NovelToon NovelToon
Om Duda Genit

Om Duda Genit

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Lune

Punya tetangga duda mapan itu biasa.
Tapi kalau tetangganya hobi gombal norak ala bapak-bapak, bikin satu kontrakan heboh, dan malah jadi bahan gosip se-RT… itu baru masalah.

Naya cuma ingin hidup tenang, tapi Arga si om genit jelas nggak kasih dia kesempatan.
Pertanyaannya: sampai kapan Naya bisa bertahan menghadapi gangguan tetangga absurd itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Lune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Bertahan Hidup di Pagi Hari

Bunyi alarm ponsel menggema nyaring di kamar mungil itu, membuat Nayla meringis sambil menutup kepala dengan bantal. "Ya ampun... siapa sih yang bikin alarm sekenceng ini? Eh, ya gue sendiri sih..." gumamnya setengah malas. Dengan mata masih terpejam, tangannya meraba-raba meja kecil di samping kasur, mencari hp yang terus berdering.

Akhirnya ia berhasil meraih hp itu, membuka satu mata, dan melihat layar. Jam sudah menunjukkan pukul 05.30 pagi. Nayla langsung melotot kecil. "Astaga! Udah setengah enam! Gila, gue bisa kesiangan lagi kalo kelamaan leha-leha."

Dengan malas tapi terpaksa, ia merenggangkan tubuhnya, menguap panjang sambil meluruskan tangan dan kakinya. "Aaahhh... enak juga ya kalau bisa rebahan seharian, tapi sayang hidup gue bukan drama Korea yang bisa skip kerjaan begitu aja."

Setelah itu, ia meraih botol minum di meja, meneguk air sampai habis, dan menepuk-nepuk pipinya sendiri. "Bangun Nayla, bangun! Hidup lo tuh keras, jangan banyak drama."

Nayla pun berdiri, menyeret kakinya menuju kamar mandi dengan rambut awut-awutan yang menjuntai ke bahu. Dari kejauhan, ia sudah bisa mendengar suara air keran menetes. "Oke, mari kita segarkan kepala sebelum ketemu makhluk-makhluk dunia luar. Semoga aja hari ini nggak ketemu sama tuh Om Genit... duh, bisa rusak mood gue pagi-pagi."

Sambil terkekeh kecil, ia membuka pintu kamar mandi dan bersiap memulai hari dengan wajah ceria khas dirinya.

Selesai mandi, rambut nya masih sedikit basah, Nayla melangkah ke dapur dengan penuh semangat. "Oke, Nayla! Hari ini lo harus sarapan enak biar otak encer, kerja semangat, kuliah juga gak ngantuk." Ia langsung membuka rice cooker dengan penuh harapan.

Tapi begitu tutupnya terangkat, matanya langsung melebar. "Hah? Ya ampun..." ia melongo menatap isi rice cooker yang hanya ada nasi secuil, kering, bahkan nyaris nempel di dasar. "Astaga naga, gue lupa beli beras kemarin!"

Ia mencolek sedikit nasi itu dengan sendok, menatapnya lama. "Mana cukup coba... ini mah bukan buat isi perut, tapi buat gelitikin lambung gue doang. Sumpah, lambung gue malah makin ngamuk kalau gue makan ini."

Nayla berdecak, lalu bersandar ke pintu kulkas. "Gimana dong? Masa gue sarapan angin lagi? Bisa jadi model iklan 'diet ekstrem tanpa makan nasi' nih gue."

Sambil garuk-garuk kepala, ia membuka kulkas berharap ada keajaiban. "Oke, Tuhan, kalau gue buka kulkas, tolong ya... munculin makanan enak gitu kek, kayak ayam goreng, rendang, atau minimal nugget lah."

Begitu pintu kulkas terbuka, isinya cuma air mineral, sisa sambel kemarin, sama telur satu biji. Nayla menepuk jidatnya sendiri. "Ya Allah, beginilah hidup anak kos-kosan. Telur jadi pahlawan bangsa."

Ia mendengus lalu bicara sendiri sambil menutup kulkas, "Yaudah deh, kayaknya gue harus bikin menu spesial: telur dadar tipis-tipis biar keliatan banyak. Atau nggak, goreng telur setengah, makan setengahnya, terus sisanya gue simpen buat makan siang. Kreatif banget kan gue?"

Ia pun nyengir ke arah panci yang kosong. "Nayla oh Nayla, kalau lo terus begini, bisa-bisa besok lo terpaksa minjem beras sama Om Genit sebelah tuh... duh, jangan sampe deh, ntar malah disuruh makan bareng segala. Ogah banget gue!"

Dengan semangat setengah hati, Nayla mulai menyalakan kompor. "Oke deh, mari kita masak ala MasterChef versi kere.

Nayla akhirnya berhasil menyalakan kompor setelah berjuang memutar knop yang agak seret. Ia memecahkan telur dengan gaya sok jago. Plok! Putih telur nya muncrat sedikit ke atas meja. "Ya ampun, gue mah nggak pernah bisa pecahin telur dengan anggun kayak di acara masak-masak. Selalu aja beleberan, tapi ya udahlah, yang penting masuk wajan."

Sambil menunggu telur itu menggoreng, Nayla berdiri dengan tangan di pinggang, menatap wajan sambil menghela napas panjang. "Cuma telur doang sih, tapi nggak papa. Daripada gue sarapan angin sama doa doang, mending telur sederhana ini."

Telur itu mulai beraroma harum, Nayla buru-buru membalik dengan spatula. "Uhuy, berhasil gue bolak balik tanpa pecah! Hah, Nayla, lo berbakat juga ternyata." Ia senyum sendiri kayak lagi menang lomba.

Setelah matang, ia meletakkan telur itu di piring yang sudah siap di meja makan kecilnya. Telur dadar sederhana, tapi Nayla menatapnya kayak masakan mahal di restoran bintang lima. "Taraaa... sarapan ala anak kos yang hemat, sehat, dan penuh perjuangan!" katanya sambil mengangkat piring ke atas, kayak lagi presentasi ke kamera.

Ia duduk, mengambil sendok, lalu mulai makan. "Hmm... enak sih, walau cuma telur. Tapi sumpah ya, kalo ada nasi, pasti makin mantap." Beberapa suap saja, telurnya sudah setengah habis. Nayla mendengus. "Ya ampun, ini sih bukan makan, ini mah ngemil."

Hanya beberapa menit, sarapannya tandas. Dengan malas, Nayla berdiri, membawa piring ke dapur, dan mencucinya. "Untung piringnya cuma satu, kalo banyak, bisa jadi drama Korea episode baru: Cinta Dalam Buih Sabun."

Setelah selesai mencuci piring, Nayla kembali ke kamar dan langsung duduk di kursi belajarnya. Ia menatap meja belajar yang penuh dengan buku dan fotokopian materi kuliah yang berserakan. "Aduh, ini meja udah kayak printer lagi mabok deh, fotokopian numpuk semua," gumamnya sambil meraih beberapa lembar.

Dengan cepat ia memasukkan fotokopian itu ke dalam tas. Sambil membereskan, perutnya kembali berbunyi. Kruuuuk. Nayla menepuk-nepuk perutnya dengan wajah meringis.

"Astaga, sumpah ya, gue masih laper. Telur doang nggak ada efeknya di lambung gue. Emang ya, hidup hemat ala anak kos tuh keras banget. Orang kaya mah sarapan cuma roti, telur setengah matang, sama susu. Tapi kalo gue? Itu mah kagak cukup, gue butuh nasi! Nasi adalah jiwa dan raga gue!" ucap Nayla sambil dramatis, meletakkan tangan ke dada seolah lagi bermain sinetron.

Ia lalu menghela napas panjang, menatap tasnya yang sudah agak penuh. "Ya ampun, Nayla, kayaknya lo memang ditakdirkan lahir sebagai makhluk pemuja nasi. Hidup tanpa nasi tuh hampa, bagaikan nonton drama Korea tanpa oppa ganteng."

Sambil masih cemberut, Nayla menutup ritsleting tasnya. "Oke, tas siap. Tapi perut gue masih keroncongan. Yah, semoga aja nanti di kampus ada yang baik hati ngajak makan bareng. Atau syukur-syukur ada yang traktir gue bakso, kan lumayan."

Ia lalu bangkit, berdiri di depan kaca kecil yang menempel di dinding. Rambutnya masih agak acak, tapi ia malah senyum-senyum sendiri. "Hadeh, meski laper gini, gue tetep kece sih. Pantes aja banyak drama, tetangga genit sampe abang ojol pun jadi korban kekonyolan gue."

Setelah selesai mengeluh soal sarapan yang hanya telur sebiji, Nayla akhirnya bangkit dari kursi dengan wajah setengah malas. Ia berdiri di depan cermin, memegang sisir yang sudah setia menemani perjalanan hidupnya sejak zaman putih abu-abu.

"Hmm... rambut gue kok udah kayak sapu ijuk gini sih?" ucap Nayla sambil manyun. Ia pun mulai merapikan rambutnya, menyisir pelan ke kanan, lalu ke kiri. Tapi baru beberapa detik, ada beberapa helai rambut yang jatuh lagi ke wajahnya.

"Yah, dasar rambut bandel. Kayak pemiliknya, kali ya, bandel nggak mau diatur," celetuk Nayla sambil mencibir dirinya sendiri di kaca, lalu tertawa kecil.

Setelah selesai dengan urusan rambut, ia mengambil botol parfum mungil kesayangannya yang ada di meja. Ia menyemprotkan parfum itu ke seluruh tubuh, mulai dari pergelangan tangan, leher, sampai baju. Aroma segar langsung menyeruak memenuhi kamar kecil itu.

"Hah, baru deh berasa manusia. Minimal kalau ketemu orang ganteng, kayak Kak Revan, gue nggak bau matahari atau bau dapur telur ceplok," katanya sambil menepuk-nepuk bajunya sendiri.

Ia lalu mengambil tas nya yang sudah ia siapkan tadi. Sambil menenteng tas itu, Nayla sempat melirik jam dinding. Matanya langsung melotot.

"Ya ampuuun, udah jam 07.00! Gue masuk 07.30, bisa-bisa gue kayak atlit lari pagi ini!" ucap Nayla dengan ekspresi panik. Ia buru-buru memasukkan botol minum kecil ke dalam tas, lalu meraih cardigan tipis yang tergantung di kursi.

"Bismillah, semoga hari ini nggak ada drama absurd lagi. Tapi... yah, namanya juga gue. Hidup tanpa drama tuh kayak nasi tanpa sambel. Hambar!" katanya sambil terkekeh sendiri, lalu bergegas keluar kamar dengan langkah cepat.

1
Lembayung Senja
ceritanya mulai seru... semangat buat novelnya.....😍
Jen Nina
Jangan berhenti menulis!
Yusuf Muman
Ini salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, mantap! 👌
Yuri/Yuriko
Bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!