Love And Revenge

Evelyn berjalan mengendap-endap menuju rumah tersebut.

Suasana sekitar yang nampak sunyi membuatnya semakin waspada. Ia bergerak dengan hati-hati, dengan pandangan yang tajam menatap sekitar.

Namun, ia tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di sana. Hanya ada suara gesekan dedaunan yang di terpa angin malam dan riak serangga malam.

Meski begitu, dia sangat yakin jika Jack ada di dalam. Di ruang rahasia yang ada di dalam rumah sederhana itu.

"Apa dia sengaja membuat orang lain mengira jika rumah ini tidak berpenghuni?" batinnya. Namun, ia segera menepis pemikiran itu dan memantapkan tujuan utamanya, yaitu balas dendam.

"Malam ini, aku pastikan akan menjadi malam kematianmu, Jack," geram Evelyn dalam hati.

Ia berhenti di depan pintu. Matanya kembali menyapu sekitar, memastikan tidak ada yang mencurigakan. Lalu, tangannya terangkat, mendorong kenop pintu yang ternyata tidak terkunci.

Ia mengangkat senjatanya dan masuk perlahan dengan kewaspadaan tinggi. Namun, baru beberapa langkah, ia sudah di sambut dengan tembakan, yang membuatnya harus menghindar, dengan berguling ke samping, bersembunyi di belakang sofa.

"Sudah aku duga." Evelyn mengangkat senjatanya, menembak ke arah tempat persembunyian musuh.

DOR! DOR! DOR!

Dia terus menghujani tempat persembunyian musuh dengan rentetan tembakan dari senjata otomatisnya. Lalu, ia berbalik, saat mendengar suara mencurigakan dari arah belakang, dan kembali melepas tembakan.

Satu persatu Anak buah Jack tewas sebelum melakukan penyerangan.

Setelah memastikan semua aman, Evelyn segera melangkah menuju sebuah ruangan yang penuh dengan rak buku. Lalu, ia menekan tombol di dinding, yang membuat rak-rak tersebut bergeser dan memperlihatkan sebuah lorong yang gelap.

Udara lembap dan berdebu menyergap wajahnya. Ia menarik napas dalam, menyalakan senter kecil di ujung senjatanya, lalu melangkah masuk.

Namun, baru beberapa langkah ia menapaki lorong sempit itu, suara langkah berat terdengar mendekat dari depan. Evelyn segera berhenti dan menyiapkan senjata.

Dua ... tiga ... lima orang muncul, membawa senjata tajam dan senapan.

"Habisi dia!" teriak salah satu dari mereka.

Evelyn tidak membuang waktu. Dia segera menekan pelatuk senjatanya dan ...

DOR! DOR! DOR!

Beberapa peluru melesat cepat, menembus tubuh dua orang di barisan depan. Mereka ambruk tanpa sempat melawan. Namun, sisa musuh yang menyerbu, membuat Evelyn harus bergerak cepat. Ia menunduk, dan kembali menembak.

DOR! DOR! DOR!

Mereka semua tewas seketika. Namun, Evelyn kembali di kejutkan dengan kedatangan musuh dari arah belakang. Dia segera berbalik, mengarahkan senjatanya dan menembaki mereka. Namun, salah satu peluru musuh melukai lengannya, membuat senjatanya terjatuh.

"Argh!" desis Evelyn menahan sakit.

Hal itu membuat musuh itu tersenyum sinis, merasa menang darinya. Tapi sayangnya, mereka lupa berhadapan dengan siapa.

Evelyn tidak memberi kesempatan. Dengan gerak cepat, ia menendang senjatanya dengan begitu keras, sehingga melayang dan menghantam wajah pria itu, tepat di wajahnya.

"Argh!" Pria itu memekik kesakitan dengan darah mengucur dari hidungnya. Lalu, Evelyn berlari, menendang dada pria itu dengan tendangan keras hingga tubuhnya terpental ke belakang, menghantam teman-temannya yang hendak menyerang Evelyn.

Evelyn tidak memberi kesempatan pada mereka. Dia menunduk, mengambil senjata dari balik punggungnya dan menembak satu persatu musuh hingga tidak tersisa.

Setelah memastikan semua tidak lagi bergerak, Ia mulai mengerang pelan, memegangi lengannya yang berdarah. Napasnya berat, tapi matanya tetap tajam. Lalu, ia merobek baju anak buah Jack yang tewas, dan menggunakannya untuk membalut luka di lengannya.

"Tidak ada yang bisa menghentikan ku malam ini," gumamnya dingin.

Setelah memastikan pendarahan berhenti, Evelyn kembali melangkah sampai di ujung lorong, di depan pintu besi yang tertutup rapat.

Evelyn mendorong pintu tersebut dengan keras, dan di sambut begitu banyak anak buah Jack yang menodongkan senjata ke arahnya.

Prok! Prok! Prok!

Jack muncul di belakang anak buahnya, bertepuk tangan melihat keberanian wanita itu.

"Aku tidak menyangka kau akan datang, Sayang," ujar Jack. "Aku tahu, kau pasti akan kembali padaku."

"Cih, aku memang datang untuk mencari mu, Jack. Tapi, bukan untuk kembali padamu. Melainkan, untuk mencabut nyawamu," geram Evelyn.

Jack tertawa keras. "Kau ingin membunuhku, begitu? Apa kau tidak lihat keadaanmu sekarang, sayang?" Jack menunjukkan bodyguard yang berdiri di belakangnya. "Dengan begini, apa kau yakin bisa membunuhku, hm?"

Evelyn mengepalkan tangannya erat. Dia menatap anak buah Jack yang tidak terhitung, bersiap melepas tembakan ke arahnya.

"Lebih baik, kau menyerah saja, sayang. Aku berjanji, akan membiarkanmu tetap hidup asalkan kau mau memberikan Flashdisk itu padaku," ujar Jack.

Evelyn terdiam sesaat. Dia mengeluarkan Flashdisk dan menatapnya sejenak. Lalu, tawa keras keluar dari bibirnya.

"Kenapa kau tertawa, hah?" sentak Jack, waspada.

Tawa Evelyn perlahan mereda, lalu ia melihat Flashdisk itu dari jarak dekat dan tersenyum sinis. "Melihat Flashdisk ini, aku jadi teringat betapa bodohnya dirimu, Jack. Kau memang suka bermain wanita. Entah, sudah berapa banyak wanita yang kau campakkan di luar sana. Tapi, kau justru hanya ingin menikah denganku. Itu sebabnya, kau mempercayakan semua hasil bisnis mu padaku. Bukankah, kau terlihat bodoh, hah?"

"Diam!" teriak Jack, geram. Dia merebut senjata anak buahnya dan mengarahkan moncong senjata pada Evelyn. "Bukan aku, tapi kau yang bodoh, Evelyn. Malam ini, kau yang akan mati."