Kevin Darmawan pria berusia 32 tahun, ia seorang pengusaha muda yang sangat sukses di ibukota. Kevin sangat berwibawa dan dingin ,namun sikapnya tersebut membuat para wanita cantik sangat terpesona dengan kegagahan dan ketampanannya. Banyak wanita yang mendekatinya namun tidak sekalipun Kevin mau menggubris mereka.
Suatu hari Kevin terpaksa kembali ke kampung halamannya karena mendapat kabar jika kakeknya sedang sakit. Dengan setengah hati, Kevin Darmawan memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, Desa Melati, sebuah tempat kecil yang penuh kenangan masa kecilnya. Sudah hampir sepuluh tahun ia meninggalkan desa itu, fokus mengejar karier dan membangun bisnisnya hingga menjadi salah satu pengusaha muda yang diperhitungkan di ibukota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Georgina wanita Asing
Kevin mendongak,matanya menatap tajam wanita yang kini dihadapannya. Sementara Georgina masuk lebih dalam ,sambil memperkenalkan diri sebagai Georgina. Kevin mengernyit. Entah dari mana wanita itu datang dan tiba-tiba muncul dihadapannya.
"Apa keperluanmu ? Kenapa kau bisa masuk ke ruanganku."
"Aku ingin bekerja sama dengan mu. Kau ingin mendapatkan Alya,bukan." ucapnya tersenyum licik.
"Kalau begitu... tujuan kita sama." lanjutnya.
Kevin menyipitkan mata, tatapannya tajam seperti silet.
“Apa maksudmu?" ulangnya pelan, nadanya dingin.
“Kau bahkan belum kukenal, dan tiba-tiba muncul membawa tawaran tentang wanita yang..."
“...yang kau cintai,” potong Georgina cepat, matanya bersinar penuh perhitungan.
"Kalau begitu kita sama, aku ingin merebut Andy " jelas Georgina.
Kevin bangkit dari kursinya, berjalan mengitari meja dengan langkah tenang, tapi aura tegang di sekitarnya tak bisa disembunyikan. Ia berdiri tepat di depan Georgina, menatapnya dari atas ke bawah.
“Apa hubungan mu dengannya ? Jelaskan padaku dan jangan berputar-putar. "
Georgina tersenyum, namun senyumnya tidak membawa kehangatan melainkan penuh siasat. Ia menatap Kevin tanpa gentar, bahkan saat pria itu berdiri begitu dekat, memancarkan tekanan yang membuat orang biasa tak sanggup bernapas.
“Andy adalah... mantan tunanganku,” jawab Georgina akhirnya. Nadanya tenang, tapi matanya menyimpan bara dendam.
“Kami bersama bertahun-tahun, sampai suatu hari dia bertemu Alya dan tiba-tiba semuanya runtuh.”
Kevin menatapnya lekat-lekat, menganalisis tiap gerak dan kata. Tanpa tau kejadian yang sebenar-benarnya diantara Andy dan Georgina. Georgina pun tak memberitahu perihal kandasnya hubungan mereka.
“Jadi kau ingin balas dendam,” simpulnya.
Georgina mengangguk pelan.
“Tapi bukan dengan cara kekanak-kanakan. Aku ingin merebut kembali kendali. Aku ingin Andy menyesal telah meninggalkanku, dan lebih dari itu... aku ingin Alya merasakan apa yang dulu aku rasakan.”
Kevin tertawa kecil, sinis.
“Dan kau pikir aku akan membantumu karena kita punya tujuan yang sama? Begitu maksudmu ?".
"Tepat sekali. Aku ingin memperbaiki kembali hubunganku dengan Andy dan... kau juga demikian, bukan?"
Kevin menatapnya lama, lalu menarik napas dalam.
"Dari mana kau tau semua ini?
Georgina melangkah lebih dekat, kini hanya sejengkal dari Kevin. Tatapannya tajam, tapi senyum.
" Aku tau segalanya, Aku tau bagaimana mereka bisa seperti sekarang. Dan itu membuatku tersiksa"
Kevin tak berkata-kata. Ia hanya menatap wanita itu, seseorang yang mungkin bisa jadi sekutu paling berbahaya yang pernah ia temui. Dan di balik ketegasannya, ada satu kenyataan yang tak ia pungkiri: Permainan baru saja dimulai.
Kevin memutar tubuh, berjalan kembali ke kursinya. Ia duduk perlahan, menyilangkan kaki dan menyandarkan tubuh dengan wajah tenang—tapi dalam pikirannya, roda siasat mulai berputar cepat.
“Kalau kau tahu segalanya, maka kau juga tahu kalau Alya bukan tipe wanita yang bisa dipaksa. Atau dimanipulasi,” ucap Kevin pelan.
Georgina menunduk sedikit, memainkan ujung jemarinya di atas meja kaca.
“Alya mungkin tidak bisa dimanipulasi, tapi dia bisa dilukai. Bisa dibuat ragu. Dan saat dia mulai meragukan Andy, kau bisa masuk,” jawabnya licik.
“Dan Andy?” Kevin menatapnya tajam.
“Aku akan jadi wanita yang ia butuhkan ketika Alya mulai menjauh, Kita tak perlu menghancurkan mereka. Kita cukup membuka jalan, dan membiarkan retakan itu tumbuh sendiri.”balas Georgina cepat.
Kevin terdiam. Kata-kata Georgina terdengar seperti racun yang dibungkus madu. Berbahaya tapi juga efektif. Ia tahu betul Alya bukan wanita yang bisa diperdaya dengan cara kasar. Tapi jika diserang dari sisi emosional dengan keraguan, rasa bersalah, dan luka masa lalu. Ia mengetuk-ngetuk kan jarinya ke meja, lalu berkata lirih,
“Kalau begitu aku setuju."
Namun Kevin tidak begitu mudah mempercayai wanita itu. Dalam diamnya, ia menelisik gerak gerik wanita itu. Bagaimana mungkin dengan mudahnya ia masuk dalam urusannya. Siapa dibalik semua ini.
Sementara Georgina langsung meninggalkan Kevin dengan langkah anggun, meninggalkan aroma parfum yang samar namun mencolok. Kevin menatap punggung wanita itu hingga pintu tertutup di belakangnya. Lalu ia bangkit, berjalan pelan ke jendela besar kantornya yang menghadap ke kota. Tatapannya kosong, namun pikirannya penuh. Dua merasa ada yang tidak beres dengan niat dan tujuan wanita itu.
Terlalu rapi. Terlalu terencana. Tak mungkin wanita seperti Georgina tiba-tiba datang menawarkan "kerja sama" tanpa tahu risikonya. Ia bukan sekadar mantan yang patah hati. Ada sesuatu yang lebih dalam, lebih gelap. Kevin meraih ponsel, menghubungi Bane untuk mencari informasi tentang Georgina.
“Cari tau wanita bernama Georgina. Aku ingin tahu siapa dia, asalnya dari mana, siapa yang membiayainya. Dan... siapa saja yang baru-baru ini dia dekati,” ucapnya cepat, tanpa memberi kesempatan si penerima bicara.
Setelah menutup telepon, Kevin kembali duduk. Kali ini, sorot matanya lebih tajam dari sebelumnya. Sekutu atau jebakan, ia belum tahu. Tapi satu hal pasti: ia akan tetap memegang kendali.
Di sisi lain kota, Georgina masuk ke dalam mobil hitam yang sudah menunggunya. Seorang wanita duduk di kursi kemudi, mengenakan kaca mata gelap dan penutup kepala.
“Sudah?” tanya wanita itu tanpa menoleh.
Georgina mengangguk kecil, tersenyum licik sambil membenarkan lipstiknya melalui cermin kecil.
“Dia menggigit umpan.”
“Bagus. Pastikan dia tetap berada di dalam permainan, tapi jangan beri dia kendali penuh.” ucapnya ,tersenyum simpul.
Georgina menoleh, kali ini dengan tatapan berbeda lebih serius, lebih dingin.
“Apa kau akan membayar sesuai kesepakatan kita? "
Wanita itu tersenyum smirk. Lalu ia mengangguk dan menanggapi dengan santai. Mobil itu melaju, meninggalkan jejak misteri yang lebih dalam. Mobil hitam itu menyusuri jalanan ibu kota yang mulai diselimuti senja. Lampu-lampu kota menyala, bayangan gedung-gedung menjulang berpendar di kaca jendela mobil. Di dalamnya, suasana hening namun penuh ketegangan.
Georgina memandangi wanita di sampingnya dengan sorot mata menyelidik.
"Kalau boleh tau, siapa Anda sebenarnya? Apa hubungan anda dengan Alya dan tunanganku?"
Wanita itu tersenyum singkat,tanpa menatap Georgina sedikitpun . Tatapannya lurus ke depan menatap jalanan.
"Aku tidak ada urusannya dengan mereka, dan kau... tidak perlu tau siapa aku. Cukup kau gunakan otakmu untuk mendapatkan apa yang kau mau."
Georgina mendengus pelan. Ia menatap lurus ke depan, rahangnya mengeras. Ia bukan orang yang suka diperlakukan seperti bidak dalam permainan, tapi saat ini, ia harus menahan diri. Tujuannya lebih besar. Ia harus meraih Andy kembali, dan untuk itu, bekerja sama dengan wanita misterius di sampingnya mungkin satu-satunya jalan tercepat.
“Baik. Tapi kalau kau berani mengkhianati ku…” gumamnya dingin.
Belum sempat Georgina berbicara, Wanita itu tertawa pelan. Tawa yang terdengar ringan, tapi penuh ancaman tersembunyi.
“Tenang saja. Aku tak suka pengkhianatan… kecuali jika aku yang mengatur semuanya.”
Keesokan harinya di kantor Kevin, diruangan privat Bane masuk ke ruangan tanpa mengetuk, membawa map berwarna hitam dan wajah yang lebih serius dari biasanya.
“Ini Tuan,” ucapnya singkat, lalu meletakkan map di atas meja Kevin.
Kevin yang tengah berdiri di depan jendela, berbalik cepat dan membuka map itu.
“Nama asli: Giana Maheswari. Pernah jadi kekasih Leonard, mantan pelaku pencucian uang yang hilang misterius tiga tahun lalu,” jelas Bane.
Kevin menyipitkan mata.
“Setelah Leonard menghilang, Giana juga lenyap. Identitas baru muncul dua tahun lalu dengan nama Georgina di kota yang sama dengan tempat Alya dan Andy tinggal. Dan... Terakhir wanita itu sempat bertunangan dengan Andy."terang Bane.
Kevin mengangguk pelan.
“Tapi bukan itu yang menggangguku. Aku merasa dia bukan dalang utamanya. Dia terlalu rapi dalam berbicara seperti sudah dilatih.”
Bane mengangguk,ia paham apa yang ada dipikiran Atasannya itu. Lalu Bane mengatakan akan menyelidikinya lebih lanjut.
Cinta datang tanpa qta sadari,, dia tumbuh d dlm hati dlm kelembutan dan kasih sayang...,, bila kau memaksanya utk tumbuh dan d sertai dgn ancaman atwpun kebohongan ,, cinta itu akan berbalik menjauhimu.... Jangan lakukan sesuatu yang akan semakin membuatmu menyesal lebih dalam lagi tuan Kevin.
Tapi,, ga ap2 sih biarlah semua mengalir apa adanya,, biar waktu yg akan mengajarkan kedewasaan,, kebijaksanaan dan kesabaran serta keikhlasan utk Alya dan tuan Kevin. Karna aq yakin...,, mau kemana pun kaki melangkah,, dia tetap tau dimana rumahnya,, kemana pun hati akan berselancar,, dia akan tetap tau dimana rumah utk kembali.
Trus,, pelan2 dekati alyanya...,, jangan maksa2....,, ntar Alya kabur lagi.