Kisah ini bukanlah tentang perasaan yang timbul karena adanya ketertarikan pada seseorang, melainkan tentang adanya perasaan yang diawali dari kebencian, lebih tepatnya adalah balas dendam.
Semuanya dimulai dari Devano Alian Laxbara, seorang pemimpin geng motor besar sekaligus pengendali teknologi. Dia memiliki sikap dingin, tegas, dan wajah yang nyaris sempurna. Siapa sangka, seorang Vano yang tak ingin terjerumus ke dalam percintaan kini seketika berubah saat bertemu Azzura Hasnal Alexander, gadis yang dikenal ramah dan ceria, namun ternyata menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Ia sengaja mendekati Vano dengan alasan balas dendam melalui pembunuh bayaran. Seiring berjalannya waktu, ia malah terlanjur jatuh cinta berkali-kali sehingga ia lupa dengan rencana balas dendamnya, yang pada akhirnya ia masuk ke dalam perangkapnya sendiri.
Vano yang curiga akhirnya mengetahui bahwa Zura, yang selama ini ia prioritaskan, ternyata ingin menghancurkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidaAlhasyim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZURA PINGSAN
Suara dentuman musik semakin memekakkan telinga. malam itu semua orang menikmati momen yang menurut mereka sangat menyenangkan. berbeda dengan gadis yang sekarang sedang menahan pusing , apalagi kericuhan disekelilingnya membuat nya sedikit risih. Jujur, gadis itu belum pernah mengunjungi tempat ini. awalnya , keadaan disana baik- baik saja, namun semakin larut nya malam, keadaan pun berubah.
" ra, lo belum minum kan?".ghezar menyodorkan sebuah minuman kearah zura.
" gue gak bisa, gue gak ma---". Tanpa menunggu zura selesai bicara, ghezar memaksa gadis itu untuk meminumnya.
Zura yang masih dalam keadaan pusing, ia tak bisa menolak minuman yang dituangkan ghezar kedalam mulutnya. Gadis itu terbatuk- batuk karena menelan paksa air yang masuk kedalam mulut nya.
" karena lo belum pernah, lo harus coba lagi " . Ghezar ingin mencoba menyulangkan kembali minuman ke arah zura. Namun, lion segera menghentikan nya.
" udah zar, kalo dia gak mau jangan dipaksa ".lion merapikan rambut zura yang berantakan dan sedikit berkeringat di dahinya.
Ghezar yang semula menatap ke arah lion, kini beralih ke arah zura.
" dia milik gue malam ini, gue harap lo bisa kerja sama".
" oke .Gue gak bisa tebak, Vano bakal semarah apa"
Zura sayup- sayup mendengar perbincangan kedua laki-laki brengsek itu. Ia pun mencoba mengumpulkan kesadarannya walaupun di bawah pengaruh alkohol.
Saat menyadari dirinya berada di tengah antara lion dan ghezar, ia pun mencoba untuk memberontak.
"eits, mau ngapain cantik? ".
" lepasin gue, kalian udah keterlaluan ".zura berusaha pergi dari cengkraman mereka yang semakin kuat.
Melihat gadis itu yang semakin memberontak, lion pun menarik kuat rambut zura ke belakang.
Sedangkan ghezar, ia membekap tangan zura agar gadis itu berhenti bergerak. Cowok itu pun mengeluarkan sebuah suntikan dari sakunya.
Zura tidak bisa melawan saat ghezar menunjukkan alat itu, karena tenaganya Yang terbatas. Saat jarum itu masuk kedalam kulit nya, detik itu juga zura tak bisa memberontak lagi.
Lion yang melihat itu, ia tertawa keriyangan . Cowok itu memberikan tanda di dahi gadis itu dengan melukainya menggunakan kuku panjang nya. lagi pula takkan ada yang menyadari mereka saat ini. Karena semuanya sibuk bersenang-senang.
" BRENGSEK! ".
BUGH!
BUGH!
Lion dan ghezar terhempas jauh akibat tendangan kuat dari Vano. jika cowok itu tidak segera datang, mungkin saja zura akan dihabisi oleh kedua laki-laki brengsek itu.
Vano datang ketempat itu bersama dengan sasya. Kini gadis itu dengan secepat kilat membawa zura keluar.
Sedangkan Vano, ia tak memberi celah lion dan ghezar untuk kembali membalas serangannya.
Karena keduanya di bawah pengaruh alkohol, hal itu mempermudah cowok itu untuk menghajar nya habis- habisan.
Sangat sakit melihat zura yang diperlukan seperti itu. Semua emosi nya ia lampiaskan kepada ghezar dan lion. Tak peduli melihat darah yang sudah mengalir dari hidung, telinga, dan mulut mereka.
Merasa sedikit lega, ia pun melangkah keluar , tanpa memperdulikan orang-orang yang telah menyadari kejadian itu. bahkan, ada yang sampai histeris melihat keadaan kedua cowok itu.
" hey, tolong segera panggilkan ambulan! "
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
Temen kalian hanya kelelahan, namun kami menemukan ada sebuah cairan yang tidak biasa di dalam tubuhnya ". Sasya dan Vano langsung panik mendengar penjelasan dokter yang menangani zura.
" terus, gimana dong dok" . Pertanyaan sasya dibalas senyuman singkat oleh dokter itu.
" tapi tenang saja, kami sudah mengeluarkan nya ".
" cairan?, semacam apa dok? " . Kali ini Vano yang penasaran dengan penjelasan dokter barusan.
" cairan itu mungkin saja berasal dari sebuah suntikan.biasanya , suntikan itu digunakan untuk melemaskan atau dapat di pakai sebagai obat tidur dan bius".
Vano kembali mengingat dimana waktu kejadian zura dijebak oleh lion , rangga menemukan banyak suntikan di gedung itu.
Flashback.....
Vano saat itu berada di markas sembari bermain game.
" van, gue pernah nemu suntikan banyak banget di gedung malam itu, lo gak ngerasa aneh".rangga berceloteh sambil sesekali menghisap rokoknya.
Sedangkan Vano, ia membalas dengan seadanya tanpa merasa ganjal sedikitpun.
" perasaan lo aja kali! ".jawaban Vano membuat rangga heran. Biasanya, ketua nya itu akan mencari tahu tentang apapun yang berhubungan dengan zalgar.
◉◉◉◉◉◉◉
Setelah mendengar penjelasan dari dokter, keduanya pun memasuki ruangan yang terlihat zura sedang terbaring lemas disana .
Sasya sejak tadi tak hentinya menangis tanpa suara. Gadis itu menahan rasa sesak yang pilu di dalam hatinya. mengingat kembali bagaimana ia menjauhi sahabat nya itu.
Namun kesedihan sasya tak sebanding dengan Vano. Kondisi cowok itu sangat berantakan, wajahnya kusut, air matanya juga tak bisa ia tahan. hanya karena mempercayai lion, ia menjauhi seseorang gadis yang sangat ia sayangi.
Bahkan, yang lebih menyakitkan lagi adalah, Vano melarang semua temannya dan anggota nya untuk mendekati gadis itu.
Gue bakal tebus semuanya...
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
Setelah pulang dari rumah sakit, Vano memutuskan untuk membawa Zura pulang ke rumahnya, karena takut nanti gadis itu kembali dalam bahaya.
Vano juga mendapat kabar jika satpam di rumah Zura sebelumnya di ancam oleh Lion ketika hendak membawa gadis itu.
Pak satpam pun masih terkurung di dalam rumah dengan perasaan cemas. Namun, Vano sudah memberitahunya jika Zura baik-baik saja. Vano meminta agar kejadian malam ini di rahasiakan dari Bunda Arza.
Melihat Vano bersama Zura, Clary pun sontak terkejut, dan segera menghampiri keduanya.
"Ya allah, apa lagi yang terjadi?"
Tanpa merespon, Vano langsung membaringkan tubuh rapuh gadis itu di kasurnya.
Zura masih memejamkan matanya, dokter mengatakan jika gadis itu akan terbangun esok hari. Awalnya, pihak rumah sakit melarang Vano untuk membawa Zura pulang, tetapi Vano tetap bersikeras karena ia tidak yakin rumah sakit itu aman, apalagi Lion dan Ghezar juga sedang di rawat di sana.
Vano menggenggam jemari Zura yang terasa hangat. Vano menumpahkan tangisannya ketika itu.
"Maaf!"
"Gue egois!"
Clary mengusap punggung putranya itu dengan kehangatan. Wanita itu juga tidak bisa menahan tangisannya, melihat perjuangan dua remaja itu untuk merebut kembali kisah indah mereka yang hampir saja usai.
Tak lama kemudian, beberapa orang masuk dalam kamar Vano, tak lain adalah Akmal, Bara, Ariyan, dan Rangga. Mereka iba bercampur senang, akhirnya Vano bersama Zura kembali, walaupun cowok itu sedikit terlambat.
Akmal sangat iba melihat penampilan Vano yang sangat kacau, di tambah kaos putih cowok itu yang sudah dibanjiri keringat.
"Mandi sana! Entar Zura makin gak sadar kalo nyium bau keringat lo," ucap Akmal di iringi tawa ringan dari mereka. Clary pun ikut tertawa, tetapi langsung mencolek lengan Vano
Menyadari hal itu, Vano pun segera pun memutuskan untuk mandi.
*✿❀ A♥︎N❀✿**