Cecil seorang anak brokenhome yang selalu di hantui dengan perasaan takut menikah. Ia bersahabat dengan Didit yang ternyata mendekati Cecil bukan hanya sekedar sebagai sahabat. Bukan semakin terkontrol, Rasa kecewa yang mendesak Cecil ingin menjauhi siapa pun yang ingin membantunya. Apa yang membuat Cecil semakin kecewa dengan didit? Bisakah Didit meluluhkan hati Cecil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjamenanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku cemburu
Aku mau jambak rambut Didit. Tapi pegangin Bunda. Bunda nyuruh aku duduk "aku udah percaya sama kamu." Aku nahan emosi sampai hampir nangis.
Setelah tenang, kami keluar cafe. Mas Sony masih di depan cafe. Lagi pesen bakso dari pedagang keliling. Aku tutup rolling door, tangan seseorang bantuin nurunin, Mas Sony. Tante Dini pamit ke Bunda pergi bareng drivernya. Bunda sama didit nunggu kami.
"Lain kali anterin Aku ke toko bahan-bahan disini. Jangan cuma share lokasi." Dia senyum ke aku, kembali ke pedagang bakso.
"Tante biar Saya anter ke hotel." Bunda menyiakan.
"Bunda besok pagi balik.Cil"
Aku samperin Mas Sony "Aku ada kelas,bund"
Aku lihat Bunda masuk mobil Didit
"Ini,Cil" kata Mas Sony dengan sebungkus bakso. Didit berdiri di pintu mobil dengan wajah nahan marah
"Mas, mau bareng.ga?" Aku kasih kunci motorku ke dia. Kosan kami gang yang sama. Cuma jarak 2 gedung.
"Nih kuncinya" Aku ambil kunci motorku. Mau ku tuntun ke dalem kos
"Banyakin pertemenan , olahraga, sama kegiatan-kegiatan lainnya. Cil.. Mas balik ya. Makasih" Aku senyum merhatiin dia pergi.
Tapii.. Kayak ada yang merhatiin dari jauh. Bunda sama didit. Aku langsung tuntun motorku ke dalem kos. Besoknya aku ke gym. Terus renang walaupun agak siang lanjut tennis. Dari tennis baru balik ke kosan bentar ganti motor jalan-jalan. Aku duduk di alun-alun.
" Ciil.." Didit nghampiri aku.
"Jangan nghindar" Dia duduk disebelahku
"siapa yang nghiindaaar?"
Dia narik nafas panjang..
Aku memperhatiin Didit sambil nyruput es teh dari sedotan.
"Kenapa,Dit?"
Dia garuk-garuk " yaa terus gimana, mamaku udah kecewa sama Aku. Dia gak bisa dihubungi. Katanya kasih waktu sendiri."
"Yaudah biarin aja. Bundaku kayaknya dukung Kamu" aku berdiri cari cilok. Dibayarin Didit, aku ke motor.
"Ga mau duduk dulu?"
"Aku mau ke cafe" Dia nahan motorku
"manager itu sering bantu kamu ya?" Aku mengangguk. Aku mau mundurin motor
"Kok Kamu jadi sering ke Cafe?"
Mulai cemburu ga jelas "Terus Aku kemana?"
Didit ngode yang aku tahu harus kemana.
Aku masuk ke rumah Didit. Duduk di ruang tengah. Disini juga ada TVnya. Dia bawa cemilan. Dia duduk sebelahku. Jam 4 sore. Dia gak pegang aku sama sekali.
"Tapi bener, kan. Gak mlorotin celana?" Didit kaget "Bener"
Aku duduk sila, membungkuk main HP.
"Ciil.. keliatan" Kata Didit.
Aku tarik bagian kaos belakangku, biar bagian depan keangkat. Ketutup.
"Ngapain merhatiin kaosku?" Aku masih bales chat gak ngliat didit.
"Ciil, manager itu kok yang kamu pilih?"
"Aku dulu pernah diajarin buat kue. Terus aku tawarin kerja di Cafe Bunda. Gak nyangka Dia mau kerja apa aja di cafe bunda. Kata bunda dia anaknya rajin, diarahin itu langsung di praktekin. Waktu salah terus dimarahin, dia langsung memperbaiki diri. Jadi Aku tawarin aja jadi manager disini. Aku juga masih pengen jalan-jalan. Butuh yang bisa bantuin Aku"
Didit agak kesel. "Kenapa gak ngobrol sama aku?"
Aku diemin, pura-pura gak denger.
"Kok kayak kamu seneng dia di Cafemu?"
Sambil main HP " Ya seneng ada yang bisa bantuin aku"
"Kenapa kamu gak diskusi aja sama aku masalah Cafe?"
"Aku butuh yang bisa bantuin kedua karyawanku." Aku masih fokus ke layar HP
" Kamuu.."
aku natap tajam Didit. Dia diem
"Dit, itu Cafe milik Bunda. Bukan Punyamu. Aku, Kita. Masih di tahap pacaran. Jadi jangan pernah bikin Aku kesel sama cemburu gak jelasmu,itu!"
...****************...
