Keanu Wiratmadja
Presdir muda yang tak pernah tertarik pada seorang wanita selama hidupnya, tiba-tiba hatinya tergerak dan ingin sekali memilikinya. Karena dia wanita pertama baginya.
Keana Winata
Putri semata wayang yang sangat disayangi ayahnya, tapi bukan berarti dia putri yang manja. Dia berbeda, sehingga dapat membuat seseorang tergerak hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ade eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
"Sebenarnya dimana tempat meeting kali ini pak?", tanya Ana meragu.
"Glory Coorporation, Nona", jawab supir singkat.
Tubuh Ana langsung menegang, dia memaku wajahnya. Dan detak jantungnya makin tak karuan.
***
Di kediamannya Ken sudah nampak rapih dengan kemeja putih panjang, setelan jas dan rompi berwarna hitam dengan dasi senada dan celana panjang hitam. Warna yang selalu dominan dia pakai. Semua pakaiannya lebih di dominasi warna hitam, putih dan abu-abu. Berbeda dengan Sam yang lebih berani memakai warna-warna lainnya. Tidak harus mencolok juga tidak harus kaku, begitu gayanya.
Rambutnya telah ia sisir rapih ke belakang. Parfum dengan aroma maskulin juga telah disemprotkannya. Kini dia sedang menatap cermin panjang yang memperlihatkan dirinya dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Ken menelisik setiap sudut penampilannya. Dia ingin penampilannya kali ini sempurna tak bercela.
"Emmh, kalau sudah tampan mau bagaimana lagi?! Pantas saja mereka begitu tersihir oleh pesonaku", ucapnya narsis sendiri yang merajuk pada wanita-wanita yang selalu berharap padanya.
Pesona Ken yang karismatik menjadi magnet bagi para wanita. Meskipun sikapnya yang dingin tak urung membuat mereka mengurungkan niatnya. Beberapa wanita dari kalangan sosialita, selebritis terkenal maupun rekan bisnis lainnya memiliki harapan tinggi untuk bisa menjadi pendampingnya. Bahkan terkadang rekan bisnisnya terang-terangan menawarkan putri atau kerabatnya untuk menjadi pendamping Ken. Tentu saja dengan niatan tertentu. Dengan pengaruh Ken, tentu akan dengan mudah bagi mereka mengembangkan usahanya. Hal itu juga membuat Ken jengah.
"Wow, wow, wow!", Sam menerebos kamar Ken dan mendapatinya sedang narsis di depan cermin. Ken berubah kikuk, memasang wajah datarnya lagi dan menepak kepala Sam sedikit keras.
Sam meringis kesakitan sambil mengusap kepalanya. Kali ini Sam juga memandangi cermin, nampak dirinya dalam balutan jas coklat susu dan celana senada, dengan kemeja hitam dan sapu tangan senada di saku depan jasnya. Sam terlihat lebih santai dan energik, namun kesan tampan juga lekat pada dirinya.
Dua kakak beradik ini sedang narsis dengan gaya masing-masing. Mereka layaknya ciptaan Tuhan yang sempurna. Yang sudah berbaik hati memanjakan indera penglihatan bagi para kaum hawa. Tetapi Ken dengan gaya-gaya kakunya malah jadi bahan tawa bagi adiknya. Tak ayal kepalanya mendapatkan satu pukulan lagi.
"Hey kak, apa hobimu memukul orang hah!", seru Sam kesal sambil mengusap pucuk kepalanya.
"Sejak kapan kau di sini? Bukankah kau punya apartemenmu sendiri heh", Ken tak merespon adiknya malah mengajukan pertanyaannya sendiri.
"Semalam saat kau sudah tidur. Jadi aku langsung masuk saja ke kamar tamu. Lagipula aku ini adikmu. Apa aku perlu ijin untuk menginap di rumah kakakku sendiri, heh", jelas Sam sedikit kesal.
"Harus", jawab Ken singkat.
"Cih!", Sam berdecak sebal tapi kemudian dia tersenyum memandangi kakaknya yang terlihat lebih tampan dari biasanya.
"Kau ini mau meeting kak, bukannya mau kencan!", goda Sam. Kemudian Ken melemparkan tatapan tajam pada adiknya. Tak urung juga Sam berhenti tertawa, kini kepalanya terkena kepalan tangan Ken.
"Heeyy!", seru Sam kesal mendapat pukulan yang ke sekian kali dari kakaknya. Melihat Sam kesal, Ken menipiskan senyumnya.
"Kak, pinjamkan aku jam tanganmu ya. Aku malas memakai yang ini, karena tidak cocok dengan setelanku", ucap Sam manja sambil mengedipkan matanya sebelah. Dia melupakan sakit di kepalanya demi mendapatkan hal yang dia inginkan.
"Sekali lagi kau berbicara seperti itu, maka aku tak segan memuntahkan isi perutku pada pakaianmu", seru Ken yang jijik dengan tingkah manja adiknya. Tapi Sam menanggapinya sambil cengengesan.
"Cari di laci nomor tiga di lemari kedua. Ambil sesuka hatimu", ucapnya santai yang tahu maksud hati adiknya.
Sam melenggang menuju walkin closet dan sampai di tempat yang dituju. Sebenarnya dia sengaja beralasan mengenai jamnya, Sam memang sudah berniat meminta satu jam milik kakaknya yang rata-rata harganya bernilai fantastis. Meskipun begitu Ken juga tidak pernah perhitungan pada adiknya, asal hal itu bukan benda kesayangannya, maka Sam bebas memilikinya.
Sam membuka laci nomor tiga, dia memilih beberapa jam yang dikiranya cocok untuk setelannya kali ini. Matanya menangkap sebuah kotak beludru hitam di bagian pojok laci itu. Letaknya membuat orang yang membuka laci tak menghiraukan kotak tersebut. Namun bagi Sam, kotak itu sedikit aneh bila dibandingkan kotak-kotak jam tangan milik kakaknya.
Setelah mengumpulkan sedikit keberanian, Sam meraih kotak tersebut. Sam nampak meragu setelah kotak itu ada di tangannya. Tapi rasa penasaran telah mengalahkannya, Sam membuka kotak itu.
"Sebuah gantungan kunci?!", gumam Sam keheranan.
Benda itu adalah gantungan kunci yang sama persis dengan milik Ana. Sebuah gantungan kunci berbentuk bulat dengan huruf K di tengahnya. Sam mengangkatnya ke udara, memperhatikan sambil mengernyit heran.
"Sejak kapan kakak memiliki benda seperti ini. Ini pasti hadiah, tak mungkin kakak sengaja membelinya. Tapi dari siapa sehingga kakak mau menyimpannya. Biasanya kakak akan memberikan hadiah dari wanita ataupun rekan bisnisnya padaku atau Han", gumamnya lagi.
"Saamm", Ken memanggilnya setengah berteriak. Tapi yang dipanggil masih sibuk memperhatikan benda yang dipegangnya.
"Saamm", panggil Ken lagi tapi kali ini suaranya sudah lebih dekat.
"Saamm, kenapa kau lama sekali hah", ucap Ken yang kini sudah ada di sebelahnya.
Sam sempat melonjak kaget. "Ahh aku hanya bingung, jam tanganmu bagus semua. Rasanya ingin aku ambil semuanya, hehe", ucapnya pada Ken canggung.
Ken mengernyit heran, dia menangkap Sam menyembunyikan sesuatu dari ekspresi wajahnya.
"Kau sudah menemukan jamnya?", tanyanya menyelidik sambil menyipitkan mata.
"Emm, sudah", jawab Sam kikuk tapi kemudian dia menunjukkan jam tangan Ken yang sudah dipakainya. Sam tersenyum, seperti tak memiliki dosa.
"Ya sudah, ayo berangkat", ajak Ken j. Dia berjalan mengekori Ken.
FLASHBACK ON
Pertama kali Ken memanggil Sam, Sam belum mendengarnya. Dia masih sibuk melihat gantungan kunci yang indah itu. Kali kedua Ken memanggil barulah Sam sadar. Dia buru-buru memasukkan benda itu ke kotak dan menaruhnya hati-hati di tempat sebelumnya. Agar Ken tak merasa curiga bahwa dia telah melihat benda yang sepertinya berharga itu. Kali ketiga Ken memanggil dan sudah ada di sebelahnya, Sam sedang terlihat memakai jam tangan milik Ken ke tangannya.
"Huh, bisa gawat aku kalau ketahuan", gumam Sam dalam hati.
FLASHBACK OFF
Kini mereka sudah berada di teras rumah. Sebuah mobil sedan mewah datang dan berhenti tepat di depan mereka. Si supir keluar dan membukakan pintu. Sam dengan percaya diri masuk lebih dulu. Ken mengernyitkan alisnya dan membuat pandangan tak suka.
Setelahnya dia ikut masuk dan menegur Sam. "Dimana mobilmu? Aku hanya ingin sendiri di dalam mobil ", ucap Ken tegas.
Sam bukannya menjawab malah terkekeh. Ken menatap Sam sangat tajam. Karena selalu ada saja bahan bagi Sam untuk menggodanya.
"Cepat turun! Atau ku tendang kau sekarang juga", Ken makin kesal saat Sam malah terkekeh sendiri.
Tapi tetap saja, Sam masih tak menjawab. Malahan dia menutup mulutnya menahan tawa.
Setelah akhirnya dia sadar sebelum dimakan oleh kakaknya, Sam menunjuk-nunjuk ke arah kaki Ken yang sedang disilangkan dengan santainya.
Ken melirik ke arah kakinya. "Oh, astaga", dia melonjak kaget. Pasalnya Ken masih memakai sandal rumahnya.