"Tidak heran ini disebut Jurang Neraka, aku sudah jatuh selama beberapa waktu tapi masih belum menyentuh dasar..." Evindro bergumam pelan, dia tidak mengingat sudah berapa lama dia terjatuh tetapi semua kilas balik yang dia lakukan memakan waktu cukup lama.
Evindro berpikir lebih baik dia menghembuskan nafas terakhir sebelum menghantam dasar jurang agar tidak perlu merasa sakit yang lainnya, tetapi andaikan itu terjadi mungkin dia tetap tidak merasakan apa-apa karena sekarang pun dia sudah tidak merasakan sakit yang sebelumnya dia rasakan dari luka yang disebabkan Seruni.
Evindro akhirnya merelakan semuanya, tidak lagi peduli dengan apapun yang akan terjadi padanya.
Yang pertama kali Evindro temukan saat kembali bisa melihat adalah jalan setapak yang mengeluarkan cahaya putih terang, dia menoleh ke kanan dan kiri serta belakang namun hanya menemukan kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hendrowidodo_Palembang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Bertarung Melawan Qorin
"Kau selalu menyalahkan kelemahanmu pada faktor luar, padahal kau sendiri yang tidak cukup kuat untuk menghadapi masalahmu." Qorin menghunuskan pedang pada Evindro.
"Pilih pedang mana saja yang kau inginkan, kalau kau ingin percaya bahwa aku salah, buktikan dengan mengalahkan aku. Lampaui aku!"
Evindro mengatur nafasnya, dia bisa merasakan Qorin di hadapannya sangat kuat, tetapi dia tidak memiliki pilihan lain selain menghadapinya. Evindro mengambil salah satu pedang yang dikenalinya, pedang yang dipakainya cukup lama selama berkelana.
"Aku tidak menduga bisa melihatmu lagi teman lama... Pinjamkan kekuatanmu padaku sekali lagi..." Evindro bergumam pelan pada pedang tersebut.
Qorin tersenyum lebar, dia kemudian bergerak menyerang Evindro.
Evindro dan Qorin beradu hampir seratus jurus sebelum Evindro terlempar mundur cukup jauh.
"Hanya seperti ini kemampuanmu? Bahkan tidak cukup untuk disebut pemanasan." Qorin tertawa kecil.
Evindro mengerutkan dahi sambil menggenggam erat pedang di tangannya, dari pertukaran jurus tersebut dia menemukan perbedaan kemampuan pedangnya dengan Qorin terlalu jauh. Yang paling mengejutkan bagi Evindro adalah Qorin sungguh menguasai semua jurus yang dia miliki termasuk Ilmu Pedang Ilusi bahkan Qorin menggunakan jurus tersebut lebih efisien daripada dirinya.
"Aku baru sadar ilmu pedang ilusi bisa digunakan seperti itu..." Evindro menarik nafas yang dalam dan bersiap melanjutkan pertarungan.
"Tidak ada gunanya, tidak peduli berapa kali kau mencoba, kau tidak akan bisa melampaui aku."
Tanpa memikirkan ucapan Qorin, Evindro kembali beradu ilmu. Biarpun demikian, Evindro tidak bisa bertahan lebih dari seratus jurus ketika bertukar serangan dengan Qorin. Padahal selama pertarungan tersebut, Evindro berhasil mempelajari beberapa trik baru tetapi situasinya tidak membaik.
Pertarungan pedang keduanya berlangsung selama beberapa hari tanpa henti namun tidak sekalipun Evindro berhasil mengungguli Qorin.
"Dalam dunia ini memang kau tidak bisa merasakan kelelahan, tetapi demikian juga denganku. Kita bisa melakukan ini selamanya dan hasilnya akan tetap sama." Qorin tersenyum sinis pada Evindro.
"Apa aku memiliki wajah menyebalkan sepertimu? Aku tidak ingat pernah berekspresi sepertimu." Evindro berkata dengan geram.
Memang di alam bawah sadar tempatnya bertemu dengan Qorin memiliki alur waktu yang berbeda dan hukum fisik tidak berlaku di tempat ini.
"Ganti pedangmu, biarkan dia istirahat dengan tenang." Qorin tiba-tiba menunjuk pedang yang ada di tangan Evindro yang kini telah penuh retakan.
Sebenarnya sudah merupakan keajaiban bagi pedang biasa seperti itu dapat bertahan setelah digunakan pertarungan sengit selama berhari-hari. Kalau bukan karena keahlian Evindro membawakannya maka pedang itu mungkin sudah hancur dalam pertukaran kurang lebih dua puluh jurus saja.
Evindro menghela nafas sebelum menancapkan pedang tersebut ke tanah, dia mengambil pedang lainnya dan melanjutkan pertarungannya dengan Qorin.
Pedang demi pedang hancur di tangan Evindro sementara Qorin belum sekalipun mengganti pedangnya bahkan pedang ditangannya terlihat begitu mulus.
"Itu pedang keseratus yang kau hancurkan akibat ketidakmampuan kamu..." Qorin tersenyum mengejek, keduanya telah bertanding selama kurang lebih setengah tahun tanpa henti.
Evindro mengalami kemajuan pesat dalam ilmu pedang namun tidak sekalipun dia berhasil mengungguli Qorin diantara ribuan pertarungan mereka.
"Aku belum bisa mengalahkan kamu menggunakan ilmu pedang, kuakui itu..." Evindro menghela nafas panjang setelah menancapkan pedang keseratus ke tanah.
Sejauh yang Evindro ketahui, kekuatan Qorin tidak bertambah sejak dia tercipta, seorang pendekar harus berkembang dan bertambah kuat sampai melampaui Qorin mereka. Evindro bisa merasakan kemampuan pedangnya bertambah setelah melewati ribuan pertarungan tetapi kekuatan Qorinnya juga bertambah.
Situasi tersebut membuat Evindro terpaksa menarik sebuah kesimpulan, sejak awal kekuatan keduanya berbeda terlalu jauh dan Qorin tidak menggunakan seluruh kemampuannya untuk menghadapinya.
"Kau bilang menguasai semua jurus yang kumiliki, artinya kau juga menguasai Seni Naga?" Evindro menyipitkan mata sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Tentu, tetapi aku tidak berniat menggunakan Seni Naga untuk menghadapi kamu. Pedang di tanganku lebih dari cukup."
"Kalau begitu mari kita coba lihat, apa benar ucapanmu?"
Evindro meninggalkan pedangnya, dia sadar kalau ingin melampaui Qorin menggunakan ilmu pedang akan memakan waktu yang sangat lama, dia mungkin tidak bisa menunggu selama itu. Sebab itulah Evindro beralih menggunakan Seni Naga.
Seni Naga menguras banyak tenaga dalam namun di dunia alam bawah sadar, Evindro memiliki tenaga dalam yang tidak terbatas. Ini mungkin bisa jadi kunci untuk mengalahkan Qorinnya.
Kenyataan yang harus Evindro terima berbeda, situasinya justru lebih buruk dari dibandingkan dengan pertarungan pedang. Evindro tidak mampu bertahan lebih dari dua puluh jurus ketika menggunakan Seni Naga.
"Kehidupan keduamu terlalu mudah, kau menjalani kehidupan sebagai seorang jenius di dunia yang penuh kedamaian sampai kau lupa kejamnya dunia persilatan. Hal ini membuat kemampuanmu menjadi tumpul, kau bahkan tidak memahami kelebihan dan kelemahanmu sendiri. Menyedihkan..."
Penuh kedamaian? Evindro ingin membantah pernyataan tersebut namun dia teringat kembali, dibandingkan situasi dunia pada Era Kekacauan, kejadian seperti kudeta yang dilakukan Bruno maupun penyerangan Padepokan Bukit Siguntang bukan sesuatu yang besar.
"Aku memang Qorin tetapi bukan berarti kau harus menolak semua yang kukatakan, sebagian darinya adalah kenyataan yang tidak terbantahkan."
Evindro menggigit bibirnya, dia marah tetapi yang dikatakan Qorin ada benarnya. Menyadari ada beberapa pesannya yang berhasil masuk ke pikiran Evindro, Qorin tersenyum lebar dan berniat berbicara lebih jauh namun Evindro menghentikannya.
"Jika kau berniat memberi sugesti lebih jauh, lupakan. Kau benar, aku harus mengingat kembali semua masa lalu yang kelam, selama ini aku berusaha melupakannya tetapi itu juga menjadi bagian yang memperkuat diriku..." Evindro mengambil posisi menyerang, "Aku memang lemah, tetapi ini kesempatanku untuk mempelajari cara menjadi lebih kuat. Tidak setiap hari aku bisa bertemu lawan sekuat dirimu."
Untuk pertama kalinya Qorin mengerutkan dahi, melihat Evindro mengakui kekuatannya membuat perasaannya menjadi campur aduk namun dia hanya tersenyum menanggapi semua itu.
Keduanya kembali bertarung dengan sengit, bertukar jurus demi jurus.
Evindro mengasah kemampuannya dalam menggunakan Seni Naga sekaligus mempelajari teknik-teknik baru, beberapa bahkan teknik sulit yang dia pikir belum bisa dikuasainya dalam sepuluh tahun mendatang.
Dalam dunia bawah sadar ini, tidak peduli separah apapun luka yang diterima akan sembuh dalam hitungan detik. Evindro yang sudah terbiasa dengan rasa sakit selama beberapa waktu terakhir dapat terus bertarung tanpa henti.
Jurus demi jurus dia lancarkan, yang awalnya Evindro hanya bisa bertukar dua puluh jurus ketika menggunakan Seni Naga, perlahan-lahan meningkat menjadi tiga puluh jurus, empat puluh jurus dan seterusnya.
Pada akhirnya Evindro berhasil mengimbangi Qorin lebih dari seratus jurus, pencapaian yang belum bisa dilakukannya mengandalkan ilmu pedang.
"Jangan terlalu cepat gembira, kau masih jauh dari kemenangan. Saatnya aku serius."