(***) Peony surgawi adalah seorang gadis yatim piatu . dia tinggal bersama seorang Bibi penjual bunga yang bernama Aura Herawati , dia tidak mempunyai anak dan suami . Peony tinggal bersamanya semenjak usia delapan tahun .
***
Al gozali Matthew adalah seorang anak laki laki kecil yang sejak lahir telah di tinggal pergi ibunya mengejar kemewahan duniawi . dia tumbuh menjadi anak laki laki yang dingin dan datar seperti Ayahnya Al Gibran Matthew .
semenjak di khianati oleh istrinya ,Al Gibra Matthew sangat membentengi diri dengan namanya wanita .Semenjak sang istri pergi bersama laki laki yang lebih kaya darinya ,karena kehidupan Matthew saat itu masih kalang kabut .
suatu hari Al tanpa sengaja bertemu dengan Piony . melihat kelembutan kesabaran dan kebaikan Piony Al menginginkannya sebagai temannya . karena selama ini kehidupan anak berumur lima tahun itu sangat abu abu .
apakah Matthew akan mengabulkan permintaan Al putra . perubahan apa yang akan terjadi pada Al Gibran Mat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07
Al menunduk , dia merasa sedih dan kecewa melihat kepergian sang Ayah . Peony menatap Al dan tersenyum .
"Tuan Muda masih ingin berenang? Saya bisa temani dari sini ." ucap Peony .
Al menggelengkan kepalanya ."Tidak ,aku sudah tidak minat . Ayo kita ke atas saja , kamu harus di obati , tubuh kamu mendengar kalimat polos anak laki laki tersebut ."Saya cukup minum satu obat saja , nanti Tuan Muda . Sekarang ayo ke kamar Anda , saya akan pakaikan kembali baju Anda ."
"Tidak , aku akan pakai baju sendiri selama kamu sakit ."
Peony terkejut , dia menatap wajah Al dengan sangat tidak percaya . Mereka baru saja bertemu dan kenal , tapi Al memperlakukan nya begitu baik . Seakan anak kecil itu benar benar memperlakukan Peony seperti seorang ibu .
"Memangnya Anda bisa memakai baju sendiri ?" tanya Peony tak percaya .
"Tidak , tapi aku akan belajar . Ayo ke atas sekarang ."
***
Kejadian di kolam renang itu memang membuat tubuh Peony kurang baik , namun dia bisa menahannya . Sebab tadi sempat di ajak tidur siang oleh Al .
Kini gadis kecil itu baru saja keluar dari kamar Al . Suasana sudah malam , dia bersiap untuk kembali ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya .
Meski dalam keadaan tubuh tidak baik . Peony masih tetap berusaha profesional . Gadis itu berjalan sambil memegang kepalanya yang terasa berdenyut sejak tadi .
"sshh sepertinya efek dari obat yang aku minum sudah habis . Aku harus meminumnya lagi biar bisa tidur dengan tenang ." gumam Peony di sela langkahnya .
Nyatanya pergerakkan Peony di tatap oleh mata tajam Matthew yang juga baru keluar dari kamarnya yang tidak jauh dari kamar Al .Pria itu berniat untuk ke ruang kerjanya yang ada di lantai bawah .
Kini duda arogan itu berjalan di belakang Peony yang melangkah dengan pelan . Bahkan kakinya tak kuat melangkah . Dia melangkah dengan menarik kedua kakinya .
Matthew mengerutkan keningnya samar ,melihat Peony mulai berjalan sambil perpegangan pada dinding lorong mansion .
Brug...
Langkah Matthew tiba tiba terhenti saat melihat tubuh Peony ambruk . Dia bergeming di posisinya , melihat Peony kembali bangun dan berusaha berdiri .
"Ya , ampun , ayolah kepala , kaki , kerja samalah sebentar saja . Setidaknya sampai sampai ke kamar aku .Shh kenapa kepalaku semakin berdenyut bahkan semakin pusing ." Gumam Peony lirih sambil menggoyangkan kepalanya pelan ,yang di rasa seperti ingin pecah .
Pandangan mata Peony semakin kabur , sebab tak hanya rasa sakit dari denyutan tetapi juga karena pusing kepala.itulah kenapa kini Peony berjalan sembari merayap di tembok seperti seekor cicak . Berusaha mencapai pintu lift untuk ke lantai bawah , di mana kamarnya berada .
"A-aku jadi rindu dengan Bibi Aura di saat aku seperti ini . Andai dia tahu aku sedang demam , dia pasti akan membuatkan aku wedang jahe hangat , ah . Aku akan mencoba menghubunginya nanti , tapi ini sudah malam ." Peony kembali bergumam di sela langkahnya yang terseok seok .
Matthew sendiri juga berjalan pelan di belakang Peony . Seakan sengaja untuk terus memperhatikan Peony yang berjalan di depan sana .
Pergerakkan peony terlihat menyedihkan , namun tampaknya tak ada rasa iba di mata Matthew . Dia tak berniat menolong si gadis kecil tersebut .
"Apa dia penyakitan? Tapi tidak ada riwayat penyakit pada biodatanya ." Matthew bergumam sembari menatap Peony yang berhasil mengapai tombol lift .
Pria itu seakan melupakan kejadian naas di kolam renang tadi yang di alami oleh Peony .
Brug...
Untuk kedua kalinya Matthew melihat tumbuh Peony ambruk . Namun kali ini sepertinya gadis itu benar benar tak sadarkan diri .
Matthew berdecak ketika melihat tubuh Peony terjatuh tepat di antara pintu lift . Pria itu bergerak cepat ketika pintu lift akan tertutup , yang tentunya akan segera menjepit tubuh Peony yang berada di tengah tengahnya .
"Gadis ini benar benar menyusahkan ."
Matthew masih menatap tubuh Peony yang terbaring di tengah tengah pintu lift . Seakan dirinya begitu engan dan tidak berniat menolong gadis kecil itu .
"Ck , apa aku tarik saja tubuhnya ini . Anday Al tidak begitu menyukai gadis ini . Pasti sudah aku pecat dia saat ini juga . Untuk apa mempertahankan pelayan seperti ini , setiap waktu hanya bisa menyusahkan saja ."
Sembari berceloteh malas , Matthew berjongkok dan mulai meraih tubuh kecil Peony . Dia menggendong Peony ala bridal styel .
Pria itu masuk ke dalam lift sambil menggendong tubuh kecil Peony . Sejujurnya bukan masalah besar bagi Mattew menggendong gadis kecil itu . Hanya saja sifat arogannya membuat di berlaku demikian .
Beberapa pegawai sempat terkejut , ketika mereka melihat pergerakan Matthew mengangkat tubuh Peony . Apa lagi pria itu terlihat berjalan ke arah kamar Peony dengan ekspresi dinginnya , seperti biasa .
"Ada apa dengan Peony ? Apa dia sakit ?
"Tapi sedari siang tadi dia memang demam karena kejadian di kolam renang tadi , kan ?
"Yang membuat syok adalah Tuan Matthew memggendongnya hingga sampai ke kamarnya ."
Itu lah kata kata yang ada di dalam benak para pelayan sambil berbisik bisik melihat pergerakkan Matthew .
Pria itu menatap pintu kamar Peony , kemudian menoleh ke samping . Para pelayan yang berdiri tak jauh dari sana langsung menunduk hormat .
"Buka pintu ini ."
"Baik ,Tuan . Saya akan panggil kepala pelayan dulu . Karena kuncinya hanya ada pa..."
"Cepat saja , jangan biarkan saya menunggu lama ." Sela Matthew dingin .
"baik , Tuan ."
Dua pelayan bergerak cepat pergi dari sana untuk memanggil kepala pelayan yang di maksud . Pintu itu hanya bisa di buka oleh Peony yang memiliki kunci . Dan kepala pelayan memiliki kunci cadangannya .
"Ck , seharusnya dia punya kuncinya ." Matthew tersadar sambil menatap tubuh Peony dalam gendongannya ." Kau je sini .Cari kunci di tubuhnya ."
"Baik , Tuan ." seorang pelayan langsung bergerak menuju ke arah Peony dan segera mencari kunci , seperti yang di perintahkan oleh majikannya .
"Saya mendapatkannya Tuan ."
"Buka pintu ."
"Baik ,Tuan ."
Pelayan itu langsung membuka pintunya , dan Matthew langsung masuk begitu saja . Pria itu berjalan semakin dalam masuk ke kamar gadis kecil itu .
Matthew menunduk saat merasakan hawa panas dari tubuh Peony ." Ck , kalau dia masih demam sampai besok , bisa bisa Al akan semakin memanjakannya ."
Bruk...
Benar benar tidak memiliki rasa iba dan simpati kepada sesama manusia pada umumnya . Matthew melempar tubuh Peony begitu saja ke atas hamparan kasur yang empuk di ruangan tersebut .
Pria arogan itu menatap Peony yang tidak terbangun . Tentu saja tidak terbangun karena dia sedang pingsan . Matthew menyimpan kedua tangannya di saku celananya dan menatap malas ke arah tubuh Peony .
"Yang di luar ." Matthew memanggil seseorang yang ada di luar kamar Peony .
"Kami ,Tuan ."
"Ke sini dua orang ."
"Baik , Tuan ."
Matthew masih belum mengalihkan pandangannya dari tubuh Peony yang baru saja dia lempar ke atas ranjang .
Pria itu memandang wajah Peony yang sedikit memerah karena demam tinggi .
"Saya kepala pelayan bagian sini ,Tuan ."
Matthew menoleh singkat ." Panggilkan dokter khusus mansion ini , obati dia . Buat dia sehat besok pagi . Dia tidak boleh demam besok pagi , paham ."
"Paham ,Tuan . Saya akan segera ajukan kepada kepala pelayan utama untuk memanggil dokternya ."
Matthew menoleh..
secara kamar kan ad cctv nya
aku suka Thor Matt tersiksa
karena benci dan cinta itu terlalu tipis
bujang lapuk kah si Matthew thor
secara dia bilang dadanya masih rata