan Elara secara cuma-cuma. Tentu saja dia tidak akan terpengaruh.
Arash pun mengeluarkan ponselnya dari saku celana lalu menggoyangkannya diudara membuat Elara menatap penuh tanda tanya.
"Mari kita buktikan, apakah kau berharga atau tidak bagi lelaki sombong itu."
Arash mencari nomor telepon Eden lalu menghubunginya.
"BAJINGAN! DIMANA ELARA?!"
🌿🌿🌿
Rahang Eden mengeras, sementara lengannya mencengkram kuat ponsel yang berada ditelinganya.
Saat ini Eden sedang berada di restoran tempat dimana terakhir kali Elara bersamanya. Eden sengaja kembali kesana untuk mengecek CCTV resto.
Sial! Dia baru teringat hal sepenting ini karena terlalu panik mendengar kabar hilangnya Elara.
Eden sudah yakin bahwa Arash-lah yang menculik wanitanya. Sebab sebelum Arash menghubunginya, dia sudah lebih dulu mendapat kabar dari Lander yang ditugaskan untuk mencari lelaki itu di apartemennya.
Lander melapor bahwa Arash sudah tak tinggal disana dari satu bulan lalu. Dan dari data yang Lander dapat lelaki itu membeli sebuah villa didaerah terpencil nyaris ditengah hutan.
Jelas laporan Lander cukup membuat Eden yakin bahwa Arash membeli villa tersebut untuk dijadikan tempatnya menyekap Elara.
Sebab dulu bajingan itu juga melakukan hal yang sama. Bersembunyi ditempat yang sulit dijangkau saat menjadi buronan polisi ketika terjerat kasus narkoba.
Baru saja Eden hendak menghubungi saudara tirinya yang parasit itu tetapi lelaki itu sudah lebih dulu menghubunginya.
Mendengar suara Eden yang membentaknya, diujung sana Arash tak tahan untuk tidak tertawa.
"Dia ada bersamaku." Arash pun sengaja mengaktifkan mode load speaker agar Elara bisa mendengar percakapannya dengan Eden.
"Lepaskan dia! Urusanmu bukan dengannya, tapi denganku!" geram Eden dibalik giginya yang terkatup rapat.
"Tentu saja. Aku akan melepaskan jalangmu setelah kita melakukan pertukaran yang adil."
"Apa maumu?"
"Aku ingin kau datang ketempatku, membawa seluruh aset kekayaan keluarga Dwight."
Deg.
"Kau ingin memerasku?" desis Eden.
Arash kembali tertawa.
"Anggaplah begitu. Pilihanmu hanya dua, setuju atau tidak? Jika kau setuju aku akan mengembalikan jalang kecilmu itu dalam keadaan selamat. Tetapi jika tidak, maka aku akan melemparnya pada anak buahku setelah aku puas memakainya."
Sontak ancaman Arash membuat Eden dan Elara tercekat secara bersamaan.
Bahkan kini wajah Elara sudah berubah pucat pasi, membayangkan nasib dirinya yang digilir oleh anak buah Arash jika Eden tidak menyetujuinya.
Dan Arash yang melihat perubahan ekspresi Elara jelas begitu menikmatinya.
"Jangan pernah bermain-main denganku Arash."
"Kau tidak punya pilihan lain Eden. Setuju atau tidak?"
Eden meremas ponselnya.
"Bajingan! Berikan lokasimu!"
Arash mengembangkan senyumnya.
"Segera kukirimkan dengan syarat, kau tidak boleh membawa orangmu. Jika kau melanggar, aku tidak janji wanitamu akan selamat."
"Dan aku akan membunuhmu jika setitik saja kau melukai Elara."
Arash tertawa.
"Sepertinya kau sangat menyukai jalangmu. Baiklah aku setuju. Datanglah segera!"
Klik!
Arash mematikan sambungan teleponnya tanpa peringatan membuat Eden mamaki bajingan itu.
Tak lama Eden mendapat pesan dari Arash yang berisi foto dan lokasi dimana Elara berada.
Jantung Eden serasa diremas ketika melihat kondisi Elara. Beberapa waktu lalu perempuan itu masih bersamanya. Bercanda dan tersenyum.Tapi kini tahu-tahu Elara sudah dalam keadaan terikat tak berdaya.
Jelas semua ini salahnya.
Dan dia tidak akan memaafkan dirinya jika sesuatu buruk terjadi pada perempuan itu.
🌿🌿🌿
"Kau dengar sendiri bukan? Eden akan datang menyelamatkanmu. Dia menyetujui pertukaran yang aku tawarkan padanya. Bukankah itu artinya kau sangat berharga dibanding harta kekayaan keluarga Dwight yang dia miliki?" Arash tersenyum smirk.
Dia lalu berjalan mendekati Elara dan meraih dagu perempuan itu.
"Sebenarnya sihir apa yang kau gunakan sehingga Eden bertekuk lutut padamu, eh?" Elara menatap marah, lalu memalingkan wajahnya dengan kasar.
"Kau benar-benar jahat Arash! Kenapa kau tega memeras Eden?! Bagaimanapun dia saudaramu!" sentak Elara.
Arash pun menyeringai. Dia kembali meraih dagu Elara dan menghadapkannya ke arahnya.
"Karena aku ingin menjadi orang terkaya nomor satu didunia ini. Apa kau tidak tahu seberapa banyak kekayaan keluarga Dwight sehingga aku berambisi memilikinya? Bahkan aku sampai memanfaatkan Alexa, namun sayangnya dia sangat bodoh dan tak berharga bagi Eden."
"Jika kau ingin kaya raya seharusnya kau bekerja! Bukan merampas harta milik orang lain!"
Sontak Arash langsung mencengkram rahang Elara. Ekspresinya tampak marah.
"Tak perlu menasehatiku Bitch! Kau lupa? Kau juga merampas Eden dari Alexa demi uang?! Kau ingin hidup enak bergelimang harta sampai-sampai kau rela mengangkang dan menjadi istri simpanan bajingan itu. Bukankah tujuan kita sama? Kita sama-sama ingin harta kekayaan Eden? Ah ya, jika kau mau kita bisa bersatu melawannya. Aku akan memberikan bagian yang adil padamu dan kita juga bisa menjadi partner ranjang yang saling memuaskan."
Arash mengerling nakal lalu berbisik ditelinga Elara.
"Milikku sangat besar dan panjang aku bisa membuatmu mendesah dan menjerit nikmat berkali-kali lipat dibanding Eden. Apa kau bersedia menjadi jalangku?" Arash kembali menatap Elara.
Namun diluar dugaan, Elara malah meludah tepat kewajah Arash.
"Cuihh! Jangan mimpi! Aku lebih baik mati daripada menjadi jalangmu!" sentak Elara.
Arash menarik sudut bibirnya. Lantas dia mengusap ludah Elara pada wajahnya dengan gerakan lambat lalu dia menegakkan tubuh.
Elara pikir semua selesai. Namun tanpa diduga Arash melayangkan tangannya keudara dan ...
Plak!
Dengan keras Arash menampar Elara membuat sudut bibir perempuan itu sobek dan mengeluarkan darah seketika.
"Beraninya kau meludahiku jalang!" bentak Arash.
Tak cukup dengan menampar, Arash kini menjambak rambut Elara hingga Elara meringis kesakitan.
"Jika kau memilih mati, maka akan ku kabulkan, tapi nanti, setelah aku mendapatkan apa yang aku mau!"
Setelah berkata demikian Arash langsung melepaskan jambakannya dari rambut Elara dengan kasar. Kemudian dia berbalik dan meninggalkan perempuan itu dengan membanting pintu.
Elara sendiri hanya bisa menitikkan air mata saat merasakan pipinya dirambati oleh nuansa panas dan perih.
*
To be continued
Halo jangan lupa, like, komen, hadiah, vote dan ulasannya. Trimakasih ❣️
bagus Eden kamu harus jujur sama perasaan kamu terhadap elara agar tidak ada kesalah pahaman,dan elara kamu juga secepatnya bilang pada Eden kalau kamu sedang hamil anaknya Eden .../Smile/
Eden kamu akan segera menjadi seorang ayah semoga elara juga secepatnya memberi tau kehamilannya pada Eden jadi tidak sabar menunggu esok hari Thor menunggu lanjutannya
Eden /Heart/ elara aku suka banget sama pasangan ini Thor 🤭🤭
jadi gak sabar nunggu lanjutannya Thor ....
sebenarnya aku lebih suka gambar yang dulu sih Thor gambar no 2 ..
Eden yah ?? pasti salah paham lagi ini tapi semoga aja Eden bisa berpikir jernih ...
kira² bakal terjadi salah paham gak yah kalau Eden sudah sembuh nanti dan bertemu dengan elara tapi ada nero di sana hemm /Smug/