Hidupku bahagia, meski harus tinggal di rumah sederhana. Apalagi ada dua anak kembar yang tampan mempesona, meski aku tak tahu siapa bapaknya. Aku hanya ingat ada tato kepala naga di tengkuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
"Dimana Zayn dan Zayden? Jangan jadikan mereka alasan atas yang kamu lakukan saat ini," kesal sekali rasa hati Helena saat ini.
"Aku juga tak tahu," jawab Hayden.
"Aku tak percaya," sergah Helena.
"Zayn, Zayden," mata elang Hayden menelusuri seluruh kamar.
Hayden menaikkan sudut bibirnya ke atas walau Helena tak melihat.
"Hei boy's...," seru Hayden.
Zayn dan Zayden keluar dari walk in closet dengan wajah menunduk. Takut akan amukan singa betina yang menatap tajam ke arah mereka.
"Duduk!" suruh Helena.
"Siapa yang bisa jelaskan?" tuntut Helena.
"Kita hanya ingin Dad dan mama bisa segera bersama. Itu saja kok," jelas Zayden.
"Tapi bukan begitu caranya sayang," kata Helena.
"Kenapa tak bisa?" tanggap Zayden.
"Karena kita bukan suami istri," imbuh Helena agar kedua putranya paham jika yang dilakukan mereka itu salah.
"Kalau bukan suami istri, kenapa kita bisa lahir?" pertanyaan yang menohok keluar dari bibir mungil Zayn.
Tak mungkin bagi Helena menjelaskan semua yang terjadi malam itu pada kedua bocil itu.
Hayden duduk jongkok di hadapan mereka berdua.
"Dad lah yang paling salah di sini. Lama sekali menemukan kalian. Harusnya saat mama kalian hamil, Dad harus menemani. Tapi itu tidak Dad lakuin. Kalian mau kan maafin Dad?" harap Hayden.
Keduanya mengangguk kompak.
"Untuk itu, Dad mau nebus semuanya. Apa kalian mau?"
"Dengan apa?" sela Zayn.
"Ijinkan Dad menikahi mama kalian," Hayden meminta restu entah yang keberapa kalinya.
"Dad, bukannya dari kemarin kita setuju. Katanya hari ini Dad mau menikah sama mama?" seru Zayden dengan enteng seolah menikah itu semudah membalik telapak tangan atau membuka sebuah pembungkus jajanan lantas dimakan.
"Maunya Dad begitu, tapi mama kalian menolak," ungkap Hayden.
"Sayang, Zayn dan Zayden. Mama sama Dad akan bahas itu. Tapi sebaiknya kalian segera siap-siap," kata Helena yang tak ingin Zayn dan Zayden membahas masalah orang dewasa.
"Siap-siap?" jawab keduanya.
"Iya, siap-siap sekolah," terang Helena.
"Yaelah Mah, kita mau sekolah di mana? Bukannya jauh?" ucapan Zayn membuat Helena tepuk jidat.
Rencana awal kan Helena mau mengajak mereka berdua dan Bi Ijah menghindari Hayden dan orang-orangnya.
Terdengar ketukan pintu kamar.
Zayn dan Zayden menghambur keluar saat pintu kamar utama dibuka oleh Dadnya.
Daripada disidang oleh Dad dan mama nya mendingan melarikan diri. Pikir mereka berdua.
Obrolan serius itupun menguap begitu saja.
"Yaaacchhhh, lepas dech mereka," kata Helena penuh sesal.
"Ada apa Lex?" seru Hayden menyapa Alex alias Parto yang mengetuk pintu.
"Ini kunci mobil beserta ponsel nyonya yang diantar anak buah tuan Harrys semalam," kata Parto.
"Aman?" tukas Hayden.
"Awalnya sih nggak, tapi semuanya sudah kita hancurkan," lanjut Parto menyampaikan laporan.
"Clara?" tanya Hayden.
Helena menghentikan langkah saat Hayden menyebut nama Clara di ucapannya.
"Siap tuan. Dia langsung mengosongkan jadwal saat anda memintanya bertemu," lapor Parto.
"Baiklah,"
"Aku siap-siap," kata Hayden.
Helena mencebikkan bibirnya, saat Hayden kembali masuk kamar.
"Kenapa bibir kamu?" olok Hayden.
"Emang kenapa? Bibir...bibir gue. Masalah?" tukas Helena kesal.
Kesal karena apa, yang jelas kesal karena mendengar jika Hayden akan bertemu Clara.
Hayden melempar sebuah ponsel ke arah Helena.
Dengan sigap Helena menangkap.
"Apa ini?" Helena mengamati barang yang barusan terpegang.
"Wah, ponsel gue. Untung aja pas sekali gue nangkepnya. Kalau hancur, tuan tak suruh gantiin!" Helena mengelus-elus ponsel yang bukan lagi keluaran terbaru itu.
"Daripada ngelus-elus tuh ponsel? Mendingan ngelus-elus gue," ucap Hayden.
"Idih, ogah gue," ucap Helena ngeloyor pergi.
"Eitssss mau kemana?" Hayden menahan lengan Helena yang hendak keluar kamar.
"Ke kamar. Aku takut ada fitnah," seru Helena.
"Makanya biar tak jadi fitnah, kita menikah," balas Hayden.
Hari ini Hayden hendak mengajak Helena untuk ikut dirinya pergi menemui Clara.
"Hhhmmm, anda sudah tahu jawabanku tuan. Dan aku rasa tak perlu mengulangnya lagi," tukas Helena.
"Tidak semudah itu kamu menolakku," ujar Hayden.
"Siap-siaplah. Setengah jam dan tak lebih," suruh Hayden.
"Ogah," tolak Helena yang kesekian kalinya.
"Jangan membuat aku memaksamu Helen. Atau mau aku ajak mandi bersama?" Hayden bersiap hendak menggendong Helena, tapi keburu Helena ngacir duluan.
Hayden terkekeh melihatnya.
Suka sekali menggoda wanita yang menjadi mama anak-anaknya itu meski belum menjadi istri sahnya.
Seberapapun kamu berusaha keras menolakku, maka aku akan tetep mendekat dan mendekat. Niat hati Hayden.
Keempatnya sudah berada di meja makan.
Sebelumnya Hayden sendiri yang mampir ke kamar di mana Helena berada, karena Hayden yakin jika Helena tak akan beranjak jika tak dipaksa.
Dan benar saja Helena belum bersiap saat Hayden menerobos masuk.
"Ngapain?"
"Mandi nggak? Atau kumandiin?" meski telah berbaju rapi, Hayden duduk memepet badan Helena.
"Ngapain sih? Ganggu aja," jawab Helena bersungut.
"Ini perintah, kalau nggak kuangkat kamu ke kamar mandi. Dan aku yang akan mandiin," kata Hayden serius.
Helena menghentakkan kaki karena sebal, tapi tetap saja melaksanakan perintah Hayden.
"Dad, kenapa mama?" tanya Zayn karena Helena lebih banyak diam dan terus saja melotot jika menatap Hayden di meja makan.
"Hhhmmm, sakit gigi kali," canda Hayden.
"Apa mama nggak gosok gigi? Ajak ke dokter dong Dad. Kasihan mama," tanggap Zayden dengan polosnya.
"Suruh mama makan dulu, abis ini Dad ajakin dech ke dokter gigi," ucap Hayden.
Helena diam, karena sebenarnya yang membuat Helena dongkol adalah Hayden memaksanya untuk ikut menemui Clara.
"Dad, kapan kita sekolah? Bosen di rumah mulu," kata Zayn.
"Ntar Uncle Alex yang akan ngurusin. Besok kalian bisa sekolah," tegas Dad.
"Kenapa nggak bilang aku dulu?" Helena lebih berhak memutuskan.
"Sorry aku belum kasih tahu. Mereka berdua tetap sekolah yang sama kok, cuman beda kota." beritahu Hayden.
Helena terkicep, karena memang hanya sekolah itu yang pas menurut Helena.
Padahal sekolah itu milik Hayden juga.
"Oke boy's, Dad sama mama pergi dulu," pamit Hayden ke keduanya.
Dengan santainya, Hayden meraih tangan Helena dan menggandengnya.
"So sweet," olok Zayn dan Zayden melihat Dad dan mamanya.
"Aku nanti di mobil aja," kata Helena dan Hayden duduk serius memperhatikan tab yang dibawanya.
"Tuan, dengar nggak sih?" sela Helena saat Hayden tak bergeming.
"Iya, terus aku musti komen apa? Nyampai aja belum," jawaban Hayden membuat Helena bertambah manyun.
"Kamu ini PMS apa? Sedari bangun tidur ngomel mulu," ucap Hayden membuat Helena melengos ke arah lain.
"Atau?" jeda Hayden.
"Atau apa?"
"Cemburu," Hayden pun terbahak.
"Iisssshhhh sebal gue," gerutu Helena.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Angin kencang membawa debu, apalagi tak ada hujan turun #Maafin author baru bisa up terbaru, karena kesibukan bejibun
Makan nasi sama pete, ditambah sambal terasi #Menunggu memang bikin bete, yang masih di sini terima kasih
Love sekebun dech
🤗💝
lanjut thor...
jngn berharap terlalu tinggi bu..klo jatuh nti sakitnya ga ada obat..hahaha
ingin bls pantun tapi ga bisa thor.../Grin/
bisa nya kasih semangat untuk mu thor...
lanjuuut...