Dendy Saputra, seorang reporter yang menyewa rumah tua jauh dari kota. Bermula muncul hal gaib dan misterius dari rumah itu. Hingga ia menyadari jika dirinya adalah seorang Indigo.
Mata batinnya pernah ditutup lantaran pernah memiliki musibah yang hampir merenggut nyawanya akibat kelebihannya itu.
Lama-kelamaan dia pun terbiasa berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata.
Dapatkah Dendy menguak tabir misteri kematian orang-orang yang meninggal secara misterius?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Virus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepenggal Kepala
"Toloooooooong!!!" teriak seorang wanita sambil menggoyang-goyangkan gagang pintu.
Sesekali dia memukul pintu dengan irama yang cepat, suara gedoran yang tak hanya sekali itu terdengar oleh seorang pemuda yang bernama Arya Kamandanu.
Ceklek
Wanita yang berteriak itu langsung menghamburkan diri memeluk Arya. Tubuhnya menggigil dingin, bergetar, wajahnya pucat, dia ketakutan, saking takutnya dia sampai memeluk Arya dengan erat dan membenamkan wajahnya kedalam pelukan Arya.
"Kamu kenapa sih Rat?" tanya Arya kepada teman SMA nya itu.
"Ya... aku lihat kepala di loker situ!" tunjuk Ratih pada sebuah loker milik kepala sekolah, "Aku teriak minta tolong trus aku lari tapi pintunya gak bisa di buka,"
"Mana sih, coba kita lihat sama-sama. Lagian itu pintu gak terkunci loh," Arya penasaran.
Dengan langkah berani dia berjalan menuju loker. Lalu membuka pintu loker yang tertutup namun tidak terkunci.
"Kosong! Nih lihat gak ada," ujar Arya
Tetapi disisi lain, ada sesuatu berbisik di telinganya. Sebuah bisikan itu tak mampu di artikan Arya, suara wanita berbisik dengan bahasa aksara atau kerap di sebut Hanacaraka. Lantas Arya pun membacakan sebuah do'a pengusir makhluk halus dalam hatinya
"Kita pergi aja dari sini, kamu ngapain disini nanti kita dituduh macem-macem," ucap Arya karena mereka berduaan ditambah Ratih menggandeng lengan Arya dengan mendekap kepelukannya.
"Eh maaf. i-iya yuk," ucap Ratih
Setelah mereka keluar, keduanya kembali ke kelas. Ratih dan Arya berteman sejak kelas 1 namun berbeda kelas, baru di kelas tiga ini mereka dipertemukan dalam satu kelas.
"Kamu ke ruangan kepala sekolah mau ngapain kok pake buka-buka lokernya, takutnya kamu dituduh macem-macem," tanya Arya
"Gini.... tadi Pak Baim minta aku buat naruh buku jurnal ke ruangannya, terus kayak ada yang manggil gitu di dalam loker gini manggilnya... 'Ratih.... ' Aku penasaran dong, trus pas ku buka ada potongan kepala gitu Ar... pokoknya serem ini aja aku masih merinding," Ratih menceritakan tuntutan kejadiannya.
Arya sebenarnya bisa melihat makhluk halus, namun saat ia tiba disana, tidak ada apapun didalam loker. Arya mendapatkan penglihatan mata batin dari kedua orang tuanya, Key dan Dendy. Tetapi kekuatannya itu terus berkembang dengan seiring berjalannya waktu.
"Arya, nanti siang temenin aku makan siang ya," ucap seorang mbak kunti yang terus mengikuti Arya.
"Aku nanti gak ke kantin mbak, mau belajar buat ujian di mata pelajaran terakhir," sahut Arya tiba-tiba
"Hah? Mbak? Gak bisa apa? Aku gak ngajak ke kantin loh," ucap Ratih
"Haduuuh sory aku... hehe dahlah lupain aja," Arya berjalan cepat dan kemudian lari hingga menuju kelasnya.
"Eh Arya tunggu dong, aku masih takut nih," teriak Ratih mengejar Arya.
"Mbak kalau di sekolah jangan ngajak ngomong dong, kan aku sering lupa," ucap Arya berbisik
Sang Mbak kunti dengan asiknya duduk diatas meja belajarnya sambil menyisir rambutnya dengan jari-jarinya, padahal rambutnya itu sudah rapi dan harum karena mbak Kunti itu rajin keramas.
"Haha habisnya aku kesepian disini, yaudah met belajar ya cintakuuh," ucap Mbak kunti mencolek dagu Arya kemudian terbang menghilang
Brrr merinding dicolek-colek batin Arya
Sambil menunggu guru datang, Arya menggambar sesuatu di buku sketsanya. Berbeda dengan orang tuanya yang memiliki hobi menulis dan broadcast jaman masih sekolah, Arya lebih menyukai hobinya yang suka menggambar sketsa.
Sesuatu yang diceritakan Ratih entah bagaimana digambar jelas oleh Arya. Ratih tak sengaja melihat gambaran Arya yang belum selesai
"Arya!" seru Ratih mengagetkannya
"Astaghfirullah pelan-pelan dong," sentak Arya
"Kamu... Kamu kok bisa tahu sih wajah orang yang di loker itu... Kayak gitu persis Arya...," ucap Ratih
"Masak sih... aku cuma ngarang nih sesuai yang kamu ceritakan tadi,"
"Serius itu beneran, matanya kebuka sambil liat aku," ucap Ratih seketika bulu judulnya merinding.
Sedangkan Arya terceket melihat sebuah kepala yang digambarnya melayang di belakang Ratih. Arya memalingkan wajahnya kemudian, pura-pura tidak tahu padahal ia melihat dengan jelas. Kepala buntung itu mengikuti Ratih.
"Anak-anak buka lembar halaman 53 buku paket kalian," seru seorang guru wanita bernama Bu Windi
Arya melihat ke arah Bu Windi sembari menjawab....,"Iya bu....," Diikuti oleh anak-anak yang lain.
Ratih kembali ke tempat duduknya, kepala buntung itu lalu menghilang.
Ada apa dengan kepala itu, sepertinya dia ingin minta tolong.... Tapi... aku beneran takut. Dia serem banget, batin Arya
Pelajaran biasa berlanjut, tidak ada penampakan yang terjadi di sela pengajaran. Tetapi Arya menjadi tidak fokus karena apa yang dia lihat barusan. Dan juga sebelum Arya benar-benar melihat, dia melukis potongan kepala itu seperti apa yang dilihat Ratih.
Setelah pelajaran selesai, tiba waktunya istirahat. Mbak kunti yang tadi mengajak Arya untuk makan pun tidak menunjukkan batang hidungnya dihadapan Arya. Sebenarnya, Arya ingin bertanya soal makhluk lain di sekolahnya itu. Tetapi Mbak kunti tidak menunjukkan dirinya hingga jam pulang sekolah selesai.
Tet... Tet.... Tet..
Bunyi bel tanda pulang sekolah.
Arya berjalan kaki menuju gerbang sekolah, sebelum sampai ke gerbang Arya melewati kelas-kelas lain. Ada beberapa anak nakal yang menyapa dirinya dengan sebutan pendekar.
"Oi pendekar gimana si Ratih," tanya seorang laki-laki yang bernama Edi
"Kerajaan aman kan?" celetuk Yudi
"Arya besok bawa pedang naga puspanya ya," sembur seorang laki-laki yang gendut bernama Bimo
Dan berbagai macam ledekan yang terus diterimanya karena nama Arya Kamandanu adalah sosok tokoh fiktif dalam cerita tutur Tinular. Sang kekasih dari cerita itu adalah Nari Ratih, kebetulan salah satu teman dekatnya juga bernama Ratih. Tak heran jika keduanya sering dijodohkan.
Arya kesal sepanjang perjalanan, dia ingin sekali ganti nama, tapi apa daya, Arya hanya bisa menerimanya sebagai takdir. Tidak bisa merubah nama dengan mudah. Pemuda itu menunggu jemputan di luar sekolah.
Tak berapa lama muncullah sosok yang ditunggu ya, Dendy Saputra datang dengan mobil VW Combinya. Sejak memiliki Anak, Dendy mengganti mobil lamanya agar enak kalau sedang piknik jauh tidak perlu repot mencari penginapan karena mobilnya telah di desain agar bisa menjadi tempat menginap.
"Kenapa sih anak Papah kok cemberut gitu?" tanya Dendy
"Hmm, males," sahut Arya melempar tasnya dibelakang kursi
"Kenapa? Nama lagi? Emang mau ganti nama siapa? Voldemort? Harry Potter? Hmm," terka Dendy lalu membuat lelucon, seketika Arya tertawa
"Haha gak gitu juga kali, ngapain sih namain aku sama kayak tokoh televisi, malu aku Pah," ucap Arya
"Setelah lulus nanti, tau gak siapa yang bakal mereka inget seumur hidup. Yaitu kamu!" ucap Dendy menunjuk Arya dengan telunjuknya
Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga sih, nama Arya akan selalu mereka ingat, pertama karena namanya yang khas yang kedua karena rasa bersalah pernah membully dirinya.
Tak berapa lama, sepenggal kepala ada di depan jendela mobilnya dengan spontan Arya berteriak
"Stoooop!"
Ciiiiit
Dendy terkejut dan dengan spontan menginjak pedal rem tiba-tiba.
"Kamu kenapa sih?"
"Pah... Papah gak lihat itu didepan?" tanya Arya
"Gak ada apa-apa tuh,"
Sementara Arya ketakutan setengah mati, sepenggal kepala melotot kearahnya dengan muka penuh darah dan nanah. Kemudian tersenyum lebar