Yura yang terjerat masalah terpaksa meninggalkan Hanan suaminya dan putri yang baru dilahirkannya, agar mereka tetap hidup karena kritis dirumah sakit akibat kecelakaan. Hanya keluarga suaminya yang memiliki uang yang bisa membantunya dengan satu syarat menyakitkan!
Lima tahun kemudian, Yura dipertemukan dengan anak yang dilahirkan, dibawa sebagai pengasuh oleh istri baru Hanan. Dengan kebencian dari keluarga Maheswari serta pria yang di cintai, mampukan Yura bertahan demi anaknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24.
Yura terkejut saat Aura tiba-tiba muncul dan melihat semuanya. Anak sekecil itu tidak seharusnya melihat tontonan yang tidak pantas, seperti saat Eva memakinya kemudian mendorongnya.
"Oma kenapa dorong bibi Yura?" Tanya Aura dengan marah.
Eva gugup sekaligus terkejut melihat Aura, bagaimana dia menjelaskan kalau ia tidak bersalah. "Sayang, dengarkan oma. Ini tidak seperti yang kamu lihat!"
"Aku lihat sendiri kok, oma dorong bibi Yura! Oma juga, marah-marah sama bibi Yura! Aku tidak suka, oma jahat sama bibi Yura!" Balas Aura dengan kesal.
Setelah membantu bibi Yura berdiri, Aura menggandeng tangan Yura dengan erat. "Bibi baik-baik saja kan?" Tanya Aura khawatir.
Eva sungguh syok melihat dan mendengar kata-kata yang diucapkan cucunya untuknya. Aura baru mengenal Yura, tapi Aura terlihat sangat dekat dan perhatian, seperti sudah kenal sangat lama.
"Aura, oma tidak bersalah! Ini hanya salah paham, kamu tidak tau siapa wanita itu sayang!" Oma Eva berusaha membujuk Aura, namun Aura tidak mau percaya.
Aura hanya percaya apa yang ia lihat, atau kalau Yura yang mengatakan sendiri kebenarannya. "Ayo bibi, kita kekamarku! Kita main dikamarku saja!" Tanpa menghiraukan neneknya, Aura dengan cepat menarik Yura untuk mengikuti langkahnya.
"Aura! Aura!" Eva berusaha memanggil gadis kecil itu tapi Aura tidak mau menoleh. Wanita tua itu menghembuskan nafasnya kasar. "Sialan! Lihat saja, aku akan buat kamu tidak betah disini! Tersenyumlah sekarang, sebentar lagi kamu akan memohon-mohon ampun!" Gumam Eva dengan penuh tekad.
.....
"Bibi beneran gak apa-apa kan?" Tanya Aura.
Yura tersenyum dengan anggukan kecil, ia mengangkat tubuh kecil Yura keatas ranjang lalu Yura duduk disampingnya. "Jangan khawatir, sayang. Bibi baik-baik saja! Buktinya, bibi bisa ngangkat kamu kan?" Yura tersenyum menjawab.
Aura menganggukkan kepalanya dengan lega, dia sangat takut kalau Bibi Yura kenapa-kenapa. "Oma kenapa jahat, sama bibi! Aku nggak suka, oma jahat sama bibi!" Celetuk Aura.
"Huusttt!! Nggak boleh bicara seperti itu sayang. Biar bagaimanapun, Oma itu kan oma nya Nona Aura! Oma sebenarnya baik kok, tadi itu cuma tidak sengaja!" Balas Yura tidak ingin Aura memiliki dendam dan berfikir buruk tentang neneknya.
Aura percaya dengan ucapan Yura, gadis kecil itu menganggukkan kepala dengan pintar. "Baiklah bibi, Aura percaya sama bibi baik!"
Yura memeluk Aura dengan erat, Aura anak yang baik dan penurut. Bagaimana bisa Yura sekarang meninggalkannya lagi, ia rela menderita agar bisa bersama Aura, supaya bisa melindungi Aura.
Tiba-tiba saja setelah urusan Eva selesai, wajah Aura berubah sendu dan murung. Gadis kecil itu nampak lesu dan berkaca-kaca.
"kenapa wajahnya terlihat sedih? Cerita sama bibi, sayang!" Yura mengelus rambut gadis kecil itu yang tergerai.
Aura mengangguk pelan. "Aura kangen mamanya Aura!" Ungkap Aura.
"Kalau Aura kangen mama, bibi Yura anterin ketemu mama Gendhis oke? Jangan sedih!" Jawab Yura.
Aura menggelengkan kepalanya. "Bukan mama Gendhis, tapi mamanya Aura, Bibi! Sebenarnya Aura itu punya mama yang lain, tapi dia sudah diatas! Aura cuma bisa datang ke makam, diam-diam sama mama Gendhis!"
Jawaban dan penjelasan Aura tentunya membuat jantung Yura hampir berhenti berdetak. Maksudnya Aura apa?
Apa Aura tau kalau dia bukanlah anak kandungnya Gendhis, tapi apa yang dikatakan Aura. Mamanya sudah diatas? Dimakam?
Apa selama ini, Hanan menceritakan kalau ibu kandungnya Aura sudah meninggal? Yura berusaha menahan air matanya. Apa sebegitu mudahnya, ayahnya Aura membuangnya, menganggapnya sudah mati!
"Jadi, mama kandung kamu sudah tidak ada!" Tanya Yura.
Aura menganggukkan kepalanya. "Papa dan Mama Gendhis bilang mama sudah disurga! Aura mau peluk bibi, karena kalau peluk bibi, rindu Aura jadi terobati, untuk mama!" Aura tiba-tiba memeluk Yura dengan erat.
Mendengar cerita Aura, hati Yura begitu tersayat. Ia memeluk putrinya dengan erat, air matanya tak kuasa untuk ditahan lagi. Selama ini Aura hidup dengan kebohongan, Aura dibohongi ayahnya kalau ia sudah tiada.
Dimata Hanan dan keluarga Maheswari, sosok Yura sudah mati!
'Aku mama kamu, sayang. Mama masih hidup, ada didepan kamu. Yang peluk kamu ini mama kamu!' Yura ingin sekali mengatakan itu secara langsung, tapi hanya bisa terucap lewat jeritan hatinya.
"Aura sayang sama bibi Yura! Aura tidak mau bibi Yura ninggalin Aura, seperti mama, yang ninggalin Aura!" Aura melepaskan pelukannya.
Yura dengan cepat menghapus air matanya, "Tentu saja bibi tidak akan pernah meninggalkan anak secantik ini! Aura jangan pernah sedih, kan ada bibi Yura sekarang!"
Aura menganggukkan kepalanya, tiba-tiba kesedihannya hilang begitu mendengar jawaban lembut Yura yang membuat hatinya lega dan tenang.