Kekerasan yang dialami mawar dimasa kecil
membuat nya terperangkap dimasa lalu nya.
sehingga menjadikan diri nya seperti setangkai mawar yang tak bisa disentuh
penghinaan yang diterima Putra telah mengikis semua harga dirinya. Bahkan perceraian nya pun menyandarkan nya pada kenyataan pahit.
bisakah sebentuk ketulusan membalikan hidup mereka?
hanya cinta sejati yang bisa menyembuhkan luka. bersediakah mereka berjuang bersama untuk melepaskan diri dari kelam nya masa lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kevin N Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mawar 23
Sepanjang perjalanan Putra dihadiahi wajah cemberut Mawar dan jawaban yang ketus. Akhirnya Putra menyerah dan menutup mulutnya hingga mereka tiba dirumah sakit. Seperti dugaan Putra, Mawar sangat tidak kooperatif terhadap dokter yang memeriksanya. Gadis itu semakin kesal ketika diminta tes urine.
Aku tidak mungkin hamil, pemeriksaan ini sungguh membuang banyak waktu saja. Aku sampai harus mendatangi tempat yang aku benci. Awas kau Putra!
Terang saja hasilnya negatif dan dokter menyimpulkan bahwa Mawar hanya kelelahan dan kurang nutrisi. Setelah menerima resep dokter, dengan penuh syukur Mawar meninggalkan ruang pemeriksaan dan berjalan ke bagian apotik untuk menebus obat.
"Aku mau ke kantin rumah sakit dulu, aku mau mencari minuman. Kau mau minuman apa?" tanya Putra pada Mawar.
"Apa saja, apa kau akan lama? Kantinnya jauh?" tanya Mawar bertubi-tubi.
Meski Mawar kesal terhadap Putra, namun dia tidak ingin menunggu sendrian di apotik.
"Tidak jauh, kau lihat lorong sana? Nah belok kanan itu kantinnya. Jangan khawatir, aku tidak mungkin menggoda wanita lain atau pun tergoda dengan mereka. Karena aku sudah memiliki wanita tercantik di sisiku, yang lain si lewat." bisik Putra menggoda.
Putra berusaha membuat gadis itu rileks. Dia tau Mawar sedari tadi kesal terhadapnya.
"Untuk apa aku khawatir! Pergi sana!" sungut Mawar kesal.
Putra tersenyum dan berlalu meninggalkan Mawar yang sedang menunggu di apotik. Pasti gadis itu merasa kalau Putra sedang menggodanya, padahal apa yang putra katakan adalah hal yang sebenarnya. Beberapa menit kemudian Putra sudah sampai di kantin rumah sakit dan terlihat cukup rame, Putra duduk dipojokan menunggu minuman pesanannya.
"Benar-benar tidak disangka kita bisa bertemu lagi. Mungkin kita memang berjodoh?"
Putra terbelalak kaget mendengar sapaan wanita itu, terlebih sudah berdiri disebelahnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Putra tidak suka, dia tidak akan pernah melupakan bagaimana wanita ini menghina dirinya dan Mawar.
"Kau galak sekali, sayang. Di mana istrimu?"
Susan melihat sekitar mencari sosok Mawar.
"Oohhh, kau sendirian ya? Baguslah, karena aku tidak suka melihat istrimu. Bisa-bisanya kau menikah dengan mantan pasien rumah sakit jiwa." ujar Susan tersenyum meremehkan.
Susan tidak suka memiliki saingan, dia ingin semua pria bertekuk lutut di hadapannya. Dia membayangkan Putra akan hancur setelah dia campakkan, tapi kenyataannya dia malah mendapatkan wanita yang jauh dari dia. Sungguh membuat Susan frustasi.
Kalah telak pikir Susan.
Putra yang dulu miskin kini terlihat lebih tampan dan berkelas. Terlebih setelah Putra menyatakan cintanya pada Mawar di hadapan banyak orang. Susan tertantang dan berambisi untuk menaklukkan Putra lagi, bukan karena ingin memiliki bahkan mencintainya, tapi hanya untuk membuktikan pada dirinya sendiri dan orang lain bahwa dia yang paling sempurna.
Putra segera berdiri, emosinya terbakar mendengar susan kembali menghina Mawar.
"Jaga ucapanmu, Susan. Jangan sampai aku hilang kesabaran. Jauhi aku!" tangan Putra terkepal di samping tubuhnya dan wajahnya memerah menahan amarah.
Susan justru merasa tertantang oleh sikap dingin Putra. Wanita itu langsung mengalungkan kedua tangannya ke leher Putra yang kokoh.
"Putra apa kau masih ingat kelembutan jemariku bermain ditubuhmu?" Susan merapatkan tubuhnya ke tubuh Putra hingga jarak wajah mereka hanya tersisa beberapa senti.
"Aku berani bertaruh, istrimu itu pasti tidak bisa memuaskanmu." Susan mendesah sambil menghembuskan napasnya ke wajah Putra.
Sekujur tubuh Putra menegang menahan emosi dan rasa jijik terhadap wanita di depannya ini. Kemarahan yang besar tidak mampu membuatnya berkata-kata lagi, bahkan susah payah menelan ludah, hanya nafasnya yang memburu. Tiba-tiba...
"Kalau mau, kalian bisa melanjutkannya di tempat yang lebih layak." desis Mawar. Mawar berusaha menahan suaranya agar terlihat tenang. Walaupun kepalanya terasa mendidih menyaksikan adegan intim suaminya dengan sang mantan, di depan matanya.
"Cih! Suami apanya." batin Mawar kesal.
Nafas Mawar terengah-engah, tangannya membawa plastik berisikan obatnya. Dia buru-buru menyusul Putra ke kantin, namun alangkah terkejutnya dia ketika melihat Putra bermesraan dengan Susan yang notabenenya mantan istri Putra.
Putra segera menepis lengan Susan dengan kasar, dia semakin jijik ketika melihat wajah Susan yang sedikit pun tidak merasa bersalah. Wanita itu terlihat tenang dan penuh percaya diri.
"Tenanglah sayang, aku bisa menjelaskan, semua yang kamu lihat tidak seperti...."
"Tidak perlu, silahkan lanjutkan" potong Mawar cepat dan berbalik meninggalkan mereka.
"Lihat? Istrimu tidak keberatan, bahkan dia menyuruh kita meneruskannya." rayu Susan sambil menahan lengan Putra, hingga Putra tertahan untuk mengejar Mawar.
Terjadi tarik-menarik antara Susan dan Putra. Dengan tenaga Putra yang kuat, Putra berhasil menepis tangan Susan sehingga dapat terlepas dari lengan Susan. Putra mengangkat telunjuknya tepat di depan hidup Susan.
"Kau... Dasar kau wanita murahan! Ku harap kau segera dapat balasannya." setelah mengucapkan kalimat itu Putra segera berlari menyusul Mawar.
Putra sudah berputar disekitar area rumah sakit dan dia kehilangan jejak Mawar.
Sedangkan di sisi lain.
Mawar sedang berada di dalam taksi, Mawar masih tidak percaya Putra bisa melakukan hal itu, padahal Putra sendiri yang mengatakan bermesraan di depan umum itu tidak pantas dilakukan. Mawar mengusap air matanya yang terus menetes, dia tidak mengerti untuk apa dia menangis. Yang dia tau, rasanya seperti ada yang menusuk hatinya menyaksikan Susan mengalungkan kedua tangannya ke leher Putra.
Ada apa denganmu Mawar? Kau harus menepati janjimu, bahwa Putra boleh mendapatkan istri sesungguhnya.
Dia pria normal
Oke oke
Aku akan menepati janjiku, asal bukan Susan. Ya!
Benarkah? Benarkah asal bukan Susan
Aku tidak perduli. Putra bisa menikahi wanita mana pun yang dia sukai.
Lalu kenapa kau menangis?
Ooh....aku tidak mengerti.
Isakan Mawar semakin kencang, dia tidak memperdulikan lagi supir taksi yang terus melihatnya. Setelah hampir satu tahun menikah dengan Putra, Mawar nyaris lupa dengan janji yang pernah dia ucapkan. Ketika sekarang, entah mengapa Mawar seperti terpukul dan tak rela. Seolah-olah seseorang akan mengambil miliknya yang sangat berharga. Sesuatu yang dia inginkan untuk dirinya sendiri dan tak ingin dibagi dengan orang lain. Dan kini, dia hanya bisa menangis melihat Putra melakukannya tanpa bisa melarangnya.
°°°°
Mawar tiba dirumah sekitar pukul sepuluh malam, dan dia kembali meneteskan air mata karena tidak melihat Putra di rumah.
Mungkinkah pria itu sedang menghabiskan waktu bersama Susan?
Tapi bukankah aku yang menyuruhnya?
Karena jika Putra menyusulnya, pasti Putra akan sampai di rumah duluan. Pikirannya membuat hatinya panas, akhirnya Mawar memutuskan untuk mandi dan merendam tubuhnya dengan air dingin, berharap bisa meredakan amarahnya yang bergejolak dikepalanya. Dia nyaris tidak bisa memikirkan apapun selain adegan mesra Putra dan Susan di kantin tadi. Sambil berendam, Mawar mencoba membayangkan perasaan Putra. Mungkinkah Putra melakukannya karena dia merindukan sentuhan wanita dan aku sebagai istrinya tidak dapat melakukan itu?
Pria malang..
Dia harusnya bahagia, tidak terjebak dalam pernikahan yang mengenaskan, pikir mawar.
°°°°
----Mohon dukungan nya ----
°Jangan lupa
Rate
Like
dan jejak komentar
°Terimakasih
semoga kalian bisa saling memberi kebahagia dan kenyamanan..