Arlena dan Dominus telah menikah lebih dari enam tahun. Tahun-tahun penuh kerja keras dan perjuangan untuk membangun usaha yang dirintis bersama. Ketika sudah berada di puncak kesuksesan dan memiliki segalanya, mereka menyadari ada yang belum dimiliki, yaitu seorang anak.
Walau anak bukan prioritas dan tidak mengurangi kadar cinta, mereka mulai merencanakan punya anak untuk melengkapi kebahagian. Mereka mulai memeriksakan kesehatan tubuh dan alat reproduksi ke dokter ahli yang terkenal. Berbagai cara medis ditempuh, hingga proses bayi tabung.
Namun ketika proses berhasil positif, Dominus berubah pikiran atas kesepakatan mereka. Dia menolak dan tidak menerima calon bayi yang dikandung Arlena.
》Apa yang terjadi dengan Arlena dan calon bayinya?
》Ikuti kisahnya di Novel ini: "Kualitas Mantan."
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Kualitas Mantan 5
...~°Happy Reading°~...
Arlena memakai sarung tangan lalu mendekati tempat tidur besar yang dipesan khusus untuknya, dan sudah tidak ditutup seprei. Tanpa ragu, dia mulai mengukir spring bad dengan sayatan cutter besar di tangan, dari atas hingga bawah.
'Aku tidak akan membiarkan si pencuri itu menikmati hasil desainku yang nyaman." Arlena berkata sambil terus menyayat spring bad dari atas hingga bawah, dari kiri ke kanan dan acak.
Ukiran yang tidak pernah akan dilupakan oleh siapa pun yang melihatnya. Kemudian dia mengambil tang lalu memotong pegas di beberapa bagian.
Melihat hasilnya bagus, dia mengambil gergaji listrik lalu memotong kaki tempat tidur dan bangku kayu antik yang diletakan menempel di kaki tempat tidur. Tidak lupa juga menyayat tempat duduknya yang empuk.
Setelah melihat hasilnya memuaskan, Arlena mengambil gergaji listrik, lalu memotong semua yang bisa di potong dalam kamar utama. Arlena bekerja tanpa suara dan tidak merasa lelah.
Hasil karya gergaji listrik makin menyemangati dan memuaskan hatinya. Dia mengeluarkan pilox hitam, lalu menulis di dinding putih bersih bagian atas tempat tidur.
'Kau kira seorang istri tidak tahu, kalau tempat tidurnya sudah ditiduri oleh perempuan lain?' Arlena berkata pada diri sendiri sambil melihat tulisan tangan yang diukir dengan indah dan jelas di dinding.
Kemudian Arlena membawa tas berisi peralatan ke lantai bawa. Dia mengambil gergaji listrik dan cutter, lalu mulai bekerja cepat dengan berbagai peralatan yang sudah dia siapkan dari ruangan satu ke ruangan lain, tanpa istirahat.
Karena semua sudah disiapkan berhari-hari, jadi sangat cepat dia bisa melakukan yang direncanakan tanpa hambatan. Setelah isi rumah selesai dikerjakan, dia pindah ke halaman.
Ketika melihat mobil sedan mewah miliknya yang telah dibalik nama menjadi milik Dominus, Arlena tersenyum sinis. 'Kau bilang membeli mobil ini? Apa uang untuk beli mobil ini, kau dapatkan dari lotre? Aku punya keringat di dalamnya.'
Arlena berjalan keluar sambil membawa tas berisi peralatan tukang mendekati mobil yang sudah di cuci bersih dan mengkilap oleh sopir di car wash.
Dia meletakan tas lalu mengeluarkan cutter dan tang. Dia mulai membuka kap mobil lalu melakukan yang dia inginkan. Setelah melihat mesin mobil sudah seperti yang dia bayangkan, Arlena membuka pintu mobil. Dia masuk ke dalam mobil dengan cutter tajam di tangan.
Arlena mengerjakan perlahan namun pasti, tanpa emosi. Hanya mengikuti naluri yang mendorong untuk melakukan apa saja di dalam mobil sesuai daya kreasinya.
Setelah semua selesai, dia melepaskan sarung tangan lalu menghembuskan nafas lega dan puas. Dia mengambil gambar semua hasil yang dikerjakan dengan mobil dan rumah, lalu telpon Calista untuk mengirimkan sopir.
~*
Jam 4 tepat sore, Arlena melangkah keluar dari gerbang rumah setelah terima notifikasi, bahwa mobil online yang dipesan telah tiba di depan gerbang.
Sambil membawa tas kecil berisi dompet dan ponsel, Arlena menjinjing tas berisi peralatan tukang. Sekali lagi sebelum melangkah, Arlena berbalik melihat rumahnya yang mega dengan halaman yang asri. 'Selamat tinggal semuanya.' Arlena membatin sambil mengingat para pelayan yang belum pulang.
Beberapa saat kemudian, Arlena tiba di tempat tujuan. Dia duduk di tempat jual juice lalu memeriksa tangannya yang pegal dan ngilu. Dia bernafas lega, tangannya aman tanpa goresan.
Ketika sopir Calista tiba, dia segera menghabiskan juice lalu segera naik mobil meninggalkan tempat juice menuju butik Calista. "Bu, tidak apa-apa?" Tanya sopir Calista yang mendengar Arlena menarik dan menghembuskan nafas berulang kali.
"Tidak apa-apa. Saya sudah tidak sabar bertemu dengan bossmu." Arlena berkata sambil tersenyum, lalu mengnonaktifkan ponselnya.
"Oh, iya, Bu. Tadi saya diminta, kalau Ibu kecapean, jangan langsung pulang, tapi ke rumah sakit." Sopir menjelaskan perintah bossnya.
"Tidak apa-apa. Kita langsung ke butik saja." Arlena menyandarkan punggung untuk menenangkan detak jantungnya, agar tidak membuat sopir khawatir. "Makasih, sayang." Bisik Arlena sambil mengelus perutnya.
Saat tiba di depan butik, Arlena makin tenang. "Pak, tolong turunkan tas saya di bagasi, ya."
"Siap, Bu." Jawab sopir, sigap.
"Ar, apa yang bikin wajahmu tersenyum senang dan mekar seperti ini?" Tanya Calista yang keluar menjemput.
"Cal, aku pingin ketawa membayangkan tadi keluar dari rumah. Aku seperti di film laga Amerika."
"Apa maksudmu?"
"Tadi aku merasa seperti peran utama film laga yang berjalan keluar setelah boom meledak di belakangnya."
"Kau membakar rumah itu?" Calista terkejut.
"Ngga. Kasihan lingkungan sekitar kalau dibakar. Aku hanya rusakin sedikit, tapi bisa membakar hati orang." Arlena makin tersenyum membayangkan wajah Dominus melihat hasil karyanya yang super kreatif.
Calista hanya bisa geleng kepala, karena tidak mengerti yang dimaksudkan Arlena. "Aku sudah bisa kasih tahu Muel?"
"Iya. Tolong bilang aku sudah keluar. Telponku lagi ngga aktif." Ucap Arlena sambil menunjuk ponselnya yang mati.
~*
Di tempat lain; Para pelayan pulang seperti yang diminta Arlena. Mereka tiba di depan gerbang setelah jam lima. Sambil turun dari mobil online mereka tersenyum senang dan menjinjing kantong shoping masing-masing.
Namun senyum kereka memudar saat tidak bisa membuka pintu gerbang secara otomatis. "Ada apa, ya? Kenapa kunci ini ngga berfungsi?" Tanya Tari heran dan bingung.
"Jangan-jangan, ngga dikunci." Sopir berkata sambil mendekati gerbang. Dia terkejut saat menyentuh gerbang langsung terbuka.
"Eh, Ibu ngga pa'pa? Tadi Ibu bilang mau keluar. Apa lupa kunci gerbang?" Tanya Tari, lalu ikut mendorong gerbang untuk masuk.
Mereka merasa lega melihat rumah baik-baik saja, tapi mereka mempercepat langkah dan ada yang berlari kecil, karena khawatir.
Mereka kembali terkejut mengetahui pintu rumah juga dalam keadaan terbuka. "Astagfirullah.... Apa rumah ini baru disatroni perampok?"
"Ini bukan dirampok. Ini dirusakin..."
"Iya. Tari, telpon Ibu. Telpon Ibu...." Mereka jadi panik mengingat nyonya mereka.
"Nomor Ibu tidak aktif..." Mereka jadi saling melihat dengan wajah memutih. Mereka khawatir terjadi hal buruk dengan Arlena.
"Pak, segera pulang ke rumah, Pak. Rumah abis dirampok dan Ibu tidak ada. Cepat, Pak. Cepaattt..." Tari menelpon Dominus untuk memberitahukan kondisi rumah sambil menangis.
"Sudah, tidak usah menangis. Ngga ada perampok. Kerja saja seperti biasa." Ucap Dominus, karena sudah diberitahukan pengacara Amarta, bahwa Arlena sudah keluar dari rumah.
"Pak, kami mau kerja apa, kalau rumah seperti ini? Bapak pulang dulu, atau saya lapor polisi? Rumah ini baru dimasuki perampok, Pak."
"Jangan...!" Bentak Dominus. "Kalian dari mana sampai tidak tahu ada orang yang masuk rumah?"
"Hari ini kami diliburkan Ibu, Pak"
"Apa? Kalian semua diliburkan?"
"Iya, Pak. Ini baru pulang, jadi baru tahu."
Dominus seperti disambar petir. Dia mengaitkan keadaan rumah dengan keluarnya Arlena dari rumah seperti yang dikatakan pengacaranya.
Dia segera keluar dari ruang kerja. "Mas, sudah mau pulang?" Tanya selina yang baru kembali dari toilet.
"Ikut aku..." Dominus mengajak Selina sambil menggerakan tangan.
...~*~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
up Thor makin penasaran aja aku