"Nala katakan pada bibi siapa ayahnya?" bagai disambar petir bagi Nala saat suara wanita paruh baya itu terdengar "maksud bibi apa?" tanya Nala dengan menenangkan hatinya yg bergemuruh "katakan pada bibi Nala !! siapa ayah bayi itu?" lagi - lagi bibi Wati bertanya dengan nada sedikit meninggi. "ini milikmu kan?" imbuhnya sambil memperlihatkan sebuah tespeck bergaris 2 merah yang menandakan hasil positif, Nala yang melihat tespeck itu membulatkan matanya kemudian menghela nafas. "iya bi itu milik Nala" ucapnya sambil menahan air mata dan suara sedikit bergetar menahan tangis "jala**!! tidak bibi sangka dirimu serendah itu Nala" jawab bi Wati dengan mata berlinang air mata "katakan padaku siapa ayah dari bayi itu?" tanya bi Wati sekali lagi. nala menghembuskan nafas berat kemudian bibirnya mulai terbuka "ayahnya adalah" baca kelanjutan ceritanya langsung ya teman - teman happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit Curiga
Setelah Gavin meminta maaf padanya tadi malam membuat Nala kembali ceria dan bersemangat, hari ini tiba waktunya dia berwisuda.
Nala sedang di makeupi oleh nyonya Vanya dan nyonya Vanya juga yag memilihkanya baju untuk acara wisudanya, di dalam hati Nala sangat bersyukur bisa ditemukan oleh orang sebaik nyinya Vanya.
naun sedetik keudian dia memikirkan bagaimana jika nyonya Vanya tau jika dirinya hamil anak Gavin apa nyonya Vanya akan tetapi baik padanya atau malah membencinya.
Nala benar - benar tidak bisa membayangkanya saat ini, tepukan dipundak membuyarkan lamunan Nala "hey kenapa kau melamun ?" pertanyaan yang keluar dari mulut nyonya Vanya membuat Nala menggaruk kepalanya uang tidak gatal sama sekali.
"Saya hanya terkagum saja nyonya dengan hasil makeup nyonya Vanya" ucap Nala dengan sopan, Nala mengatakan hal yang sebenarnya dia tidak berbohong karena dirinya juga merasa sangat cantik saat ini.
nyinya Vanya sangat pandai untuk mempoles wajahnya "bukan makeup ku yang membuatmu terlihat cantik Nala tetapi memang dirimu aslinya sudah cantik jadi ku poles sedikit terlihat semakin cantik" ucapan nyinya Vanya membuat Nala tersipu malu.
"coba pakai baju kebayamu itu yang telah ku pesankan kusus untukmu" perintah nyinya Vanya yang menunjuk sebuah baju kebaya merah yang sangat indah dan elegan "nyonya ini terlalu berlebihan, seharusnya tidak perlu saya sudah memiliki gaun kebaya sendiri" Nala memang sudah menyiapkan baju kebaya untuk wisudanya jauh jauh hari dan itu memakai uang saku yang nyonya Vanya berikan.
"sudah tidak papa, kau juga selama ini sudah menjadi anak yang baik dan selalu memanjakan lidahku dan seluruh keluargaku dengan masakanmu" ucap nyonya Vanya lagi sambil mengedipkan mata satu menggoda Nala.
Nala berjalan menuju baju yang sudah tertata di atas tempat tidur besar milik nyonya Vanya dan tuan Rendra, Dipakainya kebaya itu namun sedikit sesak dibagian payudara dan nyinya Vanya menyadari hal itu.
"kenapa Nala ? apa terlalu kecil ? perasaan aku sudah mengukur tubuhmu dengan baik" setelah nyonya Vanya berucap demikian dia berjalan menuju Nala dan memperhatikan poster tubuh Nala ada beberapa bagian yang sedikit membesar.
"ku lihat sepertinya kau sedikit gemuk, dibagian perut pinggang dan juga payudaramu" Nala menegang ketika nyonya Vanya menyadari perubahan pada postur tubuhnya.
"Ah mungkin karna saya beberapa minggu ini sangat suka nyemil di malam hari karena menyelesaikan skripsiku nyonya" kilah Nala dan kemudian dia berusaha agar nyonya Vanya tidak mencurigainya.
nyonya Vanya mengangguk mengerti "tetapi apa kau tidak merasa sesak memakai kebaya itu ?" pertanyaan itu kebali terucap dari mulut nyonya Vanya pasalnya dia sudah memesan kebaya kusus ini untuk Nala.
"tidak papa nyonya" ucap Nala dan tersenyum menenangkan, setelah itu Nala dan nyonya Vanya keluar dari kamar besar itu menuju halaman rumah dan masuk ke mobil yang sudah pak Yamin siapkan.
sebelum Nala dan nyonya Vanya sampai dipintu utama rumah besar itu terdengar suara Devan yang memanggil mamanya "mama ingin kemana ? kenapa cantik sekali ?" tanya Devan dan keudian kepalanya melihat Nala yang sedang berdiri di samping mamanya.
"Wow Nala kau sangat cantik" goda Devan pada Nala membuat nyonya Vanya berkacak pinggang "Devan jangan ganggu adikmu" ucap mama Vanya pada putranya itu "siapa adik Devan ?" pertanyaan itu terdengar dari arah punggung Devan dan disana berdiri seorang wanita baya yang masih terlihat cantik di usianya yang menginjak kepala 8.
"aku tidak sudi anak itu menjadi bagian dari keluarga Alvaro, dengar itu Vanya" Nala yang mendengarkan ucapan oma Latisia menundukkan kepalanya ingin menangis, dirinya mulai sensitif kembali.
sebelum nyonya Vanya sempat beradu argumen dengan mertuanya, Devan terlebih dahulu mengajak omah Latisia pergi dari sana menuju taman yang berada di samping rumahnya.
Nala dan nyonya Vanya berjalan memasuki mobil didalam mobil nyonya Vanya menyentuh tangan Nala dan berbicara "maafkan ucapan mertuaku tadi ya Nala, dan maaf Rendra tidak bisa ikut ke acara wisudamu" ucapan nyonya Vanya sangat tulus membuat Nala tidak enak hati sendiri.
"Tidak papa nyonya, saya sudah sangat bahagia nyonya mau mempoles wajah saya dan memberikan saya baju kebaya ini, apalagi nyonya Vanya juga ikut menghadiri acara wisuda saya itu suatu kehormatan bagi saya" nyonya Vanya tersenyum dan mengelus anak rambut Nala yang memang sengaja dibiarkan terurai begitu saja untuk mempercantik penampilanya.
