Vira, terkejut ketika kartu undangan pernikahan kekasihnya Alby (rekan kerja) tersebar di kantor. Setelah 4 tahun hubungan, Alby akan menikahi wanita lain—membuatnya tertekan, apalagi dengan tuntutan kerja ketat dari William, Art Director yang dijuluki "Duda Killer".
Vira membawa surat pengunduran diri ke ruangan William, tapi bosnya malah merobeknya dan tiba-tiba melamar, "Kita menikah."
Bos-nya yang mendesaknya untuk menerima lamarannya dan Alby yang meminta hubungan mereka kembali setelah di khianati istrinya. Membuat Vira terjebak dalam dua obsesi pria yang menginginkannya.
Lalu apakah Vira mau menerima lamaran William pada akhirnya? Ataukah ia akan kembali dengan Alby?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Drezzlle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melenyapkan Masa Lalu
“Ayah, hentikan! Jangan sakiti dia!” Vira berteriak, suaranya pecah oleh ketakutan.
Suryono melepaskan cengkeramannya perlahan, kemudian beralih menatap putrinya.
“Vira, apa kamu mencintai dia?” tanya Suryono dengan tegas, telunjuknya mengarah ke William dengan dingin.
Vira menggigit bibirnya, matanya beralih antara ayahnya dan William.
“Lihat dia diam, berarti dia tidak memiliki perasaan apapun terhadapmu, mengerti!” titah Suryono, menarik tangan putrinya.
“Ikmal seret pria itu keluar!” tambahnya.
Ikmal segera menarik tangan William, “Lamaranmu ditolak bung, pergi dari tempat ini,” kata Ikmal, menarik tangan William sekuat tenaga, ketika hampir menyentuh adiknya lagi.
“Viraaa!!” William berteriak, suaranya menggema memenuhi ruangan.
Tin! Tin!
Suara klakson mobil, dari pintu pagar membuat Suryono melepaskan tangan putrinya.
“Bawa segera dia pergi, pria yang akan menikahi Vira sudah datang!” titah Suryono.
“Apa?” Vira tersentak, matanya membulat.
“Tidak Vira, aku sangat mencintaimu. Vir…” suara William rendah memohon, meminta Vira membatalkan perjodohan.
“Cepat pergi dari sini! Kau mau berakhir babak belur seperti Alby tadi?” desis Ikmal, matanya membesar memperingatkan. “Hei, bantu aku menyeret pria ini ke mobil!” Ikmal memberi isyarat pada seorang rekannya yang berdiri di ambang pintu.
William meronta, mencoba melepaskan diri, namun sia-sia. Ia melawan sekuat tenaga, berusaha berlari kembali ke arah Vira, sebuah pukulan keras pun mendarat di wajahnya. BUGH!
Pukulan itu membuatnya terhuyung, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Ikmal dan rekannya memanfaatkan kesempatan itu untuk menyeret William masuk ke dalam mobil Jeep dengan paksa.
Vira hanya bisa terpaku di tempatnya, air mata lolos membasahi pipinya. Ia tahu, jika ia tetap bersama William, pria itu hanya akan semakin menderita di tangan ayahnya. Ayahnya tidak pernah main-main dengan perkataannya.
Saat William dipaksa masuk ke dalam mobil, matanya menangkap sosok seorang pria yang keluar dari mobil Jeep. Pria itu mengenakan seragam hijau dengan lambang satu bunga melati emas di pundaknya. “Jonatan…” gumam William lirih, menyebut nama pria yang akan dijodohkan dengan Vira. Tangannya terkepal erat, rahangnya mengeras. Di balik bibirnya yang terkatup rapat, tersimpan kekecewaan.
.
.
Mobil jeep kembali ke area parkir samping gedung kantor William.
Ikmal membuka pintu, “keluarlah!” ucapnya tegas.
William turun dari mobil, tapi saat Ikmal akan kembali masuk kedalam mobil William menarik lengannya. “Katakan pada ayahmu, aku tidak akan biarkan Vira menikah dengan pria lain.” Matanya memicing memberi kecaman.
Ikmal menaikkan sudut bibirnya, “Lupakan adikku, Bung. Cari wanita lain. Kamu tidak diterima di keluarga kami,” ucapnya dengan nada merendahkan. Ia menghempaskan tangan William, lalu masuk kembali ke dalam mobil.
William masuk kedalam mobil, amarahnya membuncah. Meremas setir mobilnya kuat-kuat. Ia yakin Vira mencintainya, dan keyakinan itu akan segera di buktikan.
Drrtt…drrtt…
Ponsel William bergetar, sebuah pesan masuk. Matanya membesar, ketika detektif suruhannya mengatakan mantan istrinya berhasil kabur dan saat ini dalam pencarian.
“Aaaaaaa Sialan!” William semakin meremas setirnya lebih kuat. Ia segera menyalakan mesin mobilnya, suara mesin meraung keluar dari area parkir. “Aku tidak akan membuatmu kembali merusak hidupku dan kehidupan anak-anakku Miranda,” geramnya.
Tiba di lokasi yang William yakini mantan istrinya bersembunyi, ia segera keluar dari mobil.
“Miranda, keluar!” teriaknya.
Sebuah rumah milik bersama yang keduanya pernah tempati saat menikah memiliki kenangan pahit, yang membuat William harus kembali memasukinya.
BRAK!
Pintu didobrak dengan gerakan kasar—hingga terbuka lebar.
Di tangga, Miranda terkesiap ketika melihat kehadiran William. Dengan langkah cepat menaiki tangga dan berniat bersembunyi di kamarnya.
William dengan langkah lebih cepat mengejar mantan istrinya.
Sebelum pintu kamar berhasil ditutup oleh Miranda, kaki William menahannya terlebih dahulu. Kemudian mendorong pintu itu dengan keras. Miranda yang berada di balik pintu—tubuhnya terhuyung hingga membentur dinding.
William mendekat, hingga tubuh Miranda terkunci di sudut dinding. Matanya terbelalak, satu tangannya mencengkeram kuat rahang mantan istrinya itu.
“Apa uang yang ku berikan kurang, hah?!” pekikinya, suara baritonnya menerpa wajah Miranda, jarak mereka hanya satu inci.
Napas Miranda tercekat, ia kesulitan untuk berbicara. Miranda terus memukul lengan William, agar mantan suaminya itu melepaskan nya.
“A-aku hanya ingin ber—temu putriku,”
“Kita sudah selesaikan ini di pengadilan, dan aku tidak mengijinkan mu menemui putriku apalagi menyentuhnya!” William semakin erat, mencengkeram Miranda. Hingga wajah istrinya ketarik ke atas—wajahnya merah padam.
BUGH!
Miranda menendang kuat kaki William, hingga cengkeraman itu akhirnya mengendur—terlepas perlahan.
Miranda menggunakan celah itu segera berlari menyelamatkan diri. Miranda menuangkan isi tasnya, mengambil pisau kecil dari dalam tasnya berniat mengancam William.
“Jika kamu mendekat, aku akan membunuhmu William,” pekiknya.
William menyeringai, wajahnya yang biasa tenang dalam menghadapi masalah berubah seperti monster. Siluet pertengkaran keduanya memantul di dinding, menjadi saksi bisu apa yang akan terjadi setelah ini.
“Kamu ingin membunuhku?” tantang William. Ia mengambil lingerie yang tergeletak di lantai lalu memilinnya menyerupai tali.
“A-apa yang kau ingin lakukan Wil…William…” napas Miranda semakin tercekat, matanya membesar menunjukkan ketakutan. Pria yang mendekat ke arahnya seolah bukan pria yang ia kenal dan inginkan.
“Hal yang seharusnya aku lakukan padamu dari dulu, saat kamu mengkhianati ku…” langkah William semakin lebar lalu menjeratkan lingerie itu ke leher Miranda. Menariknya kuat-kuat.
Krek!
Miranda terus meronta, pisau di tangannya terlepas dan jauh dari jangkauannya. Tubuhnya perlahan melemah dan limbung
“Aku tidak akan membiarkan siapapun mengacaukan hidupku,” bisik William.
Krek!
Satu tarikan lagi, membuat wanita yang pernah menjadi bagian hidupnya itu kehilangan nyawa.
Bersambung…
Bang William ngeri-ngeri sedap. 🤔🤔
Kalau jadi mbak Miranda mending pergi dan cari pria lain. Laki-laki kalau udah disakiti mana mau balikan mbak.
Semoga ada titik terang, supaya perjodohan mbak Vira batal. Tapi kalau milih Bang William juga takut juga kalau di apa-apain. Milih Alby, juga sama gilanya 😒😒
tapi di cintai sama bos gaskeun lah 😍