Senja Ociana, ketua OSIS cantik itu harus menjadi galak demi menertibkan pacar sekaligus tunangannya sendiri yang nakal bin bandel.
Langit Sadewa, badboy tampan berwajah dingin, ketua geng motor Berandal, sukanya bolos dan adu otot. Meski tiap hari dijewer sama Senja, Langit tak kunjung jera, justru semakin bandel. Mereka udah dijodohin bahkan sedari dalam perut emak masing-masing.
Adu bacot sering, adu otot juga sering, tapi kadang kala suka manja-manjaan satu sama lain. Kira-kira gimana kisah Langit dan Senja yang punya kepribadian dan sifat bertolak belakang? Apa hubungan pertunangan mereka masih bisa bertahan atau justru diterpa konflik ketidaksesuaian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiaBlue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Rencana Hengky
“Kak Gege cantik banget, ‘kan? Gue aja pertama kali liat, kaget, ada cewek secantik itu. Kulitnya aja putih mulus, kalo anak sultan beda kelas, ya, ha-ha-ha!” Senja tertawa sembari berbaring berbantalkan paha Langit.
“Masih cantikan kamu, kok. Kulit kamu juga putih, bersih, kenyel, jadi pengen aku gigit mulu, gemesin.” Langit menguyel gemas pipi Senja yang cukup tembam.
“Ih, jangan digituin, nanti pipi aku merah lagi!” Senja menepis telapak tangan sang tunangan.
“Mulai mulai! Bisa gak jangan tebar keromantisan depan kita? Gue tempeleng juga lo bedua,” gerutu Neo.
“Di sana tadi ada eek burung.” Rance tiba-tiba bersuara sembari menunjuk sebuah pohon yang tak jauh dari sana.
“Ngapain pula lo bahas eek burung, anjai?” tanya Neo lelah.
“Mana tau lo niat lempar tai buat mereka,” ujar Rance membuat Neo terdiam, kemudian tertawa lepas.
“Bener juga lo, pinter lo sekarang,” balas Neo di sela tawanya.
Langit dan Senja malah mendengkus. “Gue lempar balik, gue tadi juga ada liat eek kambing di situ,” balas Langit.
“Mana ada kambing di sini?” ledek Neo.
“Lo aja yang gak tau, Pak RT ada kambing. Malah kambingnya biasa dikasih makan jambu. Kadang dia suka lepas, makanya tebar tai di sekitar sini,” tutur Langit.
“Kambing dikasih jambu merah itu?” tanya Rance tak percaya.
“Iya.”
“Padahal kalo Neo yang minta jambu, selalu ditolak dulu sama Pak RT,” cetus Rance diangguki Neo.
“Bener, pelit amat itu Pak RT. Gue minta gak dikasih, malah dapet ceramah. Eh, ternyata jambunya dikasih ke kambing,” gerutu Neo kesal sendiri.
“Makanya, harusnya lo jadi kambing dulu, biar langsung dikasih sama Pak RT,” celetuk Rance membuat Langit dan Senja terbahak sempurna, sedangkan Neo mengumpat kesal.
Interaksi mereka ber-4 terus diperhatikan oleh Gesyila dari minimarket. Fokusnya terus tertuju kepada Langit yang semakin tampan ketika tertawa lepas. Gesyila semakin memiliki obsesi ketika melihat Langit begitu lembut dan perhatian memperlakukan Senja. Usapan tangan pemuda itu di rambut serta pipi Senja, apalagi sesekali Langit suka menciumi pipi gadis itu.
“Aku harus milikin dia. Gak akan merebut, tapi aku akan buat dia yang datang sendiri padaku. Selama ini aku selalu didatangi oleh para lelaki, jadi aku yakin, kali ini pasti Langit juga akan datang padaku.”
Sebelum benar-benar sore, 5 remaja itu sudah kembali. Mereka berpisah di depan rumah Langit dan Senja.
“Jadi rumah Langit yang itu? Aku kira jauh dari sini, ternyata hadapan sama rumah kamu, ya, Ja,” ucap Gesyila kepada Senja.
Senja terkekeh. “Iya, Kak. Tetanggaan, udah dari kecil, rumah Neo sama Ace juga gak jauh banget dari sini. Itu, dua rumah dari sini, rumah mereka juga berseberangan.”
Gesyila mengangguk, kemudian ia kembali menatap rumah Langit. “Dekat sekali, ini akan semakin menyenangkan. Aku akan sering main ke sana,” batinnya.
“Lo masuk dulu aja, Kak. Gue tadi udah janji mau susul Langit masuk.”
“Kamu mau ke rumah Langit?” tanya Gesyila diangguki Senja. “Aku boleh ikut ke rumahnya, gak?”
“Eh, emangnya lo gak capek, Kak? Mending istirahat dulu, deh. Gue bentar doang, sih, abis itu langsung pulang. Lo ke kamar aja, terus mandi, Kak. Bentar lagi kita makan malem. Udah, masuk aja, Kak.” Senja bergerak ke arah rumah Langit yang hanya beberapa langkah dari tempatnya saat ini.
Gesyila berdecak melihat Senja sudah menghilang di balik gerbang rumah Langit. “Nanti malam aja, siap makan malam aku ke sana.”
***
“Katanya ntar malem geng Berandal mau night ride. Boleh kali kita tunggu dia depan pos kita,” tutur seorang pria kepada Hengky.
Hengky tersenyum miring. “Lo tau infonya dari mana? Udah fiks, bukan jebakan?”
“Ini pasti, soalnya gue denger dari temen gue yang punya temen salah-satu anggota Berandal. Dia gak mungkin bohong sama gue.”
Hengky mengangguk sembari tersenyum licik. “Bagus, kalo gitu ntar malem siapin anggota, kita tunggu mereka di pos. Mereka bakal lewat situ?”
“Katanya, sih, iya.”
Hengky mengembuskan asap rokok. “Gue bakal kasih tau inti kawanan kita. Lo atur aja anggota lain.”
“Oke, tenang aja, kayaknya malem ini kita bisa seru-seruan. Sekalian bales kaki lo yang dibikin bengkak 4 hari kemarin.”
Hengky berdecih. “Gue pastinya bakal bales lebih dari itu. Si cemen itu cuma bisa sembunyi di balik ketek pacarnya, cih, banci.” Ia berdiri dan melempar puntung rokoknya. “Dah, lah, gue ke sekolah dulu.”
“Tumben lo mau dateng cepet?”
“Gue mau main judi dulu di warung belakang sekolah.”
pi klo kelen percaya satu sama lain pst bisa
klo ada ulet jg pst senja bantai
kita lanjut nanti yaaahhhhh