Tiga Tahun berumah tangga, Amanda merasa bahwa pernikahannya benar-benar bahagia, tapi semua berubah saat ia bertemu Yuni, sahabat lamanya.
Pertemuan dengan Yuni, membawa Amanda pergi ke rumah tempat Yuni tinggal, dimana dia bisa melihat foto pernikahan Yuni yang bersama dengan pria yang Amanda panggil suami.
Ternyata Yuni sudah menikah lima tahun dengan suaminya, hancur, Amanda menyadari bahwa dia ternyata adalah madu dari sahabatnya sendiri, apakah yang akan Amanda lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Delapan
“Mas ... jangan diam aja! Bicaralah! Apa yang kamu sembunyikan selama ini dariku?”
Suara Yuni bergetar, tapi tegas. Ia berdiri di tengah ruang keluarga, matanya menatap tajam ke arah Azka yang sejak tadi hanya menunduk.
Kedua orang tua Azka saling berpandangan. Udara di ruangan itu seperti mengandung listrik, siap memercik kapan saja. Mama Azka berdiri, berusaha menenangkan menantunya.
“Duduklah dulu, Yuni. Nathan jadi takut melihat kamu dan Azka berdebat begini,” ucap Mama Azka dengan lembut sambil menyentuh bahu Yuni.
Nathan yang sedari tadi duduk di pojok sofa menatap dengan mata besar, wajahnya bingung antara takut dan sedih. Bocah itu menggenggam erat mainan di tangannya, tapi tubuhnya tampak tegang.
Yuni menarik napas panjang, tapi dadanya tetap naik turun dengan cepat. Ia menatap Mama Azka sejenak, lalu kembali menatap suaminya.
“Mas, aku cuma pengin tahu kenapa kamu berubah. Kenapa kamu tiba-tiba kayak orang lain.”
Namun Azka tetap diam. Sorot matanya kosong, seolah pikirannya melayang entah ke mana. Semua kata yang semestinya ia ucapkan terasa tertahan di tenggorokan.
“Mas, kamu dengar aku nggak?” Yuni melangkah mendekat, tapi langkahnya tertahan ketika Azka berkata pelan tanpa menatapnya.
“Maaf, Yun. Aku capek.”
Lalu tanpa menunggu reaksi siapa pun, Azka berbalik. Ia melangkah menuju tangga dengan langkah berat, setiap langkah terdengar jelas di antara keheningan ruang tamu.
Yuni menatap punggung suaminya dengan mata membulat tak percaya. “Mas! Aku belum selesai ngomong!” serunya, tapi Azka sudah menghilang di balik tikungan tangga.
Mama Azka memegang tangan menantunya, mencoba menenangkannya. “Sudahlah, Nak. Biarkan dulu. Mungkin Azka benar-benar capek. Kamu tahu dia baru pulang dari luar kota.”
Namun Yuni menarik tangannya pelan. “Mama, aku nggak bisa tenang kalau dia terus kayak gini. Aku merasa ada yang disembunyikan.”
“Nanti juga dia cerita sendiri, Yuni. Jangan sekarang. Lihat Nathan, kasihan dia,” ucap Papa Azka dari kursinya. Suaranya tenang, tapi ada nada khawatir.
Nathan menatap bundanya. “Bunda ... Ayah kenapa, Bun?” tanyanya lirih.
Yuni tersenyum paksa dan mengusap kepala putranya. “Nggak apa-apa, Nak. Ayah cuma capek.” Tapi matanya tidak bisa berbohong, ada rasa curiga yang semakin menebal di sana.
Tiga tahun sudah pernikahannya seperti dalam neraka. Dia memiliki suami tapi seperti janda. Setiap pulang ke rumah hanya bertahan satu hari, itu juga dihabiskan dengan bermain bersama putranya.
Dalam tiga tahun ini bisa dihitung dengan jari mereka berhubungan badan, dan ia tahu Azka melakukan dengan terpaksa karena dia yang meminta. Ia seperti pengemis cinta.
Mama Azka kembali berusaha menahan. “Yuni, duduklah dulu. Mama buatkan teh. Nanti kalau suasana sudah reda, baru kalian bicara baik-baik.”
Tapi Yuni menggeleng pelan. “Nggak, Ma. Aku harus tahu sekarang. Aku nggak mau semua ini makin rumit.”
Dia menatap Nathan dengan lembut. “Nak, kamu duduk sini sama Kakek dan Nenek, ya? Bunda mau bicara sebentar sama ayah.”
Nathan tampak ragu. “Tapi Bunda ....”
“Sudahlah, dengarkan Bunda.” Nada suaranya lembut tapi tegas. Bocah itu akhirnya mengangguk, meski matanya masih mengikuti langkah ibunya yang mulai naik tangga.
Mama Azka memegang lengan menantunya lagi. “Yuni, tolong jangan terburu-buru. Kalau kamu marah, nanti malah salah paham.”
Namun Yuni hanya menatap Mama sebentar dan berkata pelan, “Aku nggak marah, Ma. Aku cuma butuh kebenaran.”
Papa Azka yang sedari tadi diam akhirnya bersuara, mencoba meredam. “Yuni, kadang laki-laki punya hal yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kau tahu Azka itu tertutup. Mungkin memang ada beban yang belum bisa dia ceritakan.”
“Justru itu, Pa,” balas Yuni lirih. “Aku nggak mau terus jadi orang yang nggak tahu apa-apa.”
Mama Azka hendak bicara lagi, tapi Yuni sudah berjalan melewati mereka. Langkahnya mantap. Dalam hatinya, ia tak tahu apa yang akan ia temukan, tapi firasatnya buruk. Dan siang ini, semua kecurigaan itu seperti menuntut jawaban.
Tangga kayu berderit lembut di bawah langkah Yuni. Setiap anak tangga yang ia pijak seolah menambah beban di dadanya. Rumah itu terasa berbeda, sunyi tapi menyesakkan, seperti menyimpan rahasia yang menunggu untuk terbongkar.
Selama lima tahun pernikahan mereka, Yuni belum pernah benar-benar masuk ke kamar itu. Kamar yang dulu dipakai Azka saat masih lajang. Sejak menikah, mereka memilih kamar tamu di lantai bawah atau kamar anaknya yang berada di sebelah kamar ini. Jadi kamar itu tetap dibiarkan, kadang digunakan Azka untuk bekerja atau sekadar beristirahat sendiri.
Namun malam ini, pintu kamar itu sedikit terbuka. Celah kecil di antara daun pintu menampakkan cahaya redup dari dalam.
Yuni berdiri di depan pintu, tangannya gemetar. Ada dorongan kuat untuk mundur, tapi rasa penasaran mengalahkan semuanya. Ia mendorong pintu itu perlahan.
Suara engselnya terdengar jelas. Yuni melangkah masuk dengan hati-hati. Kamar itu terasa hangat tapi asing. Bau parfum laki-laki dan kopi bercampur di udara. Lampu meja menyala redup, memantulkan cahaya ke dinding. Azka tak tampak di kamar. Entah di mana, ia pikir ada suaminya di dalam.
Ia hampir tak percaya dengan apa yang di lihat. Dinding di depan tempat tidur itu penuh dengan foto Amanda. Yuni mematung. Matanya membesar, tubuhnya seolah membeku di tempat.
Ada puluhan foto, beberapa terbingkai rapi, sebagian lagi hanya ditempel begitu saja dengan pin kecil. Ada foto Amanda tersenyum di kantor, ada yang sedang memandangi pantai, ada yang candid, mungkin diambil tanpa sepengetahuan perempuan itu. Semuanya tersusun seperti kolase kenangan.
“Astaga …,” bisik Yuni nyaris tanpa suara. Tangannya terangkat menutup mulut. Ia melangkah mendekat, setiap langkahnya terasa berat.
Matanya bergerak dari satu foto ke foto lain. Di pojok meja, ia melihat frame kecil, foto Amanda dan Azka berdiri berdampingan, tersenyum. Tapi yang membuat darah Yuni berdesir adalah tulisan kecil di bawah frame itu, “Untuk Mas Azka, dari Amanda. Terima kasih sudah mencintaiku.”
Yuni menggigil. Tangannya menyentuh frame itu, dan dalam sekejap, benda itu terjatuh, kaca depannya pecah. Suara pecahan kaca menggema pelan tapi menusuk.
“Tidak ... ini nggak mungkin …,” ucap Yuni dengan suara pelan. Tubuhnya mulai melemah. Ia memegang tepi meja untuk menjaga keseimbangan.
Di meja itu, ada juga sebuah album foto. Yuni membuka halaman pertama, tangannya gemetar hebat. Di sana ada foto Azka dan Amanda memakai busana pengantin sederhana, tersenyum di depan penghulu.
Yuni menatap foto itu lama sekali. Matanya berair, suaranya tercekat.
“Jadi … Manda yang kamu maksud itu … sahabatku sendiri?”
Kata-kata itu keluar pelan, seperti racun yang menetes lambat tapi mematikan. Air matanya jatuh satu per satu, membasahi halaman album.
Yuni teringat segala kenangan bersama Amanda, sahabatnya itu. Mereka dulu sering saling curhat, saling bantu di masa sulit. Amanda bahkan baru datang ke rumah. Tak pernah sedikit pun Yuni mencurigai apa pun.
"Pantas Amanda bertanya terus tentang suamiku," gumam Yuni. "Apa ia hanya berpura-pura?"
Dan sekarang, semua kepingan kenangan itu menyatu dengan cara yang paling menyakitkan.
“Mas Azka … kenapa kamu tega …,” ucap Yuni berbisik hampir tak terdengar.
Dari arah pintu terdengar suara langkah pelan. Azka berdiri di ambang pintu, wajahnya pucat. Matanya langsung membulat ketika melihat Yuni di tengah ruangan, dikelilingi foto-foto itu.
“Yuni ....” Suaranya terdengar serak. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Azka bertanya dengan nada sedikit tinggi.
supaya adil tdk ada yg tersakiti..
amanda dan yuni berpisah saja..
klo terus bersm yuni hanya amanda yg diikiran azka ..hanya u status nathan..
klo terus dengan amanda..azka melepas yuni merampas nathan..bagai mana perasaan yuni apalagi amanda sahabat nya..
kita mah pembaca nurut aja gimana kak authornya..walau baper gemesh😂😂😂
.manda juga milih mundur .yuni sangking cinta nya ke azka repot jg ya😤