NovelToon NovelToon
Buah Hati Sang Pewaris

Buah Hati Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: EPI

Demi biaya operasi ibunya,kiran menjual sel telurnya.Matthew salah paham dan menidurinya,padahal ia yakin mandul hendak mengalihkan hartanya pada yoris ponakan nya tapi tak di sangka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EPI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keributan di mall

Sore itu, cahaya matahari masuk lembut menembus kaca ruang tamu. Kiran yang sedari tadi hanya duduk di sofa, merasa bosan luar biasa. Ia melirik jam di dinding, lalu berdiri sambil merapikan gaun longgarnya.

“Pak Rudi, tolong siapkan mobil ya. Saya mau ke mal beli perlengkapan bayi,”

ujarnya pelan sambil mengenakan cardigan.

Supir itu mengangguk sopan.

Tak lama, Ibu Matthew turun dari lantai dua, tersenyum lembut melihat menantunya yang kini perutnya kian besar.

“Mau pergi, Kir?”

“Iya, Ma. Bosan banget di rumah. Sekalian cari stroller dan baju-baju bayi,”

jawab Kiran sambil tersenyum kecil.

“Ya sudah, Mama ikut ya. Biar bisa bantu pilih-pilih juga.”

Keduanya berangkat. Sekitar empat puluh lima menit kemudian, mobil mereka berhenti di depan mal besar di pusat kota. Suasana ramai tapi nyaman. Udara sejuk dari pendingin ruangan langsung menyambut mereka saat masuk.

Kiran berjalan perlahan, tangannya sesekali menyentuh perut yang mulai membulat.

Ia berhenti di area pakaian bayi, matanya berbinar melihat baju-baju mungil berwarna pastel.

“Gemes banget, Ma. Lihat deh, yang ini lucu ya?”

Iya, lucu ya. Tapi ambil juga warna biru muda, siapa tahu salah satunya laki-laki,”

jawab Ibu Matthew sambil menahan senyum.

Kiran tertawa kecil.

“Benar juga. Empat bayi, Ma. Aku sampai bingung nanti mereka mirip siapa.”

“Pasti mirip ayahnya,”

jawab Ibu Matthew sambil menepuk bahunya penuh kasih.

Mereka berdua tertawa kecil.

Tak lama kemudian, Ibu Matthew berkata ia ingin ke bagian stroller sebentar

“Kir, Mama ke bagian stroller dulu ya. Kamu pilih baju bayi aja dulu.”

“Iya, Ma. Aku di sini aja,”

balas Kiran sambil terus memandangi rak baju lucu.

Ia pun meninggalkan Kiran yang masih sibuk memilih.

Sementara itu, di lantai yang sama, di sebuah restoran berdekor mewah, Insila dan Diyyah baru saja selesai makan.

“Sil, temani aku ke bagian perlengkapan bayi yuk,”

ujar Diyyah santai sambil meneguk jusnya.

“Perlengkapan bayi? Serius, buat apa?”

tanya Insila heran, alisnya naik.

“Ya buat bayi aku lah,”

jawab Diyyah dengan nada enteng, menyunggingkan senyum licik.

“Aku hamil, tahu. Anaknya cowok kaya. Kamu juga kenal kok.”

Insila langsung menatapnya curiga.

“Hah? Seriusan? Siapa sih? Jangan bilang—”

“Rahasia,” potong Diyyah cepat. “Yang penting, dia tajir banget.”

Mereka berdua keluar dari restoran sambil tertawa kecil, lalu berjalan ke arah area perlengkapan bayi.

Namun langkah Insila mendadak terhenti. Ia menatap ke satu arah, matanya menyipit.

“Eh… itu bukan si Kiran?”

bisiknya sambil menunjuk ke arah seorang wanita yang sedang memilih baju bayi dengan wajah lembut dan bahagia.

“Astaga, iya!”

seru Diyyah, lalu terkekeh sinis.

“Lihat deh, sok banget dia. Belanja di tempat beginian. Uang dari mana coba?”

Insila ikut tersenyum miring.

“Ya jelas dari om-om lah. Muka-muka kayak gitu, mana mungkin punya kerjaan bener.”

“Haha, bener juga. Eh, mendingan aku bantu dia dikit biar sadar diri.”

Diyyah pura-pura berjalan lewat di depan Kiran, suaranya cukup keras untuk didengar sekitar.

“Wah, simpanan om-om juga belanja di sini sekarang? Hebat banget ya, naik kelas!”

Kiran menoleh pelan. Matanya langsung menatap dua wajah yang tidak asing. Ia berusaha mengabaikan, berpura-pura fokus ke rak baju bayi, tapi suara mereka semakin keras.

“Mbak, hati-hati tuh, nanti kalo bayarnya pake paylater, kasian karyawan sini harus nagih lagi,”

ujar Insila dengan nada menyindir, membuat beberapa pengunjung menoleh.

“Aduh, aku tuh kasian banget sama bayi kamu, Kir,”

timpal Diyyah dengan tawa mengejek.

“Entah siapa bapaknya. Jangan-jangan kamu juga gak tahu, ya?”

Beberapa orang mulai berbisik pelan, memandang ke arah mereka. Wajah Kiran memucat, matanya berair, tapi ia menahan diri sebisa mungkin.

“Cukup. Jangan kurang ajar,”

ucapnya dengan suara bergetar.

Namun mereka tidak berhenti.

Insila malah melipat tangan di dada, tersenyum sinis.

“Emangnya salah kalau kita ngomong fakta? Semua orang juga tahu kamu tuh—”

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipinya. Suara itu membuat seluruh area hening seketika.

“Jaga ucapan kamu,”

ucap Kiran, napasnya tersengal, tangannya masih gemetar.

Diyyah memegangi pipinya yang ikut terkena tamparan saat berusaha menahan Insila tadi. Wajahnya berubah marah.

“Berani banget lo nyentuh gue!”

teriaknya, langsung menjambak rambut Kiran.

“Dasar perempuan murahan!”

Insila ikut menarik sisi lain rambut Kiran, membuatnya menjerit tertahan.

Keributan pecah. Para pengunjung berteriak, beberapa karyawan mencoba melerai.

“Sudah! Sudah, jangan berkelahi di sini!”

teriak salah satu pegawai.

Namun ketiganya terus saling dorong, tarik, dan teriak.

Di sisi lain, beberapa menit sebelumnya, Ibu Matthew baru saja selesai memilih stroller. Ia berjalan menuju area pakaian bayi, namun langkahnya terhenti ketika melihat kerumunan besar di ujung lorong.

“Ada apa, ya? Kok ramai banget?”

gumamnya pelan. Ia mencoba melihat lebih dekat, tapi dari sudut pandangnya hanya terlihat orang-orang yang berdesakan.

Karena tak melihat Kiran di sana, ia akhirnya menggeleng kecil.

“Ah, mungkin ada promo,”

ujarnya pelan, lalu berbalik ke arah lain untuk mencari menantunya di bagian berbeda.

“Sudah! Tolong jangan berkelahi di sini!”

teriak seorang karyawan sambil mencoba melerai.

Namun mereka bertiga terus saling tarik, jambak, dorong.

Kiran yang kelelahan akhirnya mendorong Insila kuat-kuat hingga gadis itu jatuh ke lantai.

“Awas lo!”

maki Diyyah, mengangkat tangannya tinggi hendak menampar Kiran kembali.

Namun tiba-tiba—

tangan itu tertahan.

Seseorang memegang pergelangan Diyyah dengan kuat, suaranya dingin dan dalam.

...****************...

...Jangan lupa baca buku baru juga yah judulnya ...

*Bayangan sang Triliuner *

dimana seorang lelaki tampan memiliki dua dunia menjadi seorang trilioner dan pembasmi mafia jangan lupa baca yahh😊🙏🏻

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!