Pernikahan Impian. Itulah yang di harapkan oleh Kirana Amanda akan rumah tangganya bersama Rasya Adilla Ibrahimi. Namun nyatanya, Pernikahan yang dia Impikan tak sesuai dengan yang ia harapkan. Pria yang sejak awal menjadi penguatnya justru menjadi suami yang selalu membuatnya makan hati hampir setiap waktu.
Akankah Kirana mampu bersabar dengan sang suami yang belum selesai dengan masa lalunya itu? Atau Kirana akan mengambil sikap atas pernikahan Impiannya?
•••••
"Tolong beri aku satu kesempatan sekali lagi. Kali ini aku berjanji akan memperbaiki pernikahan yang kamu impikan selama ini." Rasya Adilla Ibrahimi
"Andai kamu ingkar janji, Tolong izinkan aku membangun pernikahan Impian bersama pria lain.." Kirana Amanda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolak Cerai
"Aku pulang ya? " Erland berpamitan setelah di ajak makan malam dan berbincang sebentar bersama Kirana.
"Assalamualaikum...
"Waalaikum salam... Hati-hati.." Erland hanya tersenyum dan masuk ke dalam mobilnya. Sebenarnya pria itu masih ingin berlama-lama. Hanya saja Erland tidak enak karena ada suami dari Kirana. Erland cukup sadar diri untuk itu.
Meski ia menyimpan rasa terhadap Kirana bukan berarti dia akan merusak rumah tangga wanita itu. Masalah kecil atau besar dalam rumah tangga itu hal yang sudah sangat biasa. Mungkin saja mereka sedang bertengkar atau punya masalah. Tapi bukan berarti Erland berhak ikut campur.
Kirana melambaikan tangan ke arah Erland dengan senyum merekah. Setelah Erland pulang Kirana kembali masuk. Dia berpapasan dengan Bu Sia yang hendak pulang.
"Nduk, Tadi bunga mawarnya sudah Ibu siapkan.. Sekarang ibu pamit pulang dulu ya.." Wanita paruh baya itu akhirnya pulang.
"Hati-hati bu..
"Iya..
Sepulangnya Bu Sia, Kirana menutup pintu. Wanita itu mencari di mana Bu Sia meletakkan beberapa tangkai bunga mawar yang baru sore tadi ia petik. Bunga itu masih terlihat sangat harum dan segar.
Kirana meraih vas dengan air yang telah menguning itu dan menggantinya dengan yang baru.
Kirana mulai memasukan satu persatu tangkai bunga itu ke dalam Vas. Bibirnya yang indah bersenandung mengeluarkan suara Kirana yang cukup merdu juga.
"Apa pria itu sering datang kemari dan ikut makan malam bersamamu? " Suara Rasya memecahkan fokus Kirana. Belum juga sempat Kirana menjawab Rasya kembali berkata..
"Aku perhatikan dia sangat perhatian padamu.." Kirana masih tak menjawab. Wanita itu meletakkan bunga itu di tempatnya lalu menatap Rasya dengan senyum tipisnya.
"Iya, Dia sangat perhatian padaku.. Sangat cocok denganku yang kurang perhatian ini.. " Kirana duduk, Ia membuka kotak martabak manis yang Erland bawa sebagai oleh-oleh tadi.
"Tapi tidak seharusnya kau merespon dia seperti tadi lalu mengabaikan ku.. " Kirana menghela nafas dan meletakkan martabak yang baru satu kali ia gigit itu. Rasa enak martabak tersebut mendadak hambar di lidahnya karena perkataan Rasya.
Kirana beranjak dari duduknya. Ia pergi ke dapur dan meletakkan martabaknya di lemari es. Kirana juga minum agar tenggorokannya tidak mengering.
Rasya menyusul istrinya yang tak kunjung kembali. Di dapur pun Kirana tidak ada..
"Kemana dia?" Rasya tahu kalau Kirana pergi ke dapur tapi saat di susul istrinya itu tidak ada.
Mata Rasya teralihkan pada pintu belakang yang terbuka. Merasa penasaran Rasya menuju ke arah pintu itu.
Matanya merasa takjub begitu dirinya di sambut oleh pemandangan yang begitu indah. Bagaimana tidak? Terdapat halaman yang luas di sana dengan tanaman bungan mawar. Aroma bunga mawar itu menguar di indra penciumannya. Dengan sinar lampu dan rembulan menambah kesan bunga yang baru mekar itu.
Rasya terdiam beberapa saat. Ia sekarang ingat kalau Istrinya sangat menyukai bungan mawar. Pria itu ingat dulu ketika Kirana meminta izin ingin menanam bibir bunga mawar yang langsung di tolak oleh Rasya dengan alasan karena halaman luas itu milik Nadia dan berhak di tanami bunga Lily, Bunga kesukaan Nadia.
Ya Allah, Sudah sebesar apa luka yang ia ciptakan untuk Kirana. Atensi Rasya teralihkan begitu ia mendengar suara.
"Rasya ada di sana?
"Iya Umma.. Dia ada disini..
"Kamu kapan pulang sayang? Umma kangen nih." Kirana tersenyum, Ia sangat bersyukur mempunyai mertua yang baik tapi yang tidak baik adalah pasangannya.
"Kiran gak tahu kapan pulangnya.. Kirana lebih betah berada disini.." Apa yang di katakan Kirana memang benar. Ia lebih betah berada disini. Tempat ini selain sejuk juga menenangkan.
Rasya duduk di samping sang istri.
"Sudah ya Umma, Kiran tutup dulu telfonnya..
"Iya sudah.. Jaga diri baik-baik ya sayang.. Assalamualaikum..
"Waalaikum salam...
Kirana menutup panggilannya dengan sang ibu mertua. Ia hendak bangkit namun pergelangan tangannya di cekal oleh suaminya.
"Mau kemana?
"Mau tidur, Ini sudah malam.." Kirana berusaha melepaskan cekalan tersebut namun semakin berusaha semakin erat Rasya genggam.
"Lepas.. Kau menyakitiku!! Aaaa...
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Rasya meraih tubuh Kirana ke dalam gendongannya.
"Turunkan aku Rasya!
"Sejak tadi kau selalu menghindar.. Dan sekarang kita harus selesaikan!..
.
.
.
Rasya merebahkan tubun Kirana di atas tempat tidur. Kirana berdecak kesal ia hendak bangkit kembali namun Rasya menarik tangannya membuat Kirana terjatuh di atas ranjang tersebut.
"Maumu apa sebenarnya? " Kirana menatap tajam suaminya ini. Dia datang ke kota ini hanya ingin menenangkan diri sebelum Kirana membuka semuanya di hadapan orang tuanya. Kedua mertuanya sudah tahu dan Kirana cukup merasa bersyukur karena dia tidak perlu menjelaskan apapun kepada ayah dan ibu mertuanya.
"Aku hanya ingin bicara padamu tapi sejak tadi kau terus menghindar Kirana.. " Rasya menggusar rambutnya seolah merasa frustrasi. Dengan cara apalagi ia harus membujuk istrinya itu.
"Lagi pula apa yang harus di bicarakan? Tidak ada yang perlu kita bahas atau kita bicarakan.. Aku capek mau istirahat. Aku lelah karena seharian harus bekerja.. " Dia ingin tidur dengan lelap tapi Rasya merusak agenda tidurnya.
"Tapi kita harus bicara Kirana. Ini tentang rumah tangga kita.." Kirana tersenyum sinis. Rumah tangga kita katanya?
"Rumah tangga? Rumah tangga yang mana? Aku rasa rumah tangga ini akan selesai di pengadilan.." Rasya mendadak emosi mendengar kata pengadilan itu. Pria itu memejamkan matanya mencoba menahan gejolak yang tengah bergemuruh saat ini.
"Kirana.." Rasya menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya.
"Tolong jangan bicara tentang cerai lagi. Karena kita tidak akan pernah bercerai.." Ucap pria itu dengan penuh penekanan.
"Jangan egois kamu! Emangnya aku mau bertahan sama pria yang belum selesai masa lalunya seperti kamu! Kamu mau bu-nuh aku secara perlahan dengan sikap kamu yang dingin dan gak bisa di sentuh itu.. " Kirana terkekeh. "Ohya, Aku lupa.. Yang bisa nyentuh kamu itu kan cuma Nadia sama keluarganya.. Aku ini apa? Cuma orang asing yang mencoba masuk dalam dalam kehidupan kamu lewat orang tua kita.." Panjang lebar Kirana bicara namun Rasya mencoba bersabar. Wanita jika sudah di sakiti ya, begini. Akan sulit di raih kembali dan suka mengungkit-ungkit. Kalau perlu sampai kiamat pun akan selalu di bahas.
Sabar, Namanya juga menghadapi ras terkuat di bumi. Salah tidak salah harus tetap minta maaf..
"Okey, Aku minta maaf untuk semuanya.. Aku tahu aku salah dan aku mulai menyesali semuanya.." Ungkap Rasya dengan nada suara yang rendah.
"Baru mulai menyesal? Bukan menyesal kan?" Pria itu memejamkan matanya. Astagaaa... Salah lagi.
" Sungguh aku menyesali semuanya Kirana. Dan aku datang kesini ingin menyelesaikan masalah yang membuat rumah tangga kita renggang sebelumnya.." Kata Rasya mencoba melembutkan ucapannya berharap Kirana akan segera luluh.
"Sudah di bilang masalah kita akan selesai di persi..
"Tidak akan ada persidangan Kirana. Kita tidak akan cerai titik! " Mata Rasya kembali terpejam seraya mengatur emosi nya.
"Sekarang kau istirahatlah.. Jangan begadang. Tidak baik untuk ibu hamil.." Rasya hendak mengusap pucuk kepala sang istri namun Kirana segera berlalu. Rasya tersenyum tipis kemudian keluar dari kamar tersebut.
.
.
.
TBC