NovelToon NovelToon
Cinta Di Bawah Hujan Season 1

Cinta Di Bawah Hujan Season 1

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:153
Nilai: 5
Nama Author: Rindi Tati

Di tengah derasnya hujan di sebuah taman kota, Alana berteduh di bawah sebuah gazebo tua. Hujan bukanlah hal yang asing baginya—setiap tetesnya seolah membawa kenangan akan masa lalunya yang pahit. Namun, hari itu, hujan membawa seseorang yang tak terduga.

Arka, pria dengan senyum hangat dan mata yang teduh, kebetulan berteduh di tempat yang sama. Percakapan ringan di antara derai hujan perlahan membuka kisah hidup mereka. Nayla yang masih terjebak dalam bayang-bayang cinta lamanya, dan Arka yang ternyata juga menyimpan luka hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rindi Tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 27

Pentas yang Sepi

Hari itu menjadi salah satu hari terpenting dalam hidup Nayla. Sanggar kecil yang ia bangun dengan penuh cinta akhirnya berhasil menyiapkan sebuah pentas seni besar. Anak-anak yang selama ini ia ajari menari dan menyanyi akan tampil di hadapan penonton. Bagi Nayla, ini bukan sekadar pentas; ini adalah wujud nyata mimpinya untuk memberi ruang bagi anak-anak kecil menemukan keberanian di atas panggung.

Sejak pagi, ia sudah sibuk mempersiapkan segala hal: kostum anak-anak, dekorasi, hingga latihan terakhir. Raut wajahnya terlihat sumringah, tapi jauh di dalam hati, ada kegelisahan yang tak kunjung reda. Hatinya berharap Arka akan ada di sana, duduk di barisan penonton, memberi senyum semangat yang selalu bisa menenangkan.

Namun kenyataan tak seindah harapan. Malam sebelumnya, Arka sudah menelpon dengan suara lesu.

“Nay, besok aku ada presentasi penting banget. Aku nggak tahu bisa pulang atau nggak. Aku pengen banget ada di sana, tapi…”

Nayla terdiam. Ia tahu betapa pentingnya pekerjaan itu bagi Arka. Namun, hatinya tetap kecewa. “Aku ngerti, Ka. Kalau kamu nggak bisa datang, ya sudah. Semoga lancar, ya.”

Arka merasakan nada getir di suara Nayla. “Aku janji akan usaha, Nay. Kalau bisa selesai lebih cepat, aku langsung nyusul.”

Nayla hanya menjawab pelan, “Iya, Ka. Hati-hati kerja.”

Siang itu, gedung kesenian kecil tempat pentas diadakan mulai dipenuhi orang tua, keluarga, dan warga sekitar. Musik riang mengalun, lampu panggung menyala terang, dan tepuk tangan bergemuruh ketika anak-anak satu per satu tampil dengan penuh semangat.

Nayla berdiri di balik panggung, memantau dengan mata berbinar. Ia merasa bangga, melihat anak-anak yang dulu pemalu kini bisa berdiri percaya diri di depan penonton. Namun di sela kebahagiaan itu, matanya sesekali melirik ke kursi penonton. Kosong. Tidak ada Arka.

Rasa kecewa menyelinap lagi. Ia tersenyum untuk anak-anak, tapi senyum itu tidak sepenuhnya tulus.

Saat bagian terakhir, Nayla sendiri ikut naik ke panggung untuk menari bersama murid-muridnya. Gerakannya indah, penuh makna, seolah menumpahkan segala cinta dan harapannya. Penonton bertepuk tangan riuh, sebagian berdiri memberikan apresiasi.

Namun ketika ia menunduk memberi salam, hatinya berkata lirih: “Ka, andai kamu ada di sini…”

Sementara itu, di Jakarta, Arka berlari tergesa-gesa keluar dari gedung kantor. Presentasi pentingnya selesai lebih cepat dari yang ia perkirakan. Dengan napas tersengal, ia memesan tiket kereta tercepat menuju kota Nayla. Sepanjang perjalanan, ia menatap jam berkali-kali, berharap waktu berpihak padanya.

Ia mengirim pesan singkat: “Nay, aku lagi di kereta. Doain aku sempet nyampe ya.”

Namun Nayla tidak sempat membaca. Ponselnya ia tinggalkan di meja ruang rias karena sibuk mendampingi anak-anak.

Arka tiba di gedung kesenian tepat saat acara hampir berakhir. Nafasnya terengah, kemejanya sedikit kusut. Ia masuk dengan langkah cepat, namun hanya mendapati penonton mulai beranjak pulang.

Di panggung, Nayla berdiri sambil menerima ucapan selamat dari beberapa orang tua murid. Wajahnya tetap tersenyum, tapi matanya terlihat sendu.

Ketika pandangan mereka akhirnya bertemu, Nayla terdiam. Ia hampir tidak percaya Arka benar-benar ada di sana.

“Ka…?” suaranya bergetar.

Arka berjalan mendekat, menatapnya penuh penyesalan. “Maaf, Nay. Aku telat.”

Air mata Nayla langsung mengalir, bukan hanya karena sedih, tapi juga karena lega. Ia memukul pelan bahu Arka. “Kenapa baru sekarang? Aku nungguin dari tadi…”

Arka memeluknya erat. “Aku lari dari kantor, Nay. Aku bener-bener usaha biar bisa nyusul. Maaf aku nggak bisa liat semuanya. Tapi aku janji, aku selalu ada buat kamu, meski kadang telat.”

Nayla terisak dalam pelukannya. Semua rasa kecewa perlahan luluh dalam hangatnya kehadiran Arka. “Aku capek nunggu, Ka. Tapi aku juga nggak mau kehilangan kamu.”

Arka mengusap rambutnya, menenangkan. “Aku tahu, Nay. Aku juga capek sama jarak ini. Tapi aku percaya kita bisa lewatin. Selama kita nggak berhenti percaya, kita bisa.”

Malam itu, setelah semua tamu pulang, Nayla dan Arka duduk di bangku kosong di depan panggung. Hujan turun perlahan di luar gedung, menambah syahdu suasana.

“Ka,” Nayla memecah keheningan, “kenapa sih cinta selalu diuji hujan? Kayak nggak ada habisnya.”

Arka tersenyum samar. “Mungkin karena hujan itu cara Tuhan ngingetin kita. Kalau cinta cuma indah pas cerah, itu bukan cinta yang kuat. Cinta harus bisa bertahan meski langit lagi gelap.”

Nayla menatapnya, lalu mengangguk pelan. “Aku pengen kita bisa terus kuat, Ka. Meski aku kadang takut.”

Arka menggenggam tangannya. “Aku juga takut, Nay. Tapi aku janji, selama aku hidup, aku nggak akan pernah berhenti pulang ke kamu. Hujan boleh deras, jarak boleh jauh, tapi hatiku nggak akan pernah pergi.”

Di luar, hujan turun semakin deras. Namun di dalam hati mereka, ada secercah keyakinan baru. Bahwa cinta, meski sering diuji, selalu menemukan jalan untuk bertahan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!