🌺Judul sebelumnya Pesona Cleopatra🌺
Cleopatra, wanita yang biasa dipanggil Rara menghipnotis banyak kaum adam termasuk kakak beradik Fahreza dan Zayn.
Tepat di detik-detik pernikahan Rara dan Reza, Zayn merenggut kehormatan Rara.
Rasa cinta Reza yang besar tak menyurutkan langkahnya untuk tetap menikahi gadis cantik bak ratu mesir di zaman dahulu itu. Namun, noda yang ada pada sang istri tetap membekas di hati Reza dan membuat ia lemah untuk memberi nafkah batin selama pernikahan.
Apakah Reza benar-benar tulus mencintai Rara? Atau Zayn, pria yang memang lebih mencintai Rara? bagaimana nasib Rara selanjutnya?
Baca sampe tuntas ya guys.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendoakan yang terbaik
“Siapa yang menelepon, Ra?” tanya Mirna, setelah menutup kembali pintu kamarnya dan berjalan ke arah Rara.
“Zayn, Ma. Tapi tidak ada suaranya jadi Rara tutup saja teleponnya.”
Mirna terdiam. Ia berfikir sejenak. “Mungkin ponselnya tertekan saat ada di saku.”
Rara mengangguk. “Ya, Ra pikir juga begitu.”
“Oh, iya. Rara mau pulang dulu ya, Ma. Mau kasih tahu bunda kalau Mama lagi ada di sini,” ucap Rara antusias.
Mirna tersenyum melihat keceriaan di wajah Rara. Ia mengangguk. Sejenak ia bersedih ketika ingat bahwa di balik keceriaan itu tersimpan penderitaan. Ia pun tak tahu sampai kapan pernikahan putranya dengan Rara akn bertahan lama, mengingat terlalu banyak rahasia di dalamnya.
Rara pun segera berlalu dari hadapan Mirna dan keluar untuk menemui ibunya di rumah.
#Flashback on#
Saat koma, hampir tidak pernah Reza menemui Rara. Ia masih shock menerima kenyataan bahwa Zayn pria pertama yang menyentuh wanitanya. Reza mengurung diri di kamar atau dia lebih memilih berlama-lama di kantor dan berkutat dengan pekerjaan, bahkan hingga menjadi penghuni kantor karena sering bermalam di tempat itu.
Kemudian, Reza menjual kembali apartemen itu. Apartemen yang menjadi saksi kebejatan Zayn terhadap wanita yang paling ia cintai. Padahal ia sudah membayangkan hal-hal indah bersama Rara ketika membeli apartemen itu, terlebih saat ia membeli ranjang king size di kamar itu, ia sampai tersenyum sendiri membayangkan malam panas bersama sang istri saat malam pertama nanti. Namun sayang, apa yang Reza banyangkan tidak menjadi kenyataan. Semua prediksinya berubah seratus delapan puluh derajat. Justru ranjang khusu yang ia beli menjadi saksi wanitanya di sentuh oleh pria lain.
“Za, lepaskan Rara. Biarkan Zayn bertanggung jawab,” ucap Kemal saat mereka sedang makan malam.
Malam itu, Reza bhanya bersama kedua orang tuanya, sedangkan zayn tidak pernah pulang. Pria itu selalu menemani Rara saat koma, hingga ia melupakan keberangkatannya ke Paris. Zayn melewatkan kesempatan emas untuk belajar photograpy di negara itu karena rasa bersalahnya pada Rara. Ia melupakan mimpinya, yang ada di otaknya saat ini hanya Rara dan kesembuhannya.
“Tidak,” bentak Reza sembari menghentakkan garpu dan sendok yang semula ada di genggamannya itu ke piring hingga berbunyi kencang.
“Ah,” Mirna tersentak karena dentuman alat makan dan piring itu.
“Reza, kami bicara baik-baik padamu.” Kemal pun membentak Reza karena kelakuannya yang tidak sopan. Walau ia mengerti kondisi sang putra saat ini, tetapi seharusnya Reza bisa lebih dewasa menyikapi kejadian ini, karena semua orang sedang terpuruk.
“Papa ingin Zayn yang menikahi Rara? Tidak. Aku tidak terima,” kata Reza.
“Tapi kamu juga tidak akan menerima kesalahan ini, Za. Kami sangat tahu kamu,” jawab Mirna. “Walau ini bukan kesalahan Rara, tetapi Rara bagian dari kesalahan ini.”
“Bahkan kamu tidak menjenguk Rara sama sekali sejak dia di rawat. Itu sudah menandakan bahwa kamu memang tidak menerima kenyataan ini,” sahut Kemal.
Reza mendorong kursinya ke belakang, lalu berdiri. “Aku orang yang paling menderita di sini, Pa. Aku orang yang dirugikan di sini. tapi aku heran mengapa kalian selalu membelanya. Sebenarnya anak Papa dan Mama itu siapa? Aku atau Zayn? Seharusnya Papa dan Mama lebih mengerti aku.”
Kemudian, dengan cepat Reza melangkahkan kaki untuk meninggalkan makan malam itu.
“Za, bukan begitu maksud kami,” ucap Mirna. “Justru karena kami sangat mengerti kamu. Kami juga sangat menyayangimu, Nak. Kami hanya tidak ingin kamu tidak bahagia. Lebih baik melepaskan Rara dari pada kamu hidup dengan bayang-bayang kesalahan mereka.”
Reza menoleh ke arah sang ibu. “Cukup, Ma. Jangan sebut dia dengan sebutan adikku! Karena aku tidak memiliki adik.”
Reza kembali melangkahkan kakinya yang lebar dan meninggalkan kedua orang tuanya yang masih duduk di sana.
“Za,” teriak Mirna dan hendak mengejar sang putra.
Namun, Kemal mencekal lengan sang istri. “Biar dia berpikir, Ma. Mungkin kita yang salah karena terlalu memanjakan anak itu. jadi sekarang dia sangat keras kepala. Papa tidak suka dengan sikapnya yang tidak sopan pada kita.”
Lalu, Mirna kembali duduk dan menangis. Kemal memeluk tubuh sang istri.
Reza memang pria perfeksionis. Dalam hidup, ia hampir tak pernah melakukan kesalahan. Bahkan saat sekolah ia selalu menjadi juara umum. Nilainya selalu berada paling atas diantara teman-temannya yang lain dan dia selalu menata hidupnya dengan sempurna.
Di rumah sakit, Zayn terus menemani Rara yang berbaring tanpa suara dan bernapas melalui alat-alat medis. Air mata Zayn bercucuran ketika mengajak Rara berbicara walau Rara tidak pernah menjawab semua obrolan itu. Zayn hanya berkata sendirian.
Zayn juga telaten membersihkan tubuh Rara setiap hari. Semua aktifitasnya ditinggalkan hanya untuk mengurus Rara pada. Hari ketemu hari, bulan ketemu bulan, hingga hampir satu tahun, Zayn tidak lelah untuk mengurus Rara yang sedang koma.
Hal itu membuat Mia dan Sanjaya terharu, mereka melihat kesungguhan Zayn atas penebusan rasa bersalahnya. Mia dan sanjaya pun tidak menempuh jalur hukum atas kelakuan Zayn terhadap putri semata wayangnya. Selain karena mereka tidak ingin reputasi Kemal hancur, mereka juga melihat kesungguhan itu.
Reza mulai mendatangi Rara, setelah dokter menyatakan bahwa Rara mengalami kemajuan pesat. Semakin hari semakin ada perkembangan bahwa peluang Rara untuk sadar besar, karena organ-organ di dalam tubuhnya yang semakin baik dan menunjukkan fungsi.
“Aku akan tetap menikahi Rara,” ucap Reza di hadapan semua orang.
Ketika itu, orang tua Rara, orang tua Reza, dan juga Zayn ada di sana. mereka semua berkumpul di ruang perawatan Rara.
Zayn terdiam. Ia memang sudah memantapkan hati untuk tidak memperjuangkan Rara, karena kesalahannya yang besar membuatnya tidak berada dalam posisi yang bagus untuk menentang Reza.
“Kau, pergilah yang jauh dan jangan pernah menganggu kami!” ucap Reza sembari jari telunjuknya menunjuk ke arah Zayn. “Aku akan tetap menjadi suami Rara dan akan membahagiakannya. Setelah dia bangun dari koma, dia akan seperti manusia yang hidup kembali dan aku pastikan dia tidak akan pernah tahu kejadian buruk ini.”
Semua pun terdiam mendengar keputusan itu. Mia dan Sanjaya tidak bisa berbuat apa-apa, karena yang mereka tahu putrinya memang mencintai Reza. Mirna dan Kemal pun tak bisa berbuat apa-apa karena ini memang kesalahan Zayn yang fatal.
“Ya, berbahagialah, Kak. Maaf aku merusak rencanamu. Aku yakin kakak akan membahagiakannya. Setelah ini aku pastikan bahwa aku akan pergi jauh dan tidak akan muncul dihadapan kalian lagi.”
#Falsh back off#
Mirna duduk di sofa dan menghembuskan nafasnya kasar. Ia memejamkan membuka matanya setelah mengingat kejadian itu. saat itu, Kemal pun mengambil keputusan untuk menyerahkan semua bisnisnya pada sang putra karena ia yakin di tangan Reza bisnisnya akan berkembang pesat, karena Reza mempunyai talen dan kecerdasan untuk itu. Lalu, mereka menemani Zayn beberapa bulan setelahnya. Tepatnya, beberapa bulan setelah Reza dan Rara menikah.
“Hey, kamu mengingat hal itu lagi?” tanya Kemal dengan menyentuh bahu sang istri.
Mirna mengusap wajahnya kasar. “Aku hanya takut, Rara akan kembali menderita.”
“Karena dia tidak bisa memiliki keturunan?” tanya Kemal.
Mirna mengangguk. “Setiap pernikahan pasti menginginka keturunan. Seeprti aku dulu yang kahwatir jika tidak memberimu keturunan. Untung saja, Kita mendapat Reza, walau akhirnya kau tidak bisa mendaparkannya lagi.”
“Reza tipe pria setia, Ma. Sama sepertiku.”
“Tapi dulu, kamu juga sempat akan tergoda oleh wanita itu.” Mirna cemberut.
Kemudian, Kemal ikut duduk dan memeluk istrinya dari samping. “Itu semua bukan mauku, Ma.”
Ya, kala itu Kemal sedang bersama teman-teman bisnisnya. Waktu itu ia masih memulai bisnisnya dan selalu ikut acara pebisnis muda agar memiliki jaringan yang luas. Lalu, Kemal yang lurus dan tidak pernah meminum minuman haram itu pun di cekoki oleh beberapa teman-temannya hingga ia mabuk parah dan tak sadarkan diri. Lalu, sekretarisnya memanfaatkan ketidakberdayaan Kemal. Untung saja, Mirna datang tepat waktu, karena feeling seorang istri tidak dapat di bohongi, sehingga apa yang sekretaris itu ingin lakukan pun gagal.
“Saat itu aku tidak sadar. Kalau sadar aku tidak akan melakukan itu,” ucap Kemal.
Mirna mengangguk. “Ya, tapi aku tetap khawatir, Pa. Aku tidak bisa bayangkan jika Reza menduakan Rara. Mau taruh dimana mukaku dihadapan Mia dan Sanjaya. Lengkap sudah penderitaan Rara yang disebabkan oleh putra kita.”
“Ssstt ...” Kemal menutup bibir sang istri. “Berpikir positif saja dan doakan yang terbaik untuk putra-putra kita, karena hanya itu tugas kita sekarang.”
Mirna pun mengangguk lemah.