Inayah Ayudia seorang gadis polos berusia 21 tahun, menjadi sekretaris dari seorang Pimpinan Perusahaan Property terbesar di kota Jakarta, bernama Ibrahim Arsenio Cipta berusia 28 tahun.
Karena keseringan bersama, lama kelamaan antara Bos dan Sekretaris itu saling membutuhkan satu sama lain. Akankah tumbuh perasaan cinta diantara mereka, dan apakah hubungan mereka berjalan dengan mulus ketika ada perbedaan status sosial?
Mampukah Inayah yang berasal dari keluarga sederhana masuk kedalam kehidupan seorang Ibra yang berlimpah dan bergelimang harta. Simak kisah mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Modus Si Bos
Sementara itu di ruangan Ibra, sambil membaca berkas-berkasnya, "Ridwan, sejak kapan lo ahli menggombali wanita seperti tadi?"
"Itu nggak perlu keahlian, cukup gunakan hati dan perasaan aja kok," Jawab Ridwan.
"Cih, dasar player lo. jangan suka mainin perasaan wanita, karma berlaku." umpat Ibra.
"Gue nggak main-main sama dia, sejak dia masuk ke perusahaan ini, dia udah jadi taget gue." Ridwan bangkit dari sofa dan mendekati Ibra.
"Gue sadar umur gue semakin tua, sebentar lagi 29, Mami Papi juga udah ngejar-ngejar gue buat nikah, jadi saatnya menentukan pilihan." Lanjutnya lagi.
"Dan dia tau kalau lo lagi ngincar dia?" Ibra menaikkan alisnya menatap ke Ridwan.
"Pastinya, karena gue to the poin dan nggak bertele-tele, kalau suka ya perlakukan dia dengan baik, ambil hatinya," Jelas Ridwan.
"Caranya?" Tanya Ibra dengan tatapan serius.
"Kenapa lo penasaran? apa lo juga udah punya target?"
"Ah, enggak." Jawab Ibra singkat.
"Ya udah gue turun ya, masih banyak kerjaan yang menunggu." Ridwan melangkah pergi meninggalkan ruangan Ibra.
Lalu sebelum turun ke bawah Ridwan menyapa Inayah, "Inayah," ucapnya dan berhenti.
"Iya Pak," jawab Inayah.
"Gimana rasanya kerja bareng Ibra, pasti menguras kesabaran kan?" Tanya Ridwan dengan ekspresi mengejek.
"Ya begitulah Pak," Jawab Inayah cengir.
"Inayah, kalau kamu bisa membuat Ibra jatuh cinta denganmu, berarti kamu hebat!" Inayah membulatkan matanya saat mendengar pernyataan Ridwan barusan.
"Hah? maksudnya apa Pak?" Tanya Inayah penasaran dan tak mengerti apa maksud dari ucapan Ridwan.
"Ibra itu susah sekali jatuh cinta, untuk berteman aja dia pemilih, dan sepertinya dia akan sulit menemukan jodohnya karena sikap dan emosi nya yang suka naik turun, siapa yang tahan pacaran dengan pria seperti itu, bener nggak?"
"Iya Pak, tapi niat saya disini cuma mau bekerja mencari penghasilan." Jawab Inayah.
"Iya tapi kalau kamu bisa mendapatkan hati Ibra, itu bonus. hahaha." Tawa Ridwan yang besar membuat Ibra penasaran apa yang sedang mereka bicarakan, maka ia pun melangkah keluar dari ruangannya.
"Ehm, apa yang kalian bahas?" Tanya Ibra sambil berdiri di depan pintu ruangannya.
"Ada deh," jawab Ridwan santai dan langsung berjalan menuju lift.
"Nayah, keruangan saya sekarang." Katanya seraya melangkah masuk keruangan nya.
"Iya Pak," jawaban Inayah membuat Ibra berbalik, "apa kamu bilang barusan?"
"Iya Mas ibra," mendengar jawaban Inayah yang kedua membuat Ibra mengulum senyum di bibrnya.
Setelah Inayah masuk, "Kamu bantu aku, menyusun kembali berkas ini setelah aku cek dan aku tanda tangani," ucapnya sambil membolak balik kan lembaran lembaran kertas yang berada di hadapan nya.
"Iya," jawabnya singkat.
"Kamu pindahkan kursi itu, tepat di sebelahku." Ibra mengarahkan wajahnya pada kursi kosong yang berada di sudut kanan diruangan nya. Tanpa menjawab Inayah langsung melakukan apa yang di pinta oleh Bosnya itu.
"Sudah Mas." kemudian Inayah melangkah, niatnya ingin duduk di sofa.
"Untuk apa kursi kosong ini disebelahku?"
"Lah, kan tadi Mas Ibra nyurh pindahin,"
Ibra menghela nafas, dan merapatkan giginya. "Aku suruh pindahin kursi ini, supaya kamu duduk disebelahku, Inayah." katanya dengan ekspresi datar.
"Oh, apa perlu sedekat itu?" tanya Inayah, lalu melangkah mendekati Ibra, dan duduk di sebelahnya.
"Setelah aku membaca dan menandatangani dokumen-dokumen ini, kamu langsung merapikannya kembali sesuai dengan urutan dan judul yang tertera di mapnya, jangan buang-buang waktu harus mondar mandi dari sofa kesini, jika berdekatan kan kerjanya jadi lebih cepat." ucapnya panjang lebar.
"Iya," jawaban Inayah membuat Ibra kesal.
"Apa kamu nggak punya jawaban lain selain iya?"
salah lagi. gumam Inayah.
"Jangan menghabiskan waktu hanya untuk membahas hal-hal seperti ini Mas, ayo cepat selesaikan semuanya," Inayah malah memberi perintah kepada bosnya yang kini menjadi teman nya itu.
"Hem," Ibra menuruti apa kata Inayah.
Ting. ponsel Inayah berbunyi ada notifikasi Whatsapp. ia mengambil ponselnya dari saku celana dan ia menunduk lalu membuka pesan itu,
Inayah, sejak kapan kamu menjadi ketus seperti ini, dulu kamu adalah gadis yang lembut, itulah yang membuatku jatuh cinta padamu. Inayah mengerutkan dahinya saat membaca pesan tersebut, ia tak mengerti, kemudian mulai scroll ke atas dan membaca pesan-pesan sebelumnya.
Ya ampun ternyata Bang Riki. ucapnya dalam hati.
ternyata sejak ponsel Inayah berbunyi Ibra juga terus memperhatikan layar ponsel Inayah.
"Siapa?"
"Temanku," Jawab Inayah.
"Apa pesan ini Mas Ibra yang membalasnya?" Inayah menunjukkan pesan tersebut ke Ibra, membuat Ibra merubah ekspresinya ketika ia membaca pesan terakhir dari nomor yang belum tersimpan di kontak Inayah itu.
"Ya, aku yang membalasnya, kenapa? kamu nggak suka?" Tanya Ibra menatap serius ke wajah wanita di sebelahnya itu.
"Mas Ibra, kenapa kamu ikut campur urusan pribadiku sih?" Inayah mulai kesal dan bangkit dari kursinya, lalu Ibra memegang pergelangan tangannya, menahan Inayah.
"kamu boleh marah dan pergi dari ruangan ini, tapi setelah pekerjaanmu selesai!" ucap Ibra dengan ketus. Lalu Inayah pun duduk kembali, selain itu apalagi yang bisa ia lakukan.
Ibra terus fokus melakukan pekerjaannya, selama kurang lebih satu jam. akhirnya semuanya selesai, dan selama satu jam itu mereka hanya berdiam tanpa biacara. Inayah benar-benar kesal karena Ibra membalas pesan yang seharusnya bukan menjadi urusannya itu.
"udah ya, ini berkasnya udah rapi kembali dan letaknya sesuai," ucap Inayah kesal, lalu melangkah keluar.
"Sebentar," kata Ibra.
apalagi sih?
Ibra membuka kulkas yang ada diruangannya dan mengambil sebatang cokelat dengan kemasan berwana ungu, "ini, katanya makan cokelat bisa merubah mood," sambil menyodorkan cokelat itu pada Inayah.
"Makasih," ucap Inayah singkat, saat mencoba melangkah lagi.
"Tunggu Inayah, aku belum selesai bicara," lagi-lagi ia menghentikan langkahnya dan berbalik lagi menghadap Ibra.
"Berkasnya tolong antarkan kembali ke ruangan Ridwan ya," katanya sambil tersenyum lebar dan semanis mungkin ke Inayah, niatnya untuk membuat Inayah meleleh karena senyuman nya, tapi ternyata tidak mempan.
"Ya," jawab Inayah singkat lalu ia benar-benar keluar dari ruangan itu, membawa dua belas map berisi berkas, lalu cokelat pemberian Ibra ia letakkan di atas tumpukan map tersebut.
Sesampainya di ruangan Ridwan, "Permisi Pak," ucapnya dan disana juga ada Yasmin, mereka hanya saling melempar senyum.
"Ini berkasnya sudah selesai di periksa dan di tanda tangani," kemudian meletakkan tumpukan map itu di atas meja Ridwan.
"Oh iya terimakasih Inayah, ini apa? apa Ibra menitipkan ini untukku?" mengambil cokelat yang berada ditumpukan map tersebut.
"Eh, sepertinya iya Pak." jawab Inayah.
haduh Inayah ceroboh sekali kamu.
"Ya udah saya permisi ya Pak," kata Inayah dan melangkah pergi, padahal niatnya ingin mengobrol sebentar dengan Yasmin, tapi sepertinya Yasmin sedang tidak bisa di ganggu.
***
**Bersambung.
Vote, like, komen. 😥😊😎**
kerja apapun
mSak tidur di jam kerja
dan LG Inayah ini gak ada sopan2 nya sama atasan
wajar Ibra bilang gak tau diri