NovelToon NovelToon
Dendam Membawa Bencana

Dendam Membawa Bencana

Status: tamat
Genre:Misteri / Desas-desus Villa / TKP / Tamat
Popularitas:943
Nilai: 5
Nama Author: Siti Gemini 75

Di desa kandri yang tenang, kedamaian terusik oleh dendam yang membara di hati Riani. karena dikhianati dan ditinggalkan oleh Anton, yang semula adalah sekutunya dalam membalas dendam pada keluarga Rahman, Riani kini merencanakan pembalasan yang lebih kejam dan licik.

Anton, yang terobsesi untuk menguasai keluarga Rahman melalui pernikahan dengan Dinda, putri mereka, diam-diam bekerja sama dengan Ki Sentanu, seorang dukun yang terkenal dengan ilmu hitamnya. Namun, Anton tidak menyadari bahwa Riani telah mengetahui pengkhianatannya dan kini bertekad untuk menghancurkan semua yang telah ia bangun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabar Dari Pak Gimin

Dengan Anton mendekam di balik jeruji besi dan Pak Rahman yang perlahan pulih, Dinda dan keluarganya merasakan kelegaan yang mendalam. Beban berat yang selama ini menghimpit dada mereka seolah terangkat. Namun, kelegaan itu belum sepenuhnya merayap dalam hati mereka, karena kabar buruk kembali menghantam.

Berita dari Jakarta mengabarkan bahwa Bima, saudara sepupu Dinda, terbaring di rumah sakit akibat disiram air keras oleh orang tak dikenal. Dada Dinda bergemuruh mendengar berita itu. Sedianya, Dinda ingin segera berangkat ke Jakarta seorang diri, namun Bu Rahmi, ibunya, bersikeras untuk ikut serta. Keinginan untuk melihat keadaan Bima secara langsung begitu kuat dalam diri Bu Rahmi.

Awalnya, Dinda merasa keberatan dengan keinginan ibunya. Ia khawatir kondisi Pak Rahman, ayahnya, yang baru saja pulih akan terpengaruh jika ditinggal Bu Rahmi. Namun, Pak Rahman dengan bijak menenangkan Dinda. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak apa-apa ditinggal, karena ada Pak Gimin, Mbok Yem, dan Mbak Marni yang siap sedia menjaganya di rumah.

Mendengar pendapat Pak Rahman dan melihat kondisinya yang semakin membaik dari hari ke hari, Bu Rahmi merasa tenang untuk meninggalkan suaminya bersama Pak Gimin, Mbok Yem, dan Mbak Marni. Akhirnya, Bu Rahmi memutuskan untuk ikut Dinda berangkat ke Jakarta.

Dengan diantar Pak Gimin menuju Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Bu Rahmi dan Dinda memulai perjalanan mereka ke Jakarta. Penerbangan terasa begitu panjang dan penuh kecemasan. Setibanya di Jakarta, mereka bergegas menuju rumah sakit tempat Bima dirawat.

Saat tiba di depan ruang perawatan Bima, Bu Rahmi tidak dapat menahan air matanya. Pemandangan Bima yang terbaring lemah dengan luka bakar di beberapa bagian tubuhnya membuat hatinya hancur.

"Ya Allah, Bima!" seru Bu Rahmi histeris, melihat kondisi keponakannya yang memprihatinkan. Ia segera mendekat dan memeluk Maya, istri Bima, mencoba menenangkannya. "Kamu yang sabar ya, Maya. Bima pasti kuat. Dia anak yang kuat," bisik Bu Rahmi sambil mengusap punggung Maya.

Dinda mendekati Mbak Maya, memberikan pelukan hangat sebagai tanda dukungan. "Yang sabar ya, Mbak. Kami semua ada di sini untuk Mbak dan Mas Bima. Mbak Maya tidak sendiri," ucap Dinda dengan suara lembut.

Mbak Maya tersenyum lemah, mencoba menyembunyikan kesedihannya. "Terima kasih, Din. Terima kasih, Bulik. Saya tidak tahu apa jadinya kalau tidak ada kalian di sini," jawab Mbak Maya dengan suara bergetar.

"Sudah, sekarang tenang hatimu, kami ada di sini!" kata Bu Rahmi sambil menggenggam erat tangan Maya, mencoba menyalurkan kekuatan.

Malam itu, Dinda dan Bu Rahmi memutuskan untuk menginap di rumah sakit. Mereka ingin terus berada di sisi Mas Bima dan Mbak Maya, memberikan dukungan moral dan membantu sebisa mungkin. Mereka bergantian menjaga Bima, memastikan ia mendapatkan perawatan yang terbaik. Dinda menyadari, kehadiran mereka di sini bukan hanya sekadar dukungan, tapi juga sebuah bentuk solidaritas keluarga yang tak ternilai harganya.

Hari-hari berikutnya diwarnai dengan kecemasan dan doa. Bima masih dalam kondisi kritis dan harus menjalani beberapa tindakan medis. Dinda dan Bu Rahmi tidak pernah lelah memberikan semangat dan dukungan kepada Maya. Mereka berusaha untuk selalu ada di sampingnya, mendengarkan keluh kesahnya, dan membantunya mengurus segala keperluan. Dinda belajar banyak tentang ketabahan dan kesabaran dari Maya, yang dengan tegar menghadapi cobaan ini.

Di tengah kesibukan menjaga Bima, Dinda tidak bisa melupakan kejadian yang menimpa Mas Bima. Ia merasa marah dan geram kepada pelaku yang tega melakukan tindakan keji tersebut. Dinda bertanya-tanya, apa motif di balik penyerangan ini? Siapa yang tega menyakiti Mas Bima yang dikenal baik dan ramah? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di benaknya, membuatnya sulit untuk tenang.

Dinda mencoba mencari informasi dari berbagai sumber. Ia bertanya kepada teman-teman Bima, rekan kerjanya, dan bahkan kepada pihak kepolisian yang sedang menyelidiki kasus ini. Namun, semua usahanya belum membuahkan hasil. Pelaku penyiraman masih belum berhasil ditangkap, dan motifnya masih menjadi misteri. Dinda merasa frustrasi, namun ia tidak menyerah. Ia bertekad untuk mencari tahu kebenaran dan membawa pelaku ke hadapan hukum.

Suatu malam, saat Dinda sedang menemani Mbak Maya di ruang tunggu rumah sakit, ia menerima telepon dari Pak Gimin. Pak Gimin mengabarkan bahwa ada seorang pria mencurigakan yang sering terlihat di sekitar rumah mereka. Pria itu selalu mengamati rumah Pak Rahman dari kejauhan, dan gerak-geriknya sangat mencurigakan. Pak Gimin juga menambahkan bahwa pria itu terlihat seperti sedang mencari sesuatu atau seseorang.

Dinda merasa khawatir mendengar kabar tersebut. Ia takut pria itu adalah suruhan dari Anton, atau mungkin ada hubungannya dengan penyerangan terhadap Bima. Dinda meminta Pak Gimin untuk lebih berhati-hati dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian setempat. Ia juga meminta Pak Gimin untuk tidak meninggalkan Pak Rahman sendirian dan selalu waspada terhadap orang asing yang datang ke rumah.

Setelah menerima telepon dari Pak Gimin, Dinda tidak bisa tidur nyenyak. Ia terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Dinda merasa bersalah karena telah meninggalkan ayahnya di rumah. Ia khawatir jika sesuatu terjadi pada ayahnya, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Dinda merasa terjebak dalam situasi yang sulit. Di satu sisi, ia ingin terus berada di Jakarta untuk memberikan dukungan kepada Bima dan Maya. Di sisi lain, ia juga merasa bertanggung jawab untuk menjaga ayahnya di desa kandri

Keesokan harinya, Dinda menceritakan kekhawatirannya pada Bu Rahmi, ibunya. Mendengar kabar dari Dinda, Bu Rahmi jadi tidak tenang dan ingin cepat pulang. Ia merasa bersalah karena telah meninggalkan Pak Rahman dalam kondisi yang belum sepenuhnya pulih. Bu Rahmi juga khawatir dengan keselamatan Pak Gimin, Mbok Yem, dan Mbak Marni yang telah bersedia menjaga rumah mereka.

Disamping itu, kondisi Bima mulai menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Ia sudah mulai sadar dan bisa berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Luka bakarnya juga mulai membaik, meskipun masih membutuhkan perawatan intensif. Dokter mengatakan bahwa Bima membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih sepenuhnya, namun ia memiliki semangat yang kuat untuk sembuh.

Melihat kondisi Bima yang semakin membaik, Dinda dan Bu Rahmi berniat kembali pulang ke desa Kandri. Mereka merasa lega karena Bima sudah melewati masa kritis dan mendapatkan perawatan yang terbaik. Mereka juga merasa tenang karena Mbak Maya memiliki keluarga dan teman-teman yang siap memberikan dukungan.

Namun, sebelum memutuskan untuk pulang, Dinda ingin memastikan bahwa ayahnya dalam keadaan aman. Ia menghubungi Pak Gimin dan meminta kabar terbaru tentang pria mencurigakan yang sering terlihat di sekitar rumah mereka. Pak Gimin mengatakan bahwa pria itu sudah tidak terlihat lagi sejak beberapa hari yang lalu. Ia juga mengatakan bahwa pihak kepolisian telah meningkatkan patroli di sekitar desa mereka.

Mendengar kabar tersebut, Dinda merasa sedikit lega. Ia berharap pria itu tidak akan kembali lagi dan tidak akan mengganggu keluarganya. Dinda dan Bu Rahmi akhirnya memutuskan untuk pulang ke Wonogiri keesokan harinya. Mereka berpamitan kepada Bima dan Maya, berjanji akan segera kembali menjenguk mereka.

Dengan berat hati, Dinda dan Bu Rahmi meninggalkan Jakarta dan kembali ke desa Kandri. Mereka berharap dapat segera menyelesaikan masalah ini dan kembali hidup seperti sedia kala.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

1
SitiGemini75
aku selalu update kok kak bahkan tidak cuma satu bab bahkan 4 bab
SitiGemini75
ya oke kak tunggu
Mari🧝‍♀️16
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
SitiGemini75: secepatnya kakak
total 1 replies
Donny Chandra
Bikin penasaran!
SitiGemini75: makasih ya kak
total 1 replies
StarJustStar
Thor, aku tunggu cerita selanjutnya, kasih kabar dong.
SitiGemini75: oke siap 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!