Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba-tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi tunangan dari saudari tiri nya- seorang miliarder kaya yang telah di tolak oleh saudari nya karena pria itu cacat.
Terikat oleh perjanjian antar keluarga dan ingin merebut kembali pusat perbelanjaan mendiang ibu nya, membuat Elena setuju untuk menggantikan saudari nya menikah dengan CEO cacat.
Elena tidak menyadari jika diri nya telah melempar batu dan mengambil berlian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Setelah mendengar jika Elena hilang, Malvin pun memutuskan untuk mendatangi kediaman Smith. Tentu nya karena pria itu mencurigai Amanda dan Maya, orang yang sudah jelas tidak menyukai Elena selama ini.
Sudah berkali - kali Malvin menanyakan dimana keberadaan Elena pada ke dua orang tersebut, namun nihil karena ke dua nya tetap mengelak.
Bahkan Maya justru menggunakan kesempatan tersebut untuk berusaha mendekati Malvin, sementara Amanda menjelekkan Elena di depan Malvin.
" Tuan Malvin, kamu tidak perlu khawatir. Elena selalu melakukan hal seperti ini sebelumnya, dia menghilang untuk bertemu dengan pria simpanan nya dan kemudian pulang setelah beberapa hari menghilang. Sejujur nya aku berpikir Elena akan berubah setelah pertunangan nya dengan mu di umumkan namun ternyata gadis itu masih sama seperti dulu ". Kata Amanda dengan nada yang ia buat - buat.
Malvin melayangkan tatapan tajam nya ke arah wanita itu. " satu kata lagi kau menjelekkan Elena di depan ku , nyawa mu tidak akan selamat".
Setelah mengatakan nya, Malvin memberi kode pada Johan dan pergi meninggalkan kediaman Smith.
" Berikan ponsel ku ". Pinta Malvin saat setelah diri nya duduk di kursi mobil.
" Baik tuan ". Johan pun segera menyerahkan ponsel pria itu.
Dan setelah menerima nya, Malvin pun menekan nomor telepon kakek nya.
" Kakek, Elena hilang! Tolong bantu aku untuk menemukan nya ". Pinta Malvin segera, setelah panggilan terhubung dengan Andrian.
Ini adalah pertama kali nya, Malvin meminta bantuan dengan rasa putus asa kepada kakek nya dan Andrian dapat merasakan nya dari telpon.
" Aku sudah berusaha untuk melacak sinyal ponsel nya tapi belum menemukan nya juga sampai sekarang". Sambung Malvin.
" Jangan khawatir, kita akan menemukan nya. Biarkan aku menghubungi teman - teman ku di militer, mereka pandai mencari orang hilang ". Balas Andrian dan panggilan terputus secara sepihak.
Malvin mengepalkan tangan nya. Pria itu hampir kehilangan akal sehat nya. Seseorang berani menculik gadis nya, mereka pasti ingin mati di tangan Malvin.
Setelah berjam - jam penuh penantian, Johan melaporkan jika sinyal ponsel Elena tiba - tiba terdeteksi beberapa mil jauh nya dari kota.
Tanpa ragu, Malvin memerintahkan sopir untuk mengantar nya langsung mendatangi tempat tersebut. Tak lupa Malvin juga membawa polisi ikut bersama nya di mobil belakang.
Sementara itu di tempat lain, Elena tengah merasa ketakutan saat mengetahui para preman telah mendapatkan bayaran tunai terakhir mereka.
Salah satu dari mereka berjalan mendekati Elena dengan sebilah pisau di tangan nya. " Hei... jangan salahkan kami karena kami di bayar untuk membunuh mu, apa kah ada kata - kata terak—".
" Jika kamu mau melepaskan ku, aku akan memberi mu banyak uang. Tunangan ku punya perusahaan dan yang banyak". Kata Elena dengan cemas.
Dia hanya mampu menggunakan Malvin untuk menghindari pria itu agar tidak membunuh nya pada saat itu, karena ia tak tahu harus menggunakan cara apa lagi agar para preman mau melepaskan diri nya.
Para preman itu justru malah tertawa, mendengar perkataan Elena. " Apa menurut mu kami bodoh ? Membiarkan mu pergi itu sama saja dengan memenjarakan kami sendiri".
Elena bingung dan ketakutan, tak menduga jika diri nya akan mengalami hal seperti ini di dalam hidup nya. Bagaimana ia bisa melarikan diri dari para preman itu ?.
" Kalian tidak tau? Malvin Kevlar Narendra adalah tunangan ku, orang paling berkuasa di kota ini, dia sangat mencintai ku. Apa menurut kalian dia tidak akan bisa tau apa yang coba kalian lakukan pada ku?". Kata Elena berusaha menakut - nakuti. " Jika kalian membunuh ku, dia pasti akan mencari tahu siapa pelaku nya dan kalian pasti akan habis di tangan nya".
Para preman itu terlihat ragu, tetapi di saat itu juga suara keras terdengar dan sebuah pintu berhasil di dobrak oleh seorang pria berseragam polisi.
Para polisi itu menerobos masuk dan mulai menangkap satu persatu preman yang ada di dalam ruangan tersebut.
Sementara Malvin menggerakkan kursi roda listrik nya untuk mendekati Elena dan mencoba melepaskan tali pengikat di tubuh gadis itu dengan di bantu oleh seorang polisi.
Elena menghirup napas lega nya dan langsung membawa diri nya ke dalam pelukan Malvin yang saat itu terlihat cemas dari raut wajah nya, sementara mata nya berair.
Elena pun ikut menangis hingga air mata menetes membasahi ke dua pipi nya.
Malvin menarik Elena agar duduk di pangkuan nya dan memeluk gadis nya itu begitu erat.
" Aku di sini dan aku tidak akan membiarkan mu lepas dari pandangan ku lagi ". Bisik Malvin berjanji.
" Terima kasih karena telah menyelamatkan ku ".
Beberapa menit kemudian, Elena ternyata telah terlelap karena kelelahan nya. Gadis itu masih tetap berada di dalam pangkuan Malvin dan dengan jelas dapat mendengar detak jantung Malvin.
Elena terlihat nyaman dan tak ingin pergi dari posisi nya saat ini.
Hal yang wajar jika Elena terlelap, mengingat gadis itu telah berjam - jam berada di dalam ketakutan dan Elena kini merasa aman di dalam pelukan Malvin.
" Tuan, mobil sudah siap. Kita pulang sekarang?". Tanya Johan dengan sopan.
" Ah ya, kita pulang sekarang ".
" perlu saya bantu tuan ?". Johan terlihat menatap Elena sebentar lalu kembali menatap ke arah Malvin.
" Tidak perlu, aku bisa sendiri".
***
Di dalam kamar, Malvin mengusap surai panjang Elena yang tengah tertidur di atas tempat tidur nya.
Hati nya terasa sakit saat merasakan tubuh Elena bergetar .
" Mulai sekarang, kamu akan tinggal bersama ku. Setiap detik kamu jauh dari ku, aku akan seperti orang gila ". Kata Malvin lirih.
Tok!
Tok!
Tok!
Terdengar sebuah ketukan pintu membuat Malvin menoleh. " masuk".
Johan membungkukkan badan nya sebentar setelah masuk. " maaf tuan, pak Kevin sedang menunggu anda di ruang kerja anda ". Kata Johan melapor.
" Aku akan ke sana ".
Johan menganggukkan kepala nya lalu keluar dari kamar.
Sementara itu Malvin berpamitan pada Elena dan meninggalkan gadis nya itu untuk menemui Kevin.
***
" Apa kau sudah tau siapa yang melakukan ini semua ?". Tanya Malvin menggerakkan kursi roda nya dengan cepat, mendekati Kevin.
" Belum, yang ku ketahui saat ini hanya telepon itu berasal dari kediaman Smith". Kata seorang penyidik yang telah bekerja untuk Malvin. " Dan aneh nya para preman juga tidak mengetahui siapa yang telah membayar mereka". Sambung Kevin lagi.
Kevin Aprilio seorang penyidik yang bekerja pada Malvin untuk menyelidiki kasus kecelakaan nya dulu yang hampir merenggut nyawa nya.
Malvin menyipitkan mata nya dan menatap keluar jendela.
Seseorang berani menculik Elena, meski pun dia telah mengumumkan jika Elena adalah tunangan nya. Hanya sedikit orang yang berani melakukan hal seperti itu.
" Bagaimana dengan keluarga Hamilton? Apa kau yakin mereka tidak terlibat dalam hal ini ?".
" Sayang nya tidak, karena aku sudah memeriksa mereka. Ini tidak ada hubungan nya dengan keluarga Hamilton. Mereka belum mengambil tindakan akhir - akhir ini, aku yakin mereka tau kita sedang mengincar mereka. Yang jelas ibu tiri dan saudari tiri nya yang berada di balik ini semua, tetapi kita belum menemukan bukti untuk membuktikan jika mereka pelaku nya ". Kata Kevin pelan, menelan ludah nya dengan susah payah saat menyadari hawa di sekitar terasa mencekam.
Bahkan pria itu mengeluarkan keringat di dahi nya sebagai respon terhadap aura mengancam yang terpancar dari Malvin.
" Tetap awasi masalah ini semua, dan aku juga memerlukan bukti untuk mengusir orang - orang bodoh yang ada di perusahaan. Sementara untuk preman yang di tangkap hari ini, aku ingin mereka membusuk di penjara ". Perintah Malvin dengan tegas.
Ketika memikirkan keadaan Elena saat gadis itu di temukan, kemarahan langsung melanda diri nya.
Wajah nya bengkak dan ada luka di bibir nya, Malvin merasa ada yang meremas hati nya.
Leo tidak bersama Elena saat gadis itu di culik, karena Elena sendiri mengatakan jika diri tidak butuh di jaga. Dan dengan bodoh nya Malvin mengiyakan permintaan Elena yang tidak ingin di jaga itu, setelah hal ini terjadi, Malvin berjanji akan memperkuat keamanan di sekitar Elena.
" Aku akan pergi, banyak tugas yang harus aku selesaikan". Kata Kevin beranjak dari duduk nya.
" Pastikan mereka di tampar lebih dari seratus kali karena berani menyentuh gadis ku ". Kata Malvin sebelum Kevin pergi dari ruangan nya.
***
Malvin mendorong kursi roda nya menuju kamar di mana Elena berada. Ketika pria itu menutup pintu kamar Elena. Malvin mendapati tangan Elena mengayun - ngayun di udara. Dari mata nya yang tertutup keluar air mata.
" Tolong lepaskan aku! Jangan sakiti aku... jangan bunuh aku". Teriak Elena.
Malvin mengerutkan dahinya, mencermati apa yang tengah terjadi. Pria itu segera menggerakkan kursi roda nya saat menyadari jika Elena tengah mengalami mimpi buruk dan mengigau.
Jantung nya berdegup kencang dan terasa seperti ada yang menusuk nya dengan ribuan jarum. Elena pasti sangat ketakutan hingga terbawa mimpi.
Andai jika mereka terlambat datang satu menit saja, para preman itu pasti sudah berhasil membunuh Elena. Merasakan saat diri nya kehilangan Elena saja sudah membuat Malvin gila.
Pria itu mengulurkan tangan nya dan meraih tangan mungil Elena. " tidak ada seorang yang akan menyakiti mu, Elena. Aku di sini... aku akan melindungi mu".