Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.
Di culik?
Atau
Mimpi?
Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18_Teman Lama
Kaki jenjangnya melangkah cepat memasuki lift dan menuju lantai teratas. Bibirnya yang berwarna merah menyala, hidungnya lancip dengan bulu mata yang lentik, dia terlihat cantik bak dewi kecantikan. Dialah Vallentino Cristie teman wanita Aya saat di New York yang kini tengah berkunjung untuk menemui Aya sahabatnya.
Semalam dia mendapatkan kabar dari Rai pria itu memberitahunya jika Aya kembali ke indonesia. Mendengar kabar itu, Vallen segera mengambil penerbangan pertama dengan Rai yang mengurus semuanya.
Dia tiba di indonesia pukul lima pagi. Rai langsung memerintahkannya untuk langsung ke apartemen Aya dengan Mike yang akan menjemputnya. Mike pria bule dengan rambut pirang itu berusia tidak jauh dari Rai. Dia adalah putra dari tangan kanan Daddy nya yang kini ikut mengabdi pada keluarganya. Dan Rai meminta Daddy nya untuk mengijinkan Mike menjadi tangan kanannya.
Vallen menyeret kopernya saat lift terbuka. Mike membimbing dia menunjukkan jalan menuju apartemen Aya yang berhadapan dengan apartemen Bosnya Rai.
" Silahkan, Tuan Rai dan Nona Aya sudah menunggu di dalam." Vallen membuka kaca mata hitamnya lalu mengangguk dengan bibir yang tersenyum tipis.
" Terimakasih," Mike hanya menganggukkan kepala lalu meninggalkan apartemen Aya setelah Vallen masuk kedalam.
Rai dan Aya segera menoleh saat mendengar sebuah ketukan bunyi kaki yang nyaring. Kedutan di bibirnya tidak dapat Aya tahan, wanita itu segera berlari dan menghamburkan tubuhnya memeluk sahabatnya.
" Vallen. Hiks!" Vallen terkekeh tidak kuat melihat tingkah Aya yang masih cengeng seperti dulu. Dia menarik diri dari pelukan itu lalu menangkup wajah Aya yang sudah memerah.
" Kenapa kau menangis heum?" Aya menggelengkan kepalanya lalu kembali memeluk wanita jangkung itu " Aku kangen banget sama kamu!" Adunya seperti anak kecil. Vallen mengusap surai hitam milik Aya mengusapnya lembut penuh kasih sayang.
Inilah Vallen wanita yang memiliki wajah dingin namun memiliki hati yang hangat. Ibarat kata jika Aya adalah kura kura maka Vallen adalah tempurungnya. Vallen adalah pelindungnya yang akan melindungi Aya dari apa saja yang mengancam jiwanya.
" Jangan nangis air matamu terlalu berharga untuk menangisi kedatanganku," Vallen mengusap sisa air mata yang melintas di pipi Aya lalu membimbingnya untuk bergabung dengan Rai yang tengah duduk menonton aksi mereka.
" Sejak kapan kau disini?"
" Baru beberapa hari,"
" Bagaimana dengan perjalananmu?"
" Berkat dirimu semuanya berjalan dengan lancar. Oh apa kau tinggal bersama Aya?"
" Tidak. Tuhan mempertemukan kami dengan suatu kebetulan yang sangat lucu. Apartemenku berhadapan dengan apartemen Aya."
" Wah sepertinya kalian benar-benar berjodoh," Vallen menyilangkan kakinya lalu melirik pada Rai dan Aya " Apa kalian akan terus seperti ini? Tanpa status?"
Aya menautkan jemarinya dia terlihat gugup saat Vallen dan Rai menatap kearahnya " Jangan menggodanya Vallen. Baiklah berhubung kau sudah berada disini aku akan pergi sebentar karena ada urusan tolong jaga Aya,"
" Siap komandan!" Ucapnya sembari memberi hormat dua jari. Rai mengacak gemas surai milik Aya sebelum dia benar benar pergi. Vallen tersenyum, senang melihat Rai yang sepertinya mulai menunjukkan keberaniannya untuk memiliki Aya.
" Apa kau senang?" Mian tersenyum kecut melipat tangan di dada. Dia merasa malas berhadapan dengan pria yang telah membuat dia kehilangan adiknya " Kau memang benar-benar hebat Ramon memutuskan keputusan besar dengan begitu cepat. Jangan mencobanya untuk menutupinya dariku, kau akan menceraikan Aya bukan?"
Zain yang terlihat tenang kini menarik punggungnya dari sandaran sofa, dia ikut menatap pada Ramon " Apa itu benar? Kau akan menceraikan Aya?"
" JANGAN DIAM SAJA RAMON JAWAB PERTANYAANKU!!" Zain berlari kearah Ramon lalu mencengram kerah kemejanya. Rahang Zain sudah mengetat dengan urat yang menonjol kali ini dia yang kehilangan kendalinya
" Demi Zahra kau menceraikan Aya yang berstatus istri sah mu dan bahkan saat ini dia tengah mengandung anakmu. Tapi dengan entengnya kau melayangkan surat perceraian demi wanita yang masih berstatus istri orang lain, pengecut!" Mian memaki Ramon dengan tatapan jijik dan muak. Dia benar-benar tidak percaya jika Ramon akan mengambil keputusan secepat ini.
" Dasar brengsek," Zain menyentak tubuh Ramon sehingga dia membentur sandaran sofa. Zain menggusar rambutnya kasar lalu menarik dasi dari lehernya secara paksa " Kau benar benar membuangnya dan menyingkirkannya?!"
" Ingat ini Ramon," Zain menunjuk kearahnya matanya memerah menandakan dia benar benar dikuasai amarah " Kau akan menyesalinya!" Setelah mengatakan kalimat terakhirnya Zain keluar dari ruangan Ramon dan menutup pintu dengan kasar.
Mian masih disana menatapnya dengan dengan ekspresi dingin " Jika bukan karena Azka dari dulu aku sudah meninggalkanmu. Jika bukan untuk mewujudkan keinginan Azka aku tidak akan merelakan Aya untuk kau nikahi. Jika bukan karena anak yang berada dalam perut Aya mungkin saat ini kau sudah mati di tanganku!"
" Meskipun kau adalah temanmu sekaligus sahabatku kau akan menjadi orang asing jika hubungan kita rusak. Tapi tidak dengan Aya, tidak ada istilah kata mantan adik atau mantan kakak sampai kapanpun dia akan tetap menjadi adikku dan aku akan menjaganya sesuai dengan janjiku pada Azka."
" Kau tidak perlu lagi repot untuk menutupinya dariku atau Zain. Karena aku sendiri yang akan membantumu untuk segera berpisah dari Aya. Aku sudah muak dengan tingkahmu yang diperalat atas dasar darah daging dan ibu dari anakmu itu. Aku akan segera mengakhirinya dan membebaskan Aya dari bayangan suram mu!" Mian membuang Ramon dengan buruk seperti Ramon membuang Aya. Bagi Mian dia ikut bertanggung jawab atas apa yang menimpa Aya saat ini. Karena dirinya juga Aya terjerat dengan Ramon maka dari itu dia pula yang harus mengakhirinya.
Ramon hanya bisa terdiam. Dia memang mengakui kesalahannya. Hati dan logikanya tidak pernah sinkron jika menyangkut Aya dan Zahra keduanya memiliki posisi yang penting dalam hidupnya tapi dia tidak bisa menggenggam keduanya. Dia harus melepaskan salah satu dari mereka dan melepaskan Aya mungkin adalah pilihan yang tepat menurutnya. Dia tidak bisa mengkhianati hatinya jika di sana masih tersisa perasaan untuk Zahra ibu dari anaknya.
" Aku tidak menyangka jika dia mengambil langkah sejauh ini. Dia sulit untuk ditebak!"
" Kau benar. Menurutmu apa yang harus kita lakukan?" Azka memutar gelas yang berisikan Wine. Saat ini dia tengah berada di ruangannya mendengarkan laporan dari Darren perihal adik kesayangannya Kanaya.
" Azka Aya akan terluka jika mengetahui Ramon akan menceraikannya. Aku takut jika penyakit dia akan kambuh seper....
" Tidak akan!" Seru Azka memotong. Dia meminum winenya dalam satu tegukan lalu melirik pada Darren yang duduk di sebelahnya " Semua itu tidak akan terjadi selagi ada Vallen dan Rai disana."
" Kenapa kau seyakin itu?"
" Karena Rai tidak akan membiarkan adikku terluka." Azka menatap pada foto berukuran besar yang menggantung di ruangannya " Semuanya akan berakhir dengan cepat. Adikku akan mengambil kembali haknya," Darren merasakan aura yang berbeda saat Azka menampilkan smirk Devilnya. Jika dulu Azka meminta perlindungan dari Ramon karena hidupnya yang sebatang kara tapi tidak dengan sekarang. Pria itu lebih kuat dari apa yang mereka bayangkan. Dan mungkin inilah waktunya untuk Azka menunjukkan taringnya.
" Dia harus mendapatkan hukuman." Aya menangis dalam pelukan Vallen. Dia sudah menceritakan apa saja yang sudah terjadi padanya semenjak tinggal di tanah kelahirannya. Awal dari penculikan pernikahan paksa dan dibuang saat tengah mengandung. Aya tidak bisa terus terusan menyembunyikannya karena pada akhirnya perutnya akan membuncit dan itu tidak bisa dihindari.
Aya merasa sedikit lebih lega setelah berbagi bebannya itu. Vallen benar benar mengerti akan dirinya bahkan wanita itu mendukung penuh keputusannya " Semuanya akan baik baik saja. Banyak anak anak di luaran sana yang tumbuh sehat dan sukses tanpa seorang Ayah. Dan aku yakin kamu bisa melewati ini semua. Dan satu lagi," Vallen menggantungkan perkataannya " Ada Rai bersamamu,"
" Itu tidak mungkin, Rai pantas mendapatkan yang lebih baik dariku!"
" Tidak Ay," Vallen menggelengkan kepala " Aku tahu betul Rai seperti apa. Dia memiliki rasa yang dalam untukmu dan kamu pun memiliki rasa yang sama terhadapnya. Orang tua Rai juga menyukai mu."
" Itu dulu berbeda dengan sekarang Val, aku hanya wanita sebatang kara yang ditinggalkan suaminya,"
" Berhenti berbicara konyol Kanaya. Kau bukan sebatang kara. Kau masih memiliki aku, Rai dan teman yang lainnya di New York. Mereka tidak akan menyalahkan status barumu ini."
" Tapi Val, aku merasa tidak pantas untuk Rai. Dia pria yang baik dan dia berhak untuk mendapatkan yang lebih baik!"
" Dengarkan aku. Kau menikah secara paksa bukan? Kau menikahi suamimu karena perjanjian kakakmu dengan dia bukan? Jadi Kau hanya korban kanaya. Aku yakin Rai akan menerimamu apa adanya!"
" Tidak," Vallen mengesah panjang saat lagi Aya menggelengkan kepalanya " Kanaya Kau berhak bahagia. Kau berhak bahagia. Jika suamimu membuang mu maka kamu pun harus membuangnya. Buktikan jika tanpa dia kamu bisa hidup lebih baik dari sebelumnya. Tunjukkan padanya jika anakmu tidak membutuhkan sosok ayah yang pengecut seperti dirinya.!"
" Okay. Jika kau tidak ingin bersama Rai lalu bersama siapa? Apa kau akan terus seperti ini?" Aya terdiam dia tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan Vallen.
" Indonesia tidak seperti New York Kanaya. Jika disana kau bisa bebas berhubungan dengan siapapun bahkan berganti pasangan setiap hari disana tidak ada yang mempermasalahkannya. Tapi berbeda dengan indonesia, kau akan dihujat, dibully dan dihakimi. Anakmu akan menjadi korban jika kau terus tinggal disini dan membesarkannya tanpa seorang Ayah."
" Apa kau mau itu terjadi pada anakmu nanti?"
" Itu tidak akan terjadi!" Baik Vallen ataupun Aya keduanya menoleh saat suara bariton itu terdengar di gendang telinganya " Aku akan ikut membesarkannya!"