Frans tak pernah menunjukkan perasaannya pada Anna, hingga di detik terakhir hidup Anna. Wanita itu baru tahu, kalau orang yang selama ini melindunginya adalah Frans, kakak iparnya, yang bahkan melompat ke dalam api untuk menyelamatkannya.
Anna menitihkan air mata darah, penyesalan yang begitu besar. Ferdi, pria yang dia cintai ternyata hanya memanfaatkannya untuk mendapatkan perusahaan ayahnya dan kekayaan keluarga Anna.
Kedua tak selamat, dari kobaran api kebakaran yang di rancang oleh Ferdi dan Gina, selingkuhannya yang juga sahabat Anna.
Namun, Anna mendapatkan kesempatan kedua. Dia hidup kembali, terbangun tiga tahun sebelum pernikahannya dengan Ferdi. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 20.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Perhatian Frans
"Mas, lihatlah! gajinya lumayan. Mas tidak perlu lagi kerja siang malam" Anna terlihat begitu senang saat melihat slip gaji yang sudah dikirimkan oleh sekertaris MOB pada Frans.
Frans juga terlihat senang. Matanya berbinar, dia belum pernah mendapatkan kiriman uang sebanyak ini untuk satu lukisan. Ini benar-benar setara gajinya siang dan malam selama tiga bulan.
"Ibu pasti senang, aku akan membelikan obat untuk ayah. Dan Anna, apa yang kamu inginkan?" tanya Frans.
Anna menatap Frans dengan hati yang terharu begitu besar. Bahkan gajinya tidak sebanyak uang yang diberikan ayah Anna untuk keperluan Anna satu minggu. Tapi, Frans masih sempat bertanya padanya, apa yang dia inginkan. Hal itu sungguh membuat Anna terharu.
"Mas, aku tidak ingin apapun..."
"Mana boleh begitu Anna. Kamu sudah membantuku bertemu dengan tuan Matthew dan membantuku mendapatkan pekerjaan yang sangat baik ini. Mana boleh aku tidak berterima kasih padamu. Aku tahu, kamu sudah punya segalanya, tapi sebutkan satu hal yang bisa aku berikan padamu" kata Frans dengan begitu tulus.
Anna sungguh tak bisa berkata-kata. Frans dan Ferdi itu saudara kandung kan? kenapa mereka begitu berbeda. Frans selembut dan sebening embun pagi, dan Ferdi dia begitu licik seperti duri.
Anna menatap Frans yang juga tengah menatapnya cukup lama. Anna mulai melangkah mendekat ke arah Frans. Karena Frans manis menunggu Anna, dia masih berdiri dengan tenang di tempatnya. Padahal, biasanya kan dia pasti sudah akan kabur kalau di dekati Anna seperti itu.
"Benarkah? mas mau berikan satu hal yang aku mau?" tanya Anna.
Dan Frans yang masih terus berpikiran positif. Mengangguk dengan cepat.
"Tentu saja Anna, kamu telah membantuku mendapatkan pekerjaan ini..."
Frans menjeda ucapannya, ketika Anna benar-benar tak berjarak lagi darinya.
"Aku mau hatimu mas!"
Frans mundur perlahan. Tatapan matanya pada Anna seperti seseorang yang sebenarnya ingin percaya. Tapi tidak mudah juga percaya. Seperti itulah.
Anna sebenarnya tidak ingin menyerah begitu saja, momen ini menurutnya sudah sangat pas. Tapi, kemudian dia teringat akan apa yang terjadi beberapa waktu lalu. Dimana Frans malah sangat menghindarinya ketika dia mencium Frans.
"Aku rasa aku akan terlambat, mas jadi kan mengantarku ke jalan bulak? ayo!" kata Anna yang segera berjalan dengan cepat ke arah dimana sepeda motor Frans di parkir.
Dia tidak mau mengulangi kesalahannya, mencium Frans, hanya akan membuat pria itu semakin jauh darinya. Anna tidak boleh melakukan itu lagi.
Anna memejamkan matanya saat sampai di samping sepeda motor Frans.
'Ya ampun, otakku kenapa jadi encum begini sih? kenapa kalau menatap mas Frans dari dekat, bawaannya mau cium dia. Apa yang aku pikirkan!' batinnya sambil mengernyitkan keningnya.
"Aku bantu pakaikan!" kata Frans meraih helm untuk Anna.
Anna segera mengangguk. Dia menatap Frans yang terlihat gugup saat memakaikan helm itu padanya.
Bulu matanya, sorot matanya yang begitu fokus, keningnya yang terkuat tegas, alisnya yang seolah menjadi penegas wajahnya yang serius tapi gugup itu. Daun telinganya yang memerah....
Mata Anna tertuju pada daun telinga Frans.
'Daun telinganya memerah, bukankah artinya dia sedang malu?' tanya Anna dalam hatinya.
Klik
"Sudah"
Frans segera buru-buru berbalik setelah dia memasangkan helm Anna dengan benar.
Anna mendesah pelan, Frans memang menghindarinya sepertinya. Anna naik motor Frans, dan mereka pun pergi ke jalan Bulak.
Tempat itu, seperti yang di rumorkan. Tempatnya memang cukup ramai, tapi ramai dengan orang-orang yang main gitar di pinggir jalan, ditemani dengan beberapa gelas yang airnya berwarna putih keruh.
"Siapa yang kamu cari, Anna?" tanya Frans.
"Namanya Lukas, dia bekerja di salah satu bengkel yang ada di tempat ini!" kata Anna.
Karena memang di kertas yang diberikan oleh Kanaya padanya tadi, dia hanya menuliskan bengkel sepeda motor di jalan Bulak. Hanya seperti itu saja.
Frans mengangguk paham.
"Saat aku bertanya pada orang-orang itu, jangan lepaskan helm mu ya! jangan buka kacanya juga!" kata Frans.
Anna mengangguk patuh.
"Iya mas" jawab Anna cepat.
Frans menepikan sepeda motornya cukup jauh dari orang-orang yang sedang berkumpul itu. Dia membuka helmnya dan membawanya berjalan bersamanya. Sementara Anna, menunggu di dekat motor Frans.
"Selamat siang bang!" sapa Frans dengan sopan.
"Oh, kamu kurir kan? mau antar paket kemana lagi?" tanya salah satu orang yang memang suka melihat Frans di daerah ini mengantarkan paket.
"Benar bang, saya mau cari bengkel tempat kerja Lukas?" tanya Frans masih dengan nada sopan.
Tapi baru juga bertanya, pria yang berdiri di depannya itu mengulurkan tangannya.
"Duit rokoknya dulu lah!" katanya.
Frans yang memang tidak mau membuat keributan, segera mengambil uang dari sakunya. Pecahan dua puluh ribu satu lembar dia berikan pada pria itu.
"Cakep nih kang paket! noh, di sono noh! dua gang dari sini, ada gapura belok kiri. Ada pagar besi gede, deket jalan arah pasar lama. Itu bengkel Marko, kakaknya Lukas!" jelas pria itu.
Frans mengangguk paham.
"Terimakasih bang!" katanya.
"Yo!" kata pria itu sambil duduk dan menyimpan uangnya di saku celana jeans compang-campingnya.
Frans segera mendekati Anna.
"Cepat naik?" kata Frans.
Dan benar saja, para pria itu ternyata baru menyadari kalau Frans membawa Anna bersamanya.
"Eh, bawa cewek dia bro!"
"Halahh, kagak kelihatan mukanya. Siapa tahu tonggos! ha ha ha"
"Ha ha ha"
Untung saja Frans minta Anna tetap menggunakan helmnya. Jika mereka melihat Anna yang cantik itu. Mungkin mereka akan menganggu Anna dan Frans.
Setelah mengikuti arahan dari pria di pinggir jalan tadi. Frans kembali menghentikan motornya di depan sebuah parah besi yang terbuka setengahnya. Dari suara mesin las di dalam sana, ini memang seperti bengkel.
"Aku akan bantu buka helm kamu?" kata Frans.
Anna mengangguk. Helm itu terbuka, dan rambut Anna sedikit berantakan.
"Aku akan masuk ke dalam..."
"Anna"
Anna menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Frans.
"Rambut kamu berantakan" kata Frans dengan lembut.
Anna mencoba merapikannya, tapi karena dia terburu-buru dan tidak ada cermin juga. Jadi, dia semakin mengacak-acak rambutnya sendiri.
Frans yang melihat itu segera mengangkat tangannya dan merapikan rambut Anna.
"Aku bantu"
Anna memandang ke arah Frans. Sulit untuk tidak bisa jatuh cinta pada pria seperhatian ini. Kenapa di kehidupannya yang dulu, dia malah menjauhi pria sebaik ini.
"Sudah" kata Frans yang tidak sengaja menatap mata Anna yang terkunci padanya.
Deg
Deg
"Anna! kamu ngapain di sini?"
Anna menoleh, dan saat melihat Lukas. Dia menjadi sangat tidak enak. Wajah Lukas menghitam, bahunya kotor sekali.
'Apakah dia menjadi gelandangan sekarang? ini semua juga salahku, jika aku tidak membiarkan Gina seenaknya dan selalu membelanya. Lukas tidak akan seperti ini. Bajunya kotor sekali, celananya sobek...'
Padahal, yang namanya montir di bengkel kan pakaiannya pasti seperti itu. Namanya juga Anna tidak pernah pergi ke bengkel. Dia mana tahu.
***
Bersambung...
" hay sayang " 🤣🤣🤣