NovelToon NovelToon
Pewaris Dewa Perang

Pewaris Dewa Perang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: Junot Slengean Scd

Langit di atas Lembah Seribu Pedang selalu berkabut, seolah-olah para roh pedang zaman kuno sengaja menutupinya dari mata dunia luar. Di balik kabut itu, terdapat sebuah lembah yang luas, terjal, dan dipenuhi bangunan megah terbuat dari batu hitam. Di puncak-puncak tebingnya, ratusan pedang kuno tertancap, bersinar samar seperti bintang yang tertidur. Konon, setiap pedang telah menyaksikan darah dan kemenangan yang tak terhitung jumlahnya sepanjang ribuan tahun sejarah klan ini.

Di tempat inilah, klan terbesar dalam benua Timur, Klan Lembah Seribu Pedang, berdiri tegak sebagai simbol kekuatan, kejayaan, dan ketakutan.

Klan ini memiliki struktur kekuasaan yang ketat:

Murid luar, ribuan pemula yang menghabiskan waktunya untuk latihan dasar.

Murid dalam, mereka yang telah membuktikan bakat serta disiplin.

Murid senior, para ahli pedang yang menjadi pilar kekuatan klan.

Murid elit, generasi terpilih yang berhak memegang pedang roh dan mempelajari teknik pamungkas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB.27 Kembalinya Patriak Asli Lembah Seribu Pedang

Suasana lembah suci hening… hanya desiran angin dan aroma debu reruntuhan yang tersisa setelah pertempuran.

Di tengah altar yang retak, Xio Tian berdiri tegak, jubahnya berkibar diterpa angin spiritual.

Tatapan matanya tajam menembus waktu, menatap reruntuhan yang dulu merupakan tempat suci klan mereka.

“Yumeng… pengkhianat rendah itu…!”

Ledakan aura Ranah Dewa Ilahi memancar dari tubuh Xio Tian, membuat seluruh lembah bergetar. Batu-batu melayang, udara menderu kencang. Para murid dan tetua yang tersisa terjatuh berlutut, tak berani menatap wajah sang patriak sejati.

“Selama aku bernafas, nama pengkhianat itu akan terhapus dari dunia ini!”

“Klan Lembah Seribu Pedang tidak akan dibiarkan ternoda!”

Xio Lun berdiri di belakangnya, wajahnya serius, namun matanya menahan emosi yang bergolak.

“Kakek, Yumeng sudah mati di tanganku. Tapi… ada hal yang belum selesai.”

Xio Tian menatap cucunya. Aura amarah di wajahnya perlahan mereda, digantikan kesedihan mendalam.

“Benar… ibumu, Lunting… dan ayahmu, Xio Wu…”

Beberapa jam kemudian, semua tetua yang tersisa dan para murid yang masih hidup dikumpulkan di depan altar utama.

Di hadapan mereka, berdiri dua sosok yang kini menjadi simbol hidup klan — Patriak Xio Tian dan Patriak Muda Xio Lun.

Xio Tian membuka matanya perlahan.

“Kalian semua… saksikan. Hari ini, aku ingin mendengar seluruh kebenaran tentang kematian anakku Xio Wu, dan hilangnya menantuku, Lunting. Tak ada yang berani menyembunyikan satu kata pun!”

Suara patriak menggema seperti petir di lembah.

Tak ada yang berani bicara. Beberapa murid menunduk ketakutan. Hingga salah satu tetua termuda, Tetua Hanmu, maju perlahan.

“Patriak… setelah Tuan Xio Wu terbunuh, Yumeng menuduh bahwa itu akibat misi klan yang gagal. Kami semua… kami tidak punya bukti lain. Segel lembah suci juga dilarang dimasuki, kami takut…”

“Takut?” — potong Xio Tian dengan dingin. “Takut pada pengkhianat? Klan ini dibangun di atas keberanian!”

Hanmu berlutut, gemetar, darah mengalir dari dahinya saat ia menunduk terlalu dalam.

“Ampuni saya, Patriak… Yumeng memerintahkan siapa pun yang mempertanyakan kematian Xio Wu untuk dibungkam! Bahkan beberapa tetua senior… mereka dibunuh diam-diam!”

Seketika udara berubah mencekam. Aura dingin menyelimuti ruangan.

Salah satu murid elit, Ling Rou, berdiri dengan tangan bergetar. Ia membawa sebuah benda yang terbungkus kain lusuh — potongan jimat perak, bekas segel pelindung.

“Patriak… ini… saya menemukannya di balik gua rahasia di puncak timur lembah. Ada ukiran lambang klan Bintang Langit di dalamnya. Saya pikir itu hanya benda kultifasi, tapi setelah Yumeng tewas, saya sadar ini bukti… kolaborasi mereka.”

Xio Tian menatap jimat itu, lalu melemparkannya ke udara.

Dengan satu tatapan, jimat itu hancur berkeping. Dari serpihan itu keluar aura dingin bercampur energi bintang — bukti tak terbantahkan keterlibatan Klan Bintang Langit.

“Jadi benar… anakku dibunuh bukan hanya oleh pengkhianat di dalam, tapi juga oleh tangan asing dari Barat.”

Xio Lun mengepalkan tinju, matanya merah darah.

“Dan ibuku… apa yang terjadi padanya?”

Hanmu menunduk dalam.

“Setelah Tuan Xio Wu gugur, Nyonya Lunting… mencoba mencari kebenaran. Tapi dia dibuntuti oleh dua tetua pendukung Yumeng, Tetua Jiu dan Tetua Feng. Kami menemukan bekas pertempuran di Lembah Timur… dan hanya selendang merahnya yang tersisa.”

Xio Lun terdiam. Tangannya bergetar.

Pedang Kegelapan di pinggangnya berdesing lirih, seperti ikut merasakan amarah pemiliknya.

Xio Tian menutup matanya sejenak, menenangkan diri.

“Lunting bukan wanita lemah. Ia pernah menjadi murid langsung dari kuil Bunga Es di Benua Selatan. Kalau dia tidak ditemukan… itu artinya dia masih hidup.”

Xio Lun menatap kakeknya.

“Kau yakin, Kek?”

“Aku mengenal semangatnya. Ia tidak akan mati sebelum tahu siapa pembunuh suaminya.”

“Mulai hari ini, kita akan mencari jejaknya. Namun jangan gegabah. Dunia luar telah berubah. Klan Bintang Langit pasti sudah mencium kebangkitan kita.”

Xio Tian memejamkan mata sejenak, menatap ke langit yang mulai memerah senja.

“Sebelum kita bergerak, kita harus mengembalikan kekuatan lembah. Aktifkan kembali Formasi Naga Pedang Abadi. Hanya dengan itu kita bisa bertahan dari badai yang akan datang.”

Malam itu, di depan altar leluhur, seluruh tetua dan murid berkumpul.

Xio Lun berdiri di tengah lingkaran, memegang dua pedang: Pedang Kegelapan di tangan kanan dan Pedang Asal Naga di tangan kiri.

Xio Tian berdiri di belakangnya, menempatkan telapak tangan di pundak cucunya.

“Darahmu adalah darah naga, dan darah anakku. Hari ini, sumpah ini akan mengikat leluhur dan keturunan.”

Cahaya merah darah muncul di antara dua pedang.

Xio Lun mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan berseru:

“Demi darah yang telah tumpah, demi nama yang dicemarkan,

aku, Xio Lun, bersumpah atas nama leluhur!

Akan kutemukan ibuku, akan kubalas kematian ayahku,

dan akan kutegakkan kembali kehormatan klan ini sampai ujung dunia!”

Langit menjawab dengan petir biru yang membelah langit malam.

Bunga-bunga pedang di lembah bergetar serempak, mengeluarkan cahaya spiritual.

Formasi Naga Pedang Abadi pun aktif kembali, memancarkan simbol naga yang menjulang tinggi ke langit — pertanda bahwa Klan Lembah Seribu Pedang telah bangkit dan bersumpah untuk membalas darahnya.

1
Nanik S
di Cerita ini harusnya kata subuh tidak ada Tor
Nanik S
Peta
Nanik S
Siap Balas Dendam
Nanik S
apakah Xiao Lun akan dilenyapkan
Nanik S
Awal yang menarik
Ibad Moulay
Pengawal Timur
Ibad Moulay
Lorong Batu
Ibad Moulay
Formasi Penyegel Darah
Ibad Moulay
Penjaga Kuno
Ibad Moulay
Kuil Bayangan
Ibad Moulay
Menara Langit Ilahi
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Gerbang Bintang
Ibad Moulay
Pusaran
Ibad Moulay
Jalur Utara
Ibad Moulay
Penjaga
Ibad Moulay
Ledakan
Ibad Moulay
Altar
Ibad Moulay
Cahaya Putih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!