Aminah tidak pernah menyangka bahwa dia akan dijodohkan dengan anak konglomerat tapi tidak pernah mencintai nya sedikitpun bahkan dia pun juga tidak pernah mencintai pria itu.
Saat dirinya tahu bahwa calon suami konglomerat nya itu berselingkuh dengan seorang artis terkenal, dia hanya bisa menahan gejolak hati nya yang tersakiti.
Aminah sadar bahwa dia tidak pernah mencintai calon suaminya tetapi rasa sakit karena pengkhianatan cinta sang calon suami konglomerat nya membuatnya menjadi berani dan mengambil sebuah keputusan yang sangat besar dalam hidupnya.
Takdir cinta Aminah terjadi...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Andai saja
Aminah mengenakan sharara putih berenda serta rok lipit lebar warna senada dengan hijab putih di kepalanya.
Dia duduk mematut diri cukup lama di depan cermin seraya menyematkan bros mutiara.
"Hari ini... Apa yang harus aku lakukan ?", ucap Aminah.
Aminah melirik jam yang ada disampingnya, waktu telah menunjukkan pukul 8 pagi.
Dia masih belum bergegas dari kamarnya turun untuk sarapan.
Diam, tidak mengerti yang harus dia lakukan hari ini.
"Membuatkannya sarapan..., sepertinya hanya menambah masalah diantara kami berdua, dia tidak suka aku memasak untuknya...", ucap Aminah.
Aminah memutar badannya ke arah samping menghadap ruangan kamarnya.
Semua tampak rapi dan nyaris sempurna.
Dia berdiri lalu berjalan ke arah meja, tempat dia meletakkan kotak-kotak berisi manisan yang dibawa oleh ibu.
"Kemarin aku tidak melihatnya di rumah hingga malam. Apakah dia sudah pulang ke rumah ?", kata Aminah.
Aminah mengambil satu kotak jaleby kemudian membawanya.
"Sebaiknya aku memberikan kotak manisan ini, mungkin dia suka jaleby", gumam Aminah.
Aminah keluar dari dalam kamarnya lalu berjalan melewati ruangan lantai atas rumah menuju ke tangga.
"Dimana letak kamarnya ?", ucap Aminah.
Aminah menoleh ke arah sekitar ruangan rumah megah itu.
Dia melihat Cayla sedang membersihkan vas bunga yang ada di atas meja pojok ruangan.
"Cayla... Selamat pagi !", sapa Aminah.
Cayla menoleh ke arah Aminah dan hanya diam menatapnya.
Aminah berjalan mendekati Cayla sambil tersenyum ramah.
"Hai !", ucap Aminah.
"Pagi, nona Aminah...", sahut Cayla.
"Pagi, Cayla", jawab Aminah.
Aminah berhenti di samping Cayla.
"Boleh aku bertanya sesuatu padamu ?", lanjut Aminah.
"Iya, silahkan...", sahut Cayla.
"Apa kamu tahu letak kamar Shaheer ?", tanya Aminah.
"Tentu, saya tahu, nona Aminah. Saya sudah lama bekerja di rumah ini dan saya pasti tahu siapa yang ada di kamar-kamar di rumah ini", sahut Cayla.
"Tolong, dimana letak kamar Shaheer ? Bisakah kamu tunjukkan letaknya", kata Aminah.
"Mari, saya antarkan kesana, nona Aminah !", ucap Cayla.
Cayla lalu melangkah menuju ke sebuah ruangan yang ada di pojok ruangan lantai atas.
"Di dalam ruangan ini ada kamar yang diperuntukkan untuk tuan Shaheer. Silahkan anda masuk, nona Aminah !", kata Cayla.
"Oh, iya...", sahut Aminah tertegun.
Aminah menengok ruangan yang ada di depannya lalu masuk dengan langkah pelan.
Di ruangan itu ada sebuah kamar yang terkunci pintunya.
Ruangan yang mirip ruang tamu, lengkap dengan meja-kursinya tampak tertata rapi di ruangan itu.
Tirai cantik menghias jendela yang menghadap ke arah matahari sehingga sinar cahaya matahari dapat masuk leluasa ke dalam ruangan.
"Saya pergi dulu, nona Aminah. Masih ada yang harus saya kerjakan lagi", kata Cayla.
"Baiklah, terimakasih sudah mengantarkanku kemari, Cayla", jawab Aminah.
"Iya, nona Aminah ! Ini sudah tugas saya", ucap Cayla.
Aminah tersenyum kepada Cayla sedangkan gadis muda berkepang satu itu lalu pergi dari sisi Aminah, melanjutkan kembali pekerjaannya yang tertunda.
Suasana ruangan sangat hangat dengan pancaran sinar cahaya matahari yang menyeruak masuk ke dalam ruangan mirip ruang tamu itu.
Sesaat terasa sunyi karena hanya ada Aminah yang berdiri menghadap kamar sendirian disana.
Aminah lalu mengetuk pintu kamar, mengulangnya sebanyak tiga kali ketukan.
Tok... Tok... Tok...
Menggeser posisinya ke arah kanan depan pintu kamar.
Diam menunggu jawaban dari dalam kamar tidur.
Lama tidak ada suara jawaban dari dalam kamar. Hening.
Aminah agak ragu untuk meneruskan usahanya menemui Shaheer Sheikh. Dan bermaksud mengurungkannya.
Ketika Aminah hendak pergi.
Terdengar pintu kamar berderit pelan lalu terbuka.
Aminah menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka itu dan dia melihat pria tampan itu muncul dari dalam kamarnya.
"Ada apa ?", tanya Shaheer Sheikh.
Shaheer Sheikh berdiri di depan kamarnya seraya menatap ke arah Aminah.
Aminah terdiam dengan pandangan mata mengarah ke lantai.
"Kenapa diam saja ? Apa kamu tidak bisa bicara sekarang ?", ucap Shaheer Sheikh.
"Ehk !?", gumam Aminah ragu.
"Apa !? Langsung saja bicara ! Aku harus pergi sekarang", sahut Shaheer Sheikh.
"Emmm..., ini ! Ambillah !", ucap Aminah.
Aminah menyerahkan kotak berisi manisan jaleby kepada Shaheer Sheikh dengan terburu-buru.
Pria tampan itu hanya diam memandangi kotak yang ada di tangan Aminah.
"Apa ini ?", tanya Shaheer Sheikh.
Shaheer Sheikh mengangkat kedua alisnya ke atas saat Aminah menyodorkan kotak manisan itu padanya.
"Ini jaleby untukmu ! Mathair yang menghadiahkannya dan aku ingin membaginya satu untukmu", kata Aminah.
"Oh..., jaleby, ya...", sahut Shaheer Sheikh.
Terdengar jawaban yang sedikit meremehkan.
"Iya, aku harap kamu suka dengan hadiah ini", jawab Aminah.
Shaheer Sheikh masih diam dengan tatapan dinginnya.
"Apa kamu kira aku suka manisan !?", ucap Shaheer Sheikh.
Aminah tersentak kaget lalu menatap lurus ke arah pria tampan itu.
"A-apa !?", sahut Aminah.
"Iyah ! Apa kamu pikir aku ini suka jaleby ?", kata Shaheer Sheikh.
"Maaf, aku tidak mengerti ucapanmu", sahut Aminah.
"Untuk apa kamu memberikan manisan itu padaku ? Apa kamu tahu jika aku sangat alergi gula dengan kadar berlebih ?", lanjut Shaheer Sheikh.
"Jika aku tahu kamu alergi makanan manis, aku minta maaf untuk itu", sahut Aminah.
"Sudah tahu lalu kenapa masih disini !?", ucap Shaheer Sheikh acuh.
"Maaf, telah mengganggu harimu..., permisi...", sahut Aminah.
Aminah membalikkan badannya hendak pergi, terdengar suara Shaheer Sheikh yang memanggilnya.
"Hai, tunggu ! Kenapa kau pergi seenakmu ?", ucap Shaheer Sheikh.
Aminah tidak memperdulikan ucapan Shaheer Sheikh dan berlalu pergi dari hadapan pria tampan itu tanpa mengucap sepatah katapun.
Masih terdengar suara panggilan Shaheer Sheikh dari arah belakang.
Namun, Aminah terlanjur kesal dengan sikap Shaheer Sheikh padanya.
"Hai...", panggil Shaheer Sheikh yang tampak mengikuti Aminah.
Aminah mempercepat langkahnya menuju kamarnya tanpa menoleh ke arah Shaheer Sheikh.
"Astaga ! Gadis apa itu ? Dipanggil tetap saja pergi...", ucap Shaheer Sheikh menggerutu.
Pria berwajah tampan itu dengan lesung pipi di wajahnya terlihat kesal melihat sikap Aminah yang tidak menghiraukannya.
Dia mengacak-acak rambutnya asal dan diam berdiri menatap Aminah yang berjalan cepat ke arah kamarnya.
Aminah telah masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci kamarnya.
"Apa yang telah aku lakukan tadi !?", ucap Aminah.
Gadis berwajah cantik itu menghela nafasnya seraya berdiri di depan pintu kamar yang tertutup rapat itu.
"Aku benar-benar sangat bodoh !", sesalnya.
Aminah lalu meletakkan kotak manisan itu kembali ke tempatnya tadi.
"Hmmm...", desah Aminah kesal.
Dia duduk sambil melipat kedua lengannya di depan wajahnya.
"Aku memang bodoh...", ucap Aminah.
Aminah memukul pelan kepalanya dengan sangat kesal.
"Seharusnya aku diam saja ! Dan tidak mempermalukan diriku !", kata Aminah.
Aminah menutupi wajahnya yang merah padam karena malu bercampur kecewa.
"Apa yang kamu harapkan darinya, Aminah !?", ucap Aminah.
Aminah duduk sendirian di kamarnya dengan rasa malu yang menampar dirinya.
Dia tidak perlu harga diri untuk merasa terhormat tapi dia hanya merasa harga dirinya sebagai seorang perempuan tidak dihargai.
Itu juga kesalahannya tapi setidaknya dia telah berusaha sebaik-baiknya agar dirinya diterima oleh pria tampan itu.
Aminah mencoba mengalah dengan bersikap lebih akrab karena dia juga tahu Shaheer Sheikh masih harus belajar menerima dirinya.
Awal dari tidak kenal kemudian harus saling mengenal satu dengan lainnya.
Itu memanglah sulit karena pada dasarnya mereka terpaksa untuk menerima hubungan diantara mereka berdua.
Andai saja, itu mungkin bagi hubungan mereka.
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu