Prince And Princess Of The Dandelion Kingdom

Srak! Srararak!

Jegar!

Zrasshh!

Suara daun yang bergesekan karena angin yang kencang, petir menggelegar, dan hujan yang sangat deras membuat Raja Finn dan rombongannya terpaksa berlindung di gua. Raja Finn telah menyalakan api unggun menggunakan spirit api yang berdiam di dalam cincinnya.

Raja Finn dan para ksatria duduk melingkar mengelilingi api unggun itu. Tidak ada yang bersuara di antara mereka, semuanya terdiam, mungkin juga semuanya kelelahan karena perjalanan yang jauh ini.

Sementara itu, Aegis sedang menyusuri Padang Kaktus yang indah, tapi badai di sana jauh lebih buruk. Hujan es turun sangat deras dengan ukuran es yang tidak normal. Raja Finn bisa melihat dengan jelas apapun yang dilihat Aegis melalui telepati. Lalu, tidak berapa lama, tampak sekawanan beruang berbulu hijau setinggi sepuluh meter sedang berlindung di oasis.

Ada oasis di tengah Padang Kaktus itu, tapi daripada oasis, mungkin tempat itu lebih pantas untuk disebut sarangnya Beruang Hijau. Beruang Hijau adalah hewan yang telah dianggap punah sejak seratus tahun lalu. Raja Finn dan Aegis terperanjat kaget.

"Beruang Hijau..." gumam Aegis terpesona.

"Ternyata mereka masih hidup. Hutan Bayangan melindungi keberadaan mereka dari kejaran Penyihir Hitam," sambung Aegis.

Beruang Hijau adalah hewan yang baik, bulu mereka berwarna hijau dan selembut kapas, sorot mata mereka tajam dengan pupil mata yang bulat dan irisnya berwarna kecokelatan. Mereka dikenal sebagai hewan yang bisa bertahan di cuaca dingin dan panas ekstrim. Beruang Hijau sangat ramah dan jinak dengan manusia, meski penampilan mereka sangat besar. Sayangnya, bulu mereka diburu oleh Penyihir Hitam untuk dijadikan bahan tambahan membuat ramuan dan disalahgunakan. Bulu Beruang Hijau dikenal ajaib, setiap helainya bisa digunakan untuk mengontrol orang lain, namun juga bisa digunakan untuk mengobati penyakit psikis.

Dahulu Beruang Hijau hidup bebas di alam Dandelion, mereka berbaur dengan masyarakat dan berteman baik. Orang yang mengalami gangguan psikis, keadaannya bisa langsung membaik bahkan hanya dengan memeluk Beruang Hijau. Untuk beberapa kasus parah, biasanya barulah mereka meminum ramuan pemulih dari bulu Beruang Hijau untuk mengobati psikis yang terluka. Itulah mengapa seratus tahun lalu, tidak ada kasus bunuh diri dan masalah penyakit psikis bisa diobati dengan baik, bagian penanganan jiwa bahkan menjadi yang tersepi di Menara Medis.

Suatu hari, tsunami yang sangat besar muncul dan membuat semua orang kehilangan banyak hal, termasuk Beruang Hijau yang diduga sudah mati. Raja dan masyarakat Dandelion saat itu tidak pernah menemukan Beruang Hijau lagi, bahkan tidak pernah ditemukan bangkainya. Tidak ditemukannya bangkai Beruang Hijau dimaknai sebagai tanda bahwa Beruang Hijau telah punah karena tsunami, entah tubuh mereka hanyut terbawa sampai laut, atau hancur tenggelam dan dimakan hiu. Tidak ada yang pernah menduga kalau Beruang Hijau ternyata masih hidup.

"Ternyata mereka masih hidup..." gumam Raja Finn senang.

Para ksatria mendengar gumaman itu, tapi mereka segan bertanya, sebab mereka tahu bahwa Raja Finn saat ini sedang bicara dengan Aegis, pelindung sucinya.

"Bagaimana, Finn? Haruskah kudekati mereka?" tanya Aegis.

"Tidak. Biarkan mereka. Saat ini kita sedang fokus mencari Bukit Harapan. Kita bahas nanti saja soal Beruang Hijau," jawab Raja Finn melalui telepati.

"Baiklah." jawab Aegis mantap.

Kali ini Aegis terus maju dan meninggalkan kawanan Beruang Hijau di sana. Sejauh Aegis menyusuri wilayah itu, yang dilihatnya hanya ada kaktus, pohon jeruk dan plum yang tumbuh sembarangan. Buahnya lebat-lebat dan ukurannya besar-besar, terutama jeruknya yang sebesar semangka.

Cuaca di sana juga ekstrim, hujan es terus turun, bahkan semakin deras. Angin kencang dan tidak ada tanda-tanda mau berhenti. Setelah ratusan meter dari oasis tadi, Aegis melihat oasis lain. Oasis itu lebih besar daripada Oasis Beruang Hijau. Di sana tampak hewan yang belum pernah dilihat oleh Aegis maupun Raja Finn di Dandelion.

Hewan itu berbentuk seperti kuda, warna bulunya putih, ekornya panjang berwarna kombinasi merah muda dan ungu, dan mereka punya sayap yang besar. Saat hewan-hewan itu menyadari kedatangan Aegis, mereka serentak mendongak ke langit. Tiba-tiba badai es tadi menghilang begitu saja, cuaca mendadak cerah dan pelangi muncul dengan indahnya. Aegis terpukau.

"Ini keren, Finn. Mereka sepertinya pegasus!" seru Aegis senang.

"Kau benar. Hutan Bayangan ternyata benar-benar indah, dia menyimpan banyak misteri." ucap Raja Finn dari telepati.

"Bukankah pegasus hanya ada di dongeng? Aku tidak menyangka hewan ini nyata," sahut Aegis kagum.

Aegis berjalan mendekati pegasus-pegasus yang sedang mendongak ke langit itu. Lalu, belum genap Aegis mendekat, tiba-tiba sebuah bukit muncul tidak jauh darinya. Bukit itu tidak terlalu tinggi, di depannya tampak dua pohon plum berjejer membentuk seperti gapura, mendadak jalan kecil pun juga muncul, seolah mempersilakan Aegis untuk jalan menyusurinya. Aegis terperangah takjub.

Pegasus-pegasus itu terbang rendah menyusuri jalan kecil dan mereka mengarah langsung ke bukit. Aegis mengekori mereka yang telah masuk ke dalamnya. Dari jarak seratus meter, sudah tercium aroma wangi dari buah persik, dan tampak cahaya lembut berkilau mengelilingi bukit itu.

Sayangnya, saat Aegis tiba di depan dua pohon plum yang berjejer membentuk gapura, tiba-tiba bukit itu menjauh. Aegis lalu mencoba mendekat, namun bukit itu kembali menjauh. Seolah ingin dikejar.

Aegis kebingungan.

Saat itulah pandangan Aegis berubah menjadi lain, dia tiba-tiba seperti mendapat penglihatan dari tempat yang berbeda. Telepatinya dengan Raja Finn terputus.

"Wahai Singa, aku tahu niatmu baik. Tapi, aku tidak mengizinkanmu masuk tanpa tuanmu. Bawalah dia ke Oasis Kucing Biru, maka dia akan mendapatkan yang dia inginkan." demikian suara lembut itu berakhir.

Aegis bisa melihat wajah orang itu, dia berwajah cantik dengan mahkota di kepalanya. Tampak sangat berwibawa, dan tubuhnya sangat kecil. Paling hanya sebesar jari telunjuk. Dia memakai gaun pendek selutut yang kelihatan seperti kelopak bunga matahari. Di punggungnya pun ada sayap kecil yang membantunya terbang.

"Apa kau peri?" tanya Aegis takjub.

Wanita itu tersenyum lembut. "Kau bisa memanggiku seperti itu jika mau," katanya.

Lalu dalam sekejap, Aegis kembali pada penglihatan normalnya. Tidak ada lagi peri itu, bukit itu pun juga telah hilang, dan telepatinya dengan Raja Finn kembali tersambung.

"Aegis, apa yang terjadi? Kenapa kau tidak meresponku? Apakah telah terjadi sesuatu?" tanya Raja Finn cemas.

"Tidak. Aku baik-baik saja, Finn. Aku akan kembali ke gua sekarang. Aku sudah menemukannya, bukit itu." jawab Aegis senang.

Raja Finn sangat senang mendengarnya. "Kerja bagus, Aegis." pujinya.

Setelah itu, Raja Finn mematikan api unggun.

"Segera pasang perisai pelindung jingga kalian. Kita akan melanjutkan perjalanan ke Bukit Harapan yang telah ditemukan Aegis." titah Raja Finn pada para ksatria.

***

Hai, ini penulis! Mohon maaf karena kemarin lagi-lagi telat upload. Semalam di sini mati lampu seharian, baru hidup banget ini, dan sinyalnya jadi gangguan sehingga sulit buat upload. Sebagai gantinya, aku bakalan upload episode selanjutnya besok! Sampai jumpa!