NovelToon NovelToon
Langit Yang Kedua

Langit Yang Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa pedesaan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Janda / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Starry Light

Hagia terkejut bukan main karena dirinya tiba-tiba dilamar oleh seorang pria yang jauh lebih muda dari usianya. Sebagai seorang janda beranak satu yang baru di ceraikan oleh suaminya, Hagia tidak menyangka jika tetangganya sendiri, Biru, akan datang padanya dengan proposal pernikahan.

"Jika kamu menolakku hanya karena usiaku lebih muda darimu, aku tidak akan mundur." ucap Biru yakin. "Aku datang kesini karena aku ingin memperistri kamu, dan aku sadar dengan perbedaan usia kita." sambungnya.

Hagia menatap Biru dengan lembut, mencoba mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. "Biru, pernikahan itu bukan tentang kamu dan aku." kata Hagia. "Tapi tentang keluarga juga, apa kamu yakin jika orang tuamu setuju jika kamu menikahi ku?" ucap Hagia lembut.

Di usianya yang sudah matang, seharusnya Hagia sudah hidup tenang menjadi seorang istri dan ibu. Namun statusnya sebagai seorang janda, membuatnya dihadapkan oleh lamaran pria muda yang dulu sering di asuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Kehidupan rumah tangga Biru dan Hagia berjalan mulus tanpa masalah berarti satu tahun ini. Meskipun mereka belum menambah momongan, namun tidak mengurangi keharmonisan dan kebahagiaan keluarga kecil nya.

Biru menyerahkan sepenuhnya pada Hagia perihal hamil dan melahirkan, tidak ada tuntutan apapun darinya sebagai suami. Sementara Hagia masih ingin mencurahkan kasih sayangnya pada Hasya, putrinya yang baru merasakan kasih sayang yang sebenarnya dari seorang ayah.

Ia tidak ingin membuat Hasya kembali kecewa, egois memang, namun itulah keputusan Hagia.

Suasana dapur yang hangat dan aroma makanan yang lezat memenuhi udara, membuat Hagia merasa nyaman dan bahagia. "Ning, kamu hari ini tidak ke toko?" tanya Umi Salma, melihat Hagia masih sibuk di dapur menggoreng kerupuk.

Hagia menoleh kearah ibu mertuanya dan tersenyum, "Tidak, Umi. Hari ini Ning ada janji sama ustadzah Kamila." jawabnya, sejak resmi menjadi menantu keluarga Bachtiar, Hagia mulai aktif ikut membantu mengajar di pesantren.

"Wahhh, makin sibuk aja menantu Umi." ujar Umi Salma tersenyum bangga, ternyata Hagia bisa membawa dan menempatkan diri sebagai anggota keluarga Bachtiar. Umi Salma membantu Hagia memasukkan kerupuk dalam wajan.

Hagia menanggapi dengan senyum lembutnya, "Umi sendiri, bukan nya mau pergi arisan? Kenapa belum siap-siap?" tanya Hagia, melihat Umi Salma masih mengenakan gamis sederhana dan bergo ala rumahannya.

Umi Salma menggeleng tidak semangat. "Gak jadi, kayaknya setelah putaran ini, Umi gak ikut arisan lagi." katanya.

Hagia mengerutkan keningnya, ia mengangkat kerupuk dari dalam wajan dan mematikan kompornya. "Kenapa tiba-tiba? Bukannya Umi senang bisa bertemu dan berkumpul dengan teman-teman, Umi?" tanya Hagia sambil memasukkan kerupuk dalam toples.

Umi Salma menarik napas dalam-dalam dan menatap Hagia. "Akhir-akhir ini, Umi merasa tidak nyaman bersama mereka. Jadi, lebih baik Umi gak ikut lagi." katanya tersenyum masam.

Hagia merasa jika bukan hanya itu alasan Umi Salma berhenti ikut arisan, tapi ia tidak tahu harus bagaimana. "Kalau memang Umi sudah tidak nyaman, keputusan Umi untuk berhenti iku arisan sudah tepat." katanya memeluk lengan ibu mertuanya.

Umi Salma menepuk-nepuk pelan tangan Hagia. "Lagian, Umi mau sering-sering nempelin Abi. Dia sekarang sering keluar kota."

Hagia tertawa pelan. "Ning setuju banget kalau itu." sahutnya, mereka tertawa bersama.

Sebenarnya, alasan Umi Salma berhenti ikut arisan karena sering di sindir masalah cucu. Sudah setahun putranya nikah, tapi belum punya anak. Hal itu membuatnya merasa risih, sebab ia sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Ia tidak mendesak Biru dan Hagia untuk cepat-cepat memberinya cucu, karena ia sudah sepenuhnya menerima Hasya sebagai cucunya.

.....

Hagia berjalan menuju ruang kantor para ustadz dan ustadzah pesantren Al-Hidayah berada. Namun baru sampai koridor kelas para santriwati, ia berpapasan dengan suaminya, Biru.

"Ehhh, kok disini? Ngapain? Kangen yaa?" goda Biru setengah berbisik.

Hagia tersenyum mendengar godaan suaminya, meskipun sudah satu tahun menikah dengan Biru, entah kenapa hatinya masih berdebar-debar saat di goda seperti ini.

"Kok ada disini? Dari mana?" Hagia balik bertanya.

Biru gemas mengusap puncak kepala Hagia yang tertutup hijab. "Di tanya kok malah balik tanya sih, istriku ini?" gemasnya.

Hagia menepis pelan tangan Biru. "Malu, Gus. Banyak anak-anak disini." katanya melirik sekitar memang banyak para santri dan santriwati.

"Aku ada janji sama ustadzah Kamila, kamu tahu beliau ada di mana?" tanyanya.

"Oh, ustadzah Kamila? Beliau ada di aula bersama para santriwati. Ayo aku anterin." Biru menarik tangan Hagia, menuju aula yang dimaksud.

Hagia tersenyum melihat tangannya di genggaman erat oleh Biru. Sampai hari ini, ia belum menemukan kekurangan dari suaminya. Sikap manis dan lembut Biru selalu membuatnya merasa nyaman dan dicintai, Hagia mulai memikirkan untuk merencanakan kehamilan.

Sayup-sayup mulai terdengar lantunan sholawat, pertanda jika para santriwati dan ustadzah Kamila memang sedang berlatih di dalam aula.

Hagia menghentikan langkahnya di dekat pintu aula, Biru menolah dengan alis saling bertaut. "Sampai sini saja." ujar Hagia.

Biru mengangguk. "Padahal aku masih kangen." katanya sedikit manja.

Hagia terkekeh pelan, suaminya memang pria yang dewasa dan berwibawa di depan para santri dan tenaga pengajar lainya. Namun, akan sangat manja jika sedang bersamanya, seperti anak kucing pada induknya.

"Nanti malam ada waktu 'kan?" tanya Hagia pelan, pertanyaan itu lebih tepatnya sebuah kode.

Biru langsung menatap Hagia dengan mata berbinar. "Yang bener? Emang tamunya udah pulang?" tanyanya penuh semangat.

Hagia tersenyum dan mengangguk, tak ayal langsung membuat Biru melompat kegirangan. "Yes! Yes! Yes!" serunya, seperti anak kecil yang mendapat mainan yang di inginkan.

"Gus...," tegur Hagia, sebab para santri dan santriwati melihat kearah mereka.

Biru yang sadar jika masih berada di lingkungan pesantren tersenyum kaku. "Ehemm, baiklah. Aku ngajar dulu, assalamualaikum." katanya.

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." sahut Hagia sambil mencium punggung tangan Biru.

Biru mengedipkan sebelah matanya sebelum pergi meninggalkan Hagia di aula. Padahal baru satu minggu puasa, Biru sudah seperti orang yang puasa satu bulan. Hagia menggelengkan kepalanya memikirkan tingkah sang suami yang selalu semangat jika diajak 'bersilaturahmi'.

.....

Malam ini, Biru dan Hagia hanya makan malam berdua. Abi Ismail dan Umi Salma ada acara di luar kota, bahkan Umi Salma mengajak Hasya bersamanya. Katanya, sebelum Hasya mulai seolah TK, ini Salma ingin puas-puas mengajak Hasya jalan-jalan.

Sedangkan Bilal, ia sedang mengantarkan salah satu santri mereka yang mendapat beasiswa ke Mesir. Maka, sempurnalah malam silaturahmi Biru tanpa ada yang mengganggu. Meskipun mereka tinggal bersama, namun situasi sering membuat mereka seperti pengantin baru.

Biru melihat makanan yang di hudang oleh istrinya, ia sedikit heran karena hanya ada dua menu diatas meja. "Sayang, kenapa hanya masak toge sama ikan?" tanyanya. "Kamu capek ya, bantu-bantu di pesantren?" suaranya terdengar khawatir, kalau istrinya kelelahan membantu di pesantren, belum lagi bekerja jarak jauh, dan harus memasak.

"Nggak, kenapa? Gak suka ya?" tanya Hagia, Biru menggeleng.

"Aku selalu suka masakan istriku. Aku cuma takut kamu kecapean." katanya lembut.

Hagia tersenyum lega. "Oh kirain." Hagia mengambil piring Biru dan menyajikan makanan ke piring suaminya. "Aku gak capek, aku senang masak buat suamiku."

Hati Biru selalu meleleh ketika Hagia menyebutnya 'suamiku' rasanya seperti terbang. Lebay memang, tapi begitulah perasaan Biru.

"Gus," kata Hagia, Biru yang sedang mengunyah makanannya berhenti dan melihat istrinya. "Aku sudah memutuskan untuk program hamil, menurutmu bagaimana?" tanyanya pelan. Meskipun Biru memasrahkan semuanya padanya, tapi Hagia tetap butuh pendapat Biru.

"Program hamil? Kamu yakin?" tanya Biru, Hagia mengangguk. "Ya, aku sih setuju aja. Yang penting kamu nyaman."

"Aku sudah memikirkan ini matang-matang, dan aku juga gak punya alasan buat Nunda." ujar Hagia.

Biru tersenyum lebar. "Baiklah, untuk mendukung program istriku, aku akan bekerja lebih keras mulai malam ini." katanya sambil menarik turunkan kedua alisnya.

Hagia mencubit pinggang Biru, membuat pria itu mengaduh manja. "Itu sih emang maunya kamu." cibir nya.

Biru tertawa dan tidak mengelak sama sekali. "Suami istri itu saling melengkapi sayang, ayo cepat habiskan. Setelah itu kita berjuang." kata Biru semangat empat lima. Ia bahkan lupa jika punya seorang istri yang juga butuh sentuhan, kasih sayang, dan perhatian nya.

*

*

*

*

*

TBC

Untuk novel ini, author skip adegan dua satu plus nya yaaaaa. Jadi jangan nunggu part malam pertama, karena gak bakalan adaa🤸🏻‍♀️

Happy reading 🤗🤗🤗

1
Susapril Deping
Antukkan sekali kepala hilya biar sadar😁gemeees dech... liat hilya padahal paham agama
Starry💫: Reminder ya Kk, bahkan yang paham agama saja bisa salah dan di kalahkan dengan ego🤗
total 1 replies
Bahri Ali
cinta pertama biru berarti
Vanni Sr
ngeri² syedeep jgn smpe yg ahli agama bgitu jd perusaak, tkutnyaa jd pro dn kotra , krn si hilya psti ny pakai hijab pnjang.
Starry💫: Dari sini author ingin menyampaikan pesan, bahwa yang paham agama pun bisa melakukan kesalahan. Author sebelumnya juga udah konsultasi sebelum menulis cerita ini, pada yang lebih paham. Dan makasih kk udah mampir dan meninggalkan komen disini 🤗🤗🤗
total 1 replies
Susapril Deping
Alhamdulillah Di Lancarkan. Tapi Kok Aku Jadi Deg,.,,deg ..aaan yaaaa...Badai besar datang. Kasian Hagia berasa di bohongi 2x. apapun alasannya tetep saja sedih
Bahri Ali
yang sabar ya hagiaa
November
lanjut
Vanni Sr
sblm hagia tau mslah biru dn hilyah hrus sudah slsai kk
November
lanjut
Chelsea Aulia
Biru bodoh ,,,jangan menikahinya insting seorang wanita itu kuat biru
Vanni Sr
hrusnya yg tau biru nikah siri sm rubah betina , org tua ny dulu. biar mereka jd tameng untk bela hagia
Vanni Sr
tp jujur aja yg tidak d bnerakn sifat dn sikah si halya dn umi ny apa lg. dlingkungn pesantren gtu, pasti hlya.bkal ngelakuin hal nekat lgi dn umk ny mendukung. 1lg bu salma hrus tau gmn gila ny hilya
Vanni Sr
masa iya hagia d buat sakit 2x?? bkn kwjibn biru jg unk peduli sm hagia kalau tindkn ny buat wanita lain sakit hati.
Aryati Ningsih
semangat Thor ..lanjut terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!