NovelToon NovelToon
Cinta Orang Kantoran 4 : The Sinner

Cinta Orang Kantoran 4 : The Sinner

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:52.7k
Nilai: 5
Nama Author: Septira Wihartanti

Mereka sama-sama pendosa, namun Tuhan tampaknya ingin mereka dipertemukan untuk menjalani cinta yang tulus.

Raka dan Kara dipertemukan dalam suatu transaksi intim yang ganjil. Sampai akhirnya keduanya menyadari kalau keduanya bekerja di tempat yang sama.
Kara yang supel, ceria, dan pekerja keras. Berwatak blak-blakan, menghadapi teror dari mantan suaminya yang posesif. Sementara Raka sang Presdir sebenarnya menaruh hati pada Kara namun rintangan yang akan dihadapinya adalah kehilangan orang terpenting di hidupnya. Ia harus memilih antara cintanya, atau keluarganya. Semua keluarganya trauma dengan mantan-mantan istri Raka, sehingga mereka tidak mau lagi ada calon istri yang lain.
Raka dan Kara sama-sama menjalani hidupnya dengan dinamika yang genting. Sampai akhirnya mereka berdua kebingungan. Mengutamakan diri sendiri atau orang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Twelve

Rancamaya Golf And Country Club

“Haduh, slopenya miring.” Raka berkacak pinggang sambil mengukur jarak antara bola dengan pit hole.

“Terlalu break tadi kamu.” Kata Pak Wicak sambil terkekeh. “Tapi sepertinya bisa masuk nih Pak Yudhis, Greennya bagus kok. Puttnya kuat.”

“Course ratingnya berapa ya nih?” Raka mengambil ancang-ancang memukul sambil bolak balik pandangannya ke arah depan.

“Course 71,1. Bogey 93,2. Jadi slopenya 119.” sahut Kara.

Semua menoleh ke arah Kara. Dia bukan Caddy tapi dia tahu.

“Saya pakai aplikasi AI pak.” sahut Kara. sambil mengangkat ponselnya.

“Woaaah, hebat juga nih sekretaris kamu. Nemu dimana yang kayak gini Pak?” tanya Pak Wicak sambil mengamati Kara.

“Keponakan.” sahut Raka asal-asalan.

“Iya gue keponakan Pakde gue sendiri.” gumam Kara pelan agar tak terdengar Pak Wicak.

“Pakde kamu dimana?” tanya Raka.

“Nggak tahu rimbanya.” Kara mengangkat bahunya

“Astaga, beneran sebatang kara kamu.”

“Saya bukan sebatang kara, tapi sesosok kara. Karena batangnya kan ada di Pak Raka.”

Raka terkekeh geli. “Bercanda kamu ya? Jokes father-father.”

“Tapi yang itu nggak bercanda. Rating Slope 119 itu termasuk sulit Pak. Standarnya 113.” sahut Kara.

“Bismillah aja lah.” gumam Raka sambil bersiap mengayunkan tongkat golfnya.

Kara langsung mundur teratur.

**

“Berikutnya kemana kita?” Kara duduk di kursi pengemudi.

“Keee…Hujan Rempah. Udah ditunggu Bu Mayang.”

Kara menyetir mobilnya dengan berpatokan ke aplikasi map. Sementara Raka di sebelahnya sibuk mengetik sambil nelepon.

“Gue udah bikin Akta pernikahan kok. Sejauh dia terbukti berselingkuh dan dia tidak mendebatnya di Pengadilan, buktinya kuat, video ada, foto ada, bukti chat ada, Caitlyn nggak bakalan bisa dapet apa pun. Gue udah pernah dikerjain Nuna ya. Rumah bokap nyokap dibalik nama. Kurang ajar sompret tu betina. Jadi pas nikah sama Caitlyn ya gue siap-siap lah.” Raka sedang menelpon Alan karena seorang pengacara dari istri ketiga datang untuk menuntut hak kliennya.

Kara masih bisa mendengar suara Alan yang ada di seberang.

“Men, dia bilang, kalo lo bikin Akte di awal, jadi lo udah ada indikasi rencana untuk menceraikannya. Bisa dibilang, semua ini memang sudah direncanakan di awal. Jadi Caitlyn berhak dapat bagian karena semua kondisi perselingkuhan ini diluar kuasanya.”

“Kalau sudah tahu isi aktenya begitu, harusnya dia nggak selingkuh. Titik, itu aja.” sahut Raka.

"Lo hadepin sendiri si pengacara kondang satu ini. Kecuali lo mau bayar dia lebih mahal, dia bisa berbalik menyerang Caitlyn.”

“Ya mending gue bayar devidennya si Caitlyn aja daripada gue bayar pengacara 2 miliar cuma buat membuka kasus yang sudah diputuskan pengadilan.” omel Raka.

Kara hanya mendengarkan sambil menyetir mobil. Sembari ia nikmati perjalanan yang suasana gerimis dan syahdu.

Kota Bogor yang indah. Namun membawa kenangan buruk bagi Kara.

Karena malam pertamanya waktu itu adalah di area puncak, dan mereka juga kulineran di sekitar Kota Bogor. Bersama Aldo si bangsat tukang bercocok tanam, yang sekarang setiap hari WA minta rujuk.

“Men,” sahut Alan. “Gue udah pesenin tempat di Greyhound untuk besok.”

“Gue skip dulu kali ini, Besok Pak Wicak mau tandatangan Gentleman Agreement.”

“Widiiih cepet amat luuu melesat bagai komet!”

“Gue pingin cepet-cepet selesai keburu akuisisi ribet ntar kalo ditunda-tunda.” sahut Raka.

Lalu pria itu pun memutus sambungan teleponnya dengan Alan.

“Pak.” panggil Kara.

“Apa sayang?” Raka menjawab dengan tatapan masih tertuju ke layar laptopnya.

“Bukannya Gentleman Agreement-nya baru saja ditandatangani Pak Wicak tadi ya?”

Tak ada jawaban dari Raka.

tapi Kara menoleh sekilas. Ia melihat senyum tipis di bibir Raka.

“Saya sedang Haid.” sahut Kara cepat.

“Bohong.” Balas Raka tak kalah cepat.

“Ergh…” gerutu Kara sambil memarkir mobilnya di pelataran restoran.

“Pak Raka silahkan bekerja, saya mau makan siang di meja lain.” desis Kara sambil mematikan mesin mobil, lalu membuka sabuk pengaman.

“Hm…” Raka hanya bergumam.

Saat Kara menoleh ke sebelah kiri mau mengambil tasnya di samping, dagunya ditarik oleh tangan besar.

Kecupan intens yang hangat menyelimuti bibirnya yang lembab.

Ciuman pertama mereka.

Bahkan wanita muda itu tidak sempat memejamkan matanya.

“Jangan jauh-jauh.” bisik Raka sambil melepaskan wajah Kara.

Raka keluar lebih dulu.

Kara masih menguasai dadanya yang berdebar-debar di dalam mobil.

Apa ini? ia bertanya dalam hati.

Kenapa jantungku rasanya mau copot?

**

Kara tidak makan di restoran. Ia hanya turun beli jus alpukat untuk take away. Lalu ia minum di mobil.

Rasanya ia tidak ingin melihat wajah Raka dulu.

Dadanya dari tadi tidak berhenti berdebar.

Lemas sekali lututnya.

Kara tidak mengerti apa yang terjadi padanya.

Ciuman Itu sebuah kesalahan! Ya pasti begitu.

Di saat pertama mereka tidak berciuman.

Karena menganggap aktivitas itu adalah hal sakral yang harus dilakukan oleh sepasang kekasih.

Tapi mereka bukan kekasih.

Jadi kenapa Raka mencium bibirnya?!

Sekitar satu jam kemudian, Raka pun selesai dengan rapatnya. Lalu masuk ke dalam mobil.

“Kamu nggak makan di dalam? Hape kamu nggak diangkat dari tadi saya telpon-telpon.” omel Raka.

“Hem… lagi nggak ingin makan Pak.” desis Kara pelan.

“Masa? Tambah kurus ntar kamu, bisa-bisa nggak kuat ngangkat bantex.” kata Raka sambil memakai sabuk pengaman. “Kita cari makan dulu deh,di tempat yang kamu suka. Dari pagi kamu makannya sedikit loh. Sotonya aja nggak kamu habisin.”

“Hum…” Kara hanya bergumam nggak jelas.

“Yuk?” tanyanya.

Kara masih diam duduk di belakang stir

Raka memperhatikan wanita itu yang tegang sambil menatap ke arah depan.

“Kara?” panggilnya.

Ia khawatir karena belum lama Kara berdiri membeku, dipanggil-panggil gak nyahut, tahu-tahu menangis. Raka takut hal yang sama terulang kembali..

“Jangan cium saya lagi.” desis Kara tak lama kemudian.

Raka terdiam.

Seketika dadanya bergemuruh, perasaan tidak enak langsung menerpanya.

ia hanya bisa tertegun.

Ditolak...

Lagi-lagi ia ditolak.

Pria itu berpikir, apa yang salah?

Kenapa dia selalu saja mengambil langkah yang salah kalau berhadapan dengan wanita.

Padahal dalam bisnis, semua lancar-lancar saja.

“Oh. Sorry.” Raka salah tingkah. “Hum… saya pikir perasaan kita sama.”

Ada rasa sakit yang tertahan di sana. Ia kecewa, tapi ia juga merasa itu salahnya karena bertindak terlalu cepat dan terlalu percaya diri.

“Kalau dicium saya jadi sakit.” sambung Kara kemudian.

“Eh?” Raka menoleh ke arah Kara.

“Jantung saya. Saya sakit jantung kayaknya. Daritadi berdebar cepat sekali.” kata Kara.

Raka pun terdiam.

Kara juga terdiam karena sedang mengatur nafasnya yang agak sesak.

“Aliran darah saya juga jadi nggak jelas rutenya. Saya jadi berkunang-kunang.” lanjut Kara.

Raka masih diam.

Tapi dia memalingkan wajahnya ke samping.

Agar tawanya tidak terlihat Kara.

“5 menit nggak stabil, saya langsung ke rumah sakit.” gumam Kara.

Masih tidak ada respon dari Raka.

“Gimana Pak?” tanya Kara meminta tanggapan.

“Hum… menurut saya sih, kita istirahat dulu saja. Sini saya yang nyetir. Saya sudah booking resort di Sentul.”

1
SasSya
😃😂
ketahuan
udahhhh
gas.. dapat restu dr sahabat dan seng mantan gebetan
dian😺
lah? jadi? kok isoh???😂
Nurlela Nurlela
komplikasi atau kontraksi?
dian😺
tuman! 🤣
Murdiyanti Soemarno
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Hesti Ariani
istilah anyar iki
Memyr 67
𝖽𝗂𝗍𝗎𝗇𝗀𝗀𝗎 𝗄𝖾𝗅𝖺𝗇𝗃𝗎𝗍𝖺𝗇𝗇𝗒𝖺
mboke nio
mas raka ....mas raka bucin kan jadinya....😁
Hesti Ariani
baru nyadae kau kawan😄
fitri sasmita
karya ini banyak .emberikan saya pelajaran ,bagaimana seharusnya bersikap kepada orang lain saat bekerja. profesional dalam bersikap di kantor duhhh kebayang hidup saya dulu sebelum baca2 novel kak septira
jutek, g senyum, ngomong asal2an. dari novel ini saya belajar cara bersikap, belajar bahasa2 gaul, singkatan gaul yg saya juga g paham bahasa anak muda sekarang.
keren bagus novelnya
buaaagusssss
Angspoer: Alhamdulillah kalau bermanfaat ya jeeeeng
total 1 replies
Hesty Mamiena Hg
lhaa? Kenapa security ini selalu datangnya telat dibandingin lakonnya ya? 🤔
Hesty Mamiena Hg
eehh.. Dasar Banci!
Beraninya sm perempuan? di depan umum lagi? Waahhh kasus inih! 😠🤨🧐
Hesty Mamiena Hg
novel karyanya Madam emang gk main2..👍🤩
mamaqe
mamaq manggut2
Ama Lorina Raju
double update yg gini nih bikin happy 😍😍😍😍😍👍👍👍 sehat2 ya tor
𝕭𝖚𝖊 𝕭𝖎𝖒𝖆 💱
entahlah apa maksud kmrn" Raka & cathlyn slalu bareng ...
Wiwit Duank
tuuhh kan Raka gitu loh 😂
Daisy🇵🇸HilVi
hadeeeww mas alaaaann baik bangeeett huhuhuhu
Daisy🇵🇸HilVi
idiih mau ngapain sih, bikin emosi reader aja wkwk
Indah
Caitlyn jodohnya Alan kan dah bonding banget ma anaknya caitlyn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!