seorang gadis yang sangat menaruh harapan besar terhadap apa yang sedang di jalani,namun setelah dia mendapatkan kenapa dunia ini sangat jahat padanya membuat dia untuk melepaskan apa yang digenggam saat.
apakah setidak pantas itu dia untuk bahagia bersama nya?kenapa sangat tidak adil,jika memang akhirnya akan membuat dia sakit kenapa harus di pertemukan?kenapa harus dia?,apa salah dia sampai dunia tega padanya.
setelah menaruh harapan kenapa malah direbut dengan paksaan?
rindu semakin kuat disaat hujan turun dengan lebat.
kini hanya rindu yang melekat pada dirinya kesunyian yang menghantam nya dan sakit memukulnya.
namun kisah mereka sangat lucu dan so sweet saat-saat mereka bersama, ayo baca kisah nya sebelum mereka dipaksa untuk mengakhiri semuanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iren qirenava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
twenty eight
"badmood kenapa?"tanya Dikta
"gatau"
Dikta memerhatikan Nava dan beralih duduk disamping nya yang kebetulan kosong
" haid ya?" tanya Dikta membuat Nava mendongak mengernyit
kenapa dikta tau~ batin nava
"iya" jawab nya kembali bermain ponsel
"oh haid Nav, kanapa gue baru ngeh ya" pekik Messa
"cewek, kalo haid emang gitu?" penasaran Afkar
"tergantung" saut Adiana
"tergantung gimana?"
"ya, gimana mood Afkar"
"tau, kepo banget lu Kar " sewot Putri
"biar gue ngerti, nanti kalo punya cewek" ucap Afkar, yang mengapa membuat Adiana menoleh padanya namun dibalas dengan wajah ngeselin Afkar
" sakit perutnya?"tanya Dikta lembut membuat Nava hanya mengangguk
"mau, di ambilin air hangat?" tanya Dikta membuat yang lain memerhatikan tingkah nya, Karina yang baru tiba pun pelan pelan menaruh makanan mereka.
"gausah " jawab nya tanpa menoleh
"pesen makan apa tadi?" tanya Dikta
belum sempat Nava menjawab malah Karina yang jawab."bakso sama jus alpukat, nih Nav" menyodorkan makanan pada Nava
Nava mendongak dan menaruh ponsel di samping nya, dia mengambil bumbu untuk bakso tidak lupa dengan sambal, saat akan mengambil satu sendok lagi namun tangan nya sudah ditahan oleh Dikta."Gausah banyak banyak" larang nya, lagi lagi membuat teman mereka yang sedang membumbui bakso melihat ke arah nya.
"dikit lagi"
"udah, cukup Nav itu udah pedes"
"belum Dik, dikit lagi" kekeuh Nava
"oke, biar gue yang ambilin" Dikta mengambil wadah sambal lalu menuangkan nya sedikit
"serasa dunia milik berdua yeu" sindir Gio
"kaya gapunya pacar aja lu" saut Afkar
"punya lah, emang elo yang jomblo karatan" sewot Gio
"berisik woi, kalian ga laper apa?" tanya Ireni yang kesal makan nya terganggu oleh perdebatan mereka.
"lo yang pesen sana Gi, gue males"suruh Azkeano
"lo aja sana, gue juga males" ucap Gio sambil mendorong Azkeano
"kok, malah nyuruh balik sih"
"ya lagian, gue ga mau"
" sana lo aja Gi, kali kali"
"kali kali mata lo, gue sering ya ogeb "
"halah, udah sana Gi " suruh Azkeano
"gamau elah, gue gamau" kekeuh Gio
"sumpah kalian kaya cewe, ketimbang pesen aja pada ribut kalo ga laper gausah sana sana pergi aja" kesal Irani
"tau, kaya anak kecil cok" saut Nessa
"pesen sendiri-sendiri aja sana" suruh Adiana
"gue, sih mau" jawab Afkar sambil berdiri
"tungguin lah, gue ikut" saut Gio mengejar Afkar
"gue juga deh" Azkeano ikut mengejar, tingkah mereka membuat para cewek memutar bola mata malas dengan kelakuan mereka.
"lo, ga pesen makan Dik?"tanya Adiana yang melihat Dikta hanya memerhatikan Nava
kini Nava juga ikut menoleh pada Dikta"sana pesen, ngapain liatin gue" ucap Nava
"ini mau pergi" Dikta berdiri sebelum pergi dia berkata " jauhin tuh wadah sambel, jangan sampe Nava tambah lagi"ucap nya pada teman Nava, sontak membuat mereka berpekik.
"keren, Dikta seperhatian itu" ucap Messa
"dari tadi loh.. dia liatin Nava" sambung Bintang
"bener, sekhawatir itu" saut Putri
"cie Nav" goda Ireni pada Nava yang asik makan bakso
" biarin" jawab Nava
" si Dikta ko, bisa tau ya Nava haid" heran Irani
"mungkin, dia punya kakak atau adik cewek" tebak Bintang
"perasaan gak deh, dia kan anak tunggal" jawab Putri
"siapa tau saudara jauh nya, kan kita gatau" saut Adiana yang diangguki teman teman nya
......................
kini jam istirahat udah selesai, mereka masuk kelas bareng bareng sambil mengobrol di jalan
"eh Gio, lo gak takut apa kalo cewek lo marah karna sering bareng kita" tanya Putri takut nya nanti pacar Gio marah atau malah benci sama mereka.
"aman lah dia ngerti, kalo kita cuman temen sekelas" jawab nya
"lo juga Keano, gimana kalo pacar lo salah paham?" tanya Karina
"sama sih, dia paham kok ya kan Ireni...lo pasti tau lah dia gimana dari dulu" jawab nya melihat Ireni
"iya sih, tapi jaga jarak juga perlu" balas Ireni
"malahan kalian, cowok lo pada ga marah apa bareng terus sama cowok ganteng kaya kita apalagi gue" sombong Gio yang membuat enek mereka
"idih, najis banget " kesel Messa
"gak sih, karna beda sekolah" jawab Bintang
"kalo ada yang bilangin gimana?" tanya Afkar .
"ya jelasin lah, gue juga gatau dia disekolah nya gimana " jawab Bintang sambil mereka gerus berjalan ke kelas
" gue sih... ngerasa ga bakal salah paham" saut Putri
"kenapa?"
"karna dia bakal ngerti juga, tapi kalo sering banget baru bakal ngamuk"
"kalo lo karina" tanya Azkeano
"biasa aja, dia tau kok"
"aman berarti ya, tapi tetep harus saling jaga perasaan walaupun sama temen sendiri... mikirin perasaan mereka" ucap Irani
"kalo dia, ga mikirin perasaan gue gimana?" celetuk Adiana membuat Afkar melihat nya
"lo, lagi pacaran?" tanya Afkar
" gak juga, cuman nanya sih"
" ya saling lihat satu sama lain aja sih, saling ngertiin lah intinya" jawab Gio
beberapa kemudian kini mereka sudah berada di dalam kelas, sudah 2 jam mereka belajar kini waktunya mereka pulang
Nava dan yang lain sedang berjalan keluar kelas tiba tiba langkah Nava terhenti karna tangan nya di cekal oleh seseorang dari belakang.
"Nav " panggil Dikta membuat yang lain menoleh pada nya, dan menampilkan senyum menggoda.
"udah kita duluan Nav"pamit Adiana
"jagain loh dik" ucap Messa yang diangguki Dikta
"bye Nava" ucap Karina, mereka meninggalkan Nava dan Dikta berdua Nava ingin memanggil kembali teman teman nya namun sudah dipotong oleh Dikta
"tung--"
"bareng gue Nav" ajak dikta, membuat Nava menghadap padanya
"gausah Dik" tolak Nava
"kenapa? takut sama ortu atau kakak lo?"
"gue biasa dijemput kakak gue"
"kalo gitu gue anterin ke kakak lo" ajak Dikta menarik tangan Nava
"gausah dik" tahan Nava membuat langkah mereka terhenti
"gue, gamau kakak gue salah paham" Nava masih gamau untuk di tanya tanya seperti semalam, walau dia sudah bilang akan memperkenalkan pada Zevan namun bukan berarti harus sekarang
"maaf, kalo gue bikin lo gak nyaman" ucap Dikta setelah melihat Nava seperti gelisah
"bukan gitu.......gue cuman gamau kalo nanti urusan nya bakal ribet " jelas Nava
"oke gue paham...... ayo bareng sekalian gue mau ambil motor" ajak Dikta kembali mencekal tangan Nava dan menarik nya untuk jalan bersama.
"cocok plis"
"Dikta emang tengil tapi kadang juga cool tau"
"Nava manis ih"
"cowok gue aja sampe mau nyari no si Nava tau"
"nasib punya cowok buaya sih"
begitulah kira kira yang diomongin siswa siswi yang melihat Nava dan Dikta bersama, tak jarang mereka selalu mengincar nava atau pun dikta karna memang sangat tipe semua orang, cantik, ganteng, wangi, rapih, membuat siapa saja melirik pada mereka.
apalagi setelah saat lomba nyanyi banyak yang menyukai dikta sejak saat itu, karna suara dan juga penampilan yang memakau membuat para cewek mengincar nya untuk pdkt, apalagi kakak kelas mereka.
oh iya Nava dan temen teman nya suka sekali ngomong aku kamu atau ga lo gue karna, mereka tipe cewek yang tidak kasar ucapan atau pun tindakan, mereka hanya menyesuaikan saja, makanya mereka selalu ganti kadang aku-kamu, kadang lo-gue
20.50
sudah malam kini Nava sedang asik membaca novel, tiba tiba ponsel nya berdering memperhatikan nomor yang tidak dikenal.
pov dikta
dia sedang berbaring diatas kasur nya sambil memerhatikan nomor juga nama seseorang, ingin sekali dia menelpon dan mengirim pesan namun dia cukup belum berani.
tapi disatu sisi dia sangat penasaran dengan pemilik nomor itu.......akhirnya dia memutuskan untuk menelpon nya dan akan beralasan salah nomor
dia memencet tombol nelpon dan menunggu nya dengan perasaan gelisah takut tidak diangkat, setelah beberapa lama tidak ada tanda tanda akan di jawab akhirnya dia menjauh kan ponsel nya dari telinga nya dengan wajah sedih
"halo" namun saat sudah menjauhkan dari telinga berniat untuk mengakhiri tiba tiba suara muncul membuat dikta langsung berubah ekpresi wajah dan duduk tegak
"halo"
"oh h-halo " jawab Dikta
"siapa"
"oh s-salah sambung" jawab nya gugup
"oke gue matiin"
"jangan jangan"
"gue Dikta"
"oh kenapa Dik?" tanya di seberang sana
" lo ngapain"
"lagi, baca novel"
"perutnya, masih sakit?"
"udah ga"
"bagus kalo gitu"
"iya.....tumben nelpon ada apa"
"gue, cuman mau tau kabar lo aja hhe"
"oh, gue baik baik aja kok thanks"
"oke kalo gitu, lega gue denger nya"
"gue tutup ya Nav"
"oh iya "
"bye"
"bye "
"good night Nava"ucap Dikta menahan senyum
"iya, too Dika "
kini Dikta sudah mematikan telpon itu dan dia tidak bisa menahan salah tingkah nya, berjungkir balik kesana kesini dengan senyuman yang tidak luntur.
di sisi lain Nava yang kaget dengan telpon yang nomor tidak dikenal dia berniat tidak akan menjawab nya, dan akan dia tolak namun saat hati berkata tidak tangan nya malah memencet tombol terima yang membuat dia mau tidak mau harus menjawab nya
bodoh banget plis~ batin nava
dia mencoba untuk bicara dan masih belum ada jawaban membuat dia akan mengakhiri nya namun tiba tiba suara yang dia yakin bahwa dia kenal dengan orang ini, mengurungkan niat nya.
siapa"
"oh s-salah sambung" jawab nya gugup
"oke gue matiin"
"jangan jangan"
"gue Dikta" membuat Nava langsung menutup mulut nya menahan senyum salting, dia menetralkan degdegan nya
"oh kenapa Dik?"
" lo ngapain"
"lagi baca novel"
"perutnya masih sakit?"
"udah ga"
"bagus kalo gitu"
"iya......tumben nelpon ada apa"
"gue, cuman mau tau kabar lo aja hhe"
"oh, gue baik baik aja kok thanks"
"oke kalo gitu lega gue denger nya"
"gue tutup ya Nav"
"oh iya "
"bye"
"bye "
"good night Nava"
"iya, too Dikta"percaya lah Nava menahan rasa salah tingkah, sejak dari tadi apalagi dikta yang tiba tiba pengertian seperti itu padanya. Lagi- lagi Nava menutup mulut nya dan memukul mukul bantal dengan salah tingkah itu.