NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menyerah

Ketika Aku Menyerah

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1M
Nilai: 5
Nama Author: Bhebz

"Buka hatimu untukku kak Praja," mohon Ardina Rezky Sofyan pada sang suami dengan penuh harap. Air matanya pun sejak tadi sudah menganak sungai di pipinya.

Pernikahan sudah berlangsung lama tapi sang suami belum juga memberinya kebahagiaan seperti yang ia inginkan.

"Namamu belum bisa menggantikan Prilya di hatiku. Jadi belajarlah untuk menikmati ini atau kamu pergi saja dari hidupku!" Balas Praja Wijaya tanpa perasaan sedikitpun. Ardina Rezky Sofyan menghapus airmatanya dengan hati perih.

Cukup sudah ia menghiba dan memohon bagaikan pengemis. Ia sudah tidak sabar lagi karena ia juga ingin bahagia.

Dan ketika ia menyerah dan tak mau berjuang lagi, akankah mata angin bisa berubah arah?

Ikuti perjalanan cinta Ardina Rezky Sofyan dan Praja Wijaya di sini ya😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 Minta Lagi

Setelah sarapan pagi, Praja pun check out dari hotel itu. Ia sudah sangat rindu pada putranya, David.

Ia juga sudah ingin bertemu dan meminta maaf pada Asna, sang ibu mertua. Selama ini ia tidak memperlakukan Ardina dengan baik layaknya seorang suami pada istrinya.

"Bagaimana dengan saya pak?" tanya Selfina saat mereka sudah berada di lobby hotel pagi itu.

Sekretaris muda itu sudah mulai gelisah kalau-kalau pak bosnya akan mulai meninggalkannya lagi karena perempuan kesayangannya sudah ada bersamanya.

"Kamu akan ikut dengan saya dengan istri saya. Bagaimana pun juga saya yang membawamu kemari dan harus bertanggung jawab mengembalikan kamu ke rumah mu dengan selamat."

Galih tersenyum dan membuat Selfina merasa lega. Mereka pun bersiap-siap untuk meninggalkan hotel itu.

"Permisi pak Praja. Bolehkah saya membawa sekretaris bapak untuk jalan-jalan dulu sebelum kalian pulang?"

Praja menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan melihat siapa yang menemaninya bicara.

"Siapa kamu?" tanyanya seraya menatap pria muda dan cukup tampan di hadapannya.

"Saya Yudha pak. Saya adalah teman Selfina."

"Teman?"

Alis Praja Wijaya terangkat. Ia tidak percaya kalau Selfina mempunyai teman di tempat itu.

"Mohon maaf. Saya tidak bisa memberikan izin pada Selfina pergi dengan orang lain." Praja menjawab dengan tegas. Bagaimana pun juga Selfina datang bersamanya dan ia harus bertanggungjawab pada gadis itu.

Wajah Yudha nampak kecewa. Akan tetapi ia berusaha untuk tersenyum.

"Baiklah pak, terima kasih banyak," ujar pria itu. Ia pun segera pergi dari hadapan Praja Wijaya dan menarik kopernya untuk keluar dari loby itu.

"Hey tunggu!"

Yudha berbalik. Ia pun memandang Praja Wijaya dengan intens.

"Ada apa?"

"Kamu, kalau serius datanglah ke rumah orang tua Selfina karena terus terang saya tidak berani memberikan izin kepadamu untuk membawa gadis itu. Kamu bisa mengerti maksud saya 'kan?"

"Ah iya tentu saja pak. Kalau saya ada waktu luang, saya akan berkunjung ke kota bapak. Permisi," balas Yudha kemudian pergi dari sana.

"Kamu lihat pria itu Fin. Kalau ia serius padamu maka ia akan datang bersama dengan keluarganya ke rumah kamu." Praja memandang Selfina yang sepertinya merasa tak rela pria itu pergi meninggalkannya.

"Ah iya pak."

Hanya kalimat singkat itu yang bisa ia katakan pada bosnya meskipun ia ingin menghabiskan waktu di Jakarta ini bersama dengan Yudha.

"Baiklah, kita balik ke rumah istriku ya Fin."

"Iya pak."

Praja pun meraih tangan Ardina dan menggenggamnya. Ia membawa perempuan cantik itu ke arah mobilnya yang sudah berada di depan pintu hotel. Sedangkan Selfina mengikutinya di belakang.

Tak lama kemudian mereka pun meninggalkan hotel menuju rumah Ardina. Mereka mengambil waktu sekitar 15 menit berkendara jika jalanan sepi dan tidak macet.

Sebuah rumah minimalis yang cukup mewah tampak di depan mata Praja Wijaya. Ia merasa deg-degan sendiri karena akan bertemu dengan putranya.

"Ayo kak, David pasti sangat senang karena papanya sudah datang melihatnya." Ardina berucap dengan senyum diwajahnya.

"Aku juga sangat senang sayang. Dan semoga saja putraku itu bisa menerima dan memaafkan aku." Praja tersenyum kemudian mengikuti langkah istrinya ke dalam rumah itu.

"Assalamualaikum ibu," ucap Ardina seraya mendorong pintu rumahnya yang tak terkunci. Asna yang kebetulan berada di ruang tamu langsung saja menjawab.

"Waalaikumussalam. Dina, Praja?"

Perempuan itu tampak sangat kaget dengan apa yang ia lihat dihadapannya.

"Maafkan aku Bu karena baru bisa berkunjung dan melihat kalian." Praja berucap seraya meraih tangan sang ibu mertua kemudian membawanya ke keningnya dengan merendahkan tubuhnya.

"Kalian bertemu dimana?" tanya perempuan paruh baya itu dengan wajah yang masih sangat bingung.

"Kami bertemu di hotel bu. Dan Alhamdulillah Ardina mau memaafkan kesalahan aku, iya kan sayang?"

"Iya Bu. Aku sudah menerima kak Praja. David juga ingin papa seperti anak yang lainnya." Ardina ikut menjawab agar ibunya tidak begitu kaget seperti itu.

Asna tersenyum. Ia bahagia mendengar berita baik ini.

"Syukur Alhamdulillah. Ibu sangat senang mendengarnya. Hubungan yang sudah diciptakan oleh Tuhan harusnya memang kalian jaga dengan baik."

"Iya Bu. Dan dimana David? Kami sudah ingin bertemu dengannya." Ardina memandang ke sekeliling ruangan. Ia nampak sedang mencari putranya itu.

"David ada di dalam kamarmu. Ia sedang tidur, tapi kalau kalian mau. Silahkan temui dia tapi usahakan untuk tidak menggangu tidurnya."

"Tentu saja ibu. Dan aku minta tolong untuk menemani Selfina sementara waktu saat kami sedang menemui David," ucap Praja. Asna tersenyum lantas memanggil Selfina untuk duduk di sampingnya.

Ardina dan suaminya pun menuju kamar perempuan itu. Ardina membuka pintu kamar dan masuklah mereka.

Mata Praja langsung tertuju pada tempat tidur dimana seorang balita laki-laki sedang tidur. Tenggorokannya tercekat karena sangat bahagia. Ia sampai tidak bisa berkata-kata melihat ada darah dagingnya di tempat itu.

"Apa aku boleh menciumnya Din?" tanyanya setelah lama terpaku dalam takjub.

"Boleh kak. Tapi jangan sampai ia bangun. David katanya baru tidur 'kan?" Ardina tersenyum memperingatkan. Praja pun langsung naik ke tempat tidur dan menciumi seluruh permukaan wajah putranya dengan sayang.

Praja Wijaya sampai menitikkan air matanya karena haru. Ia baru menghentikan aksinya ketika David menggeliat tak nyaman.

"Maafkan papa sayang. Papa tak mendampingi mu melalui masa-masa di dalam kandungan sampai kamu lahir dan sudah besar seperti ini," ujar Praja seraya mencium pipi gembul David lagi dan lagi.

"Kak, nanti David bangun dan rewel," tegur Ardina dengan senyum diwajahnya. Ia tahu kebiasaan putranya kalau tidurnya tidak sempurna maka dipastikan ia akan rewel dan tidak bersemangat untuk bermain.

Praja pun mengerti, ia turun dari ranjang itu dan menghampiri Ardina. Ia menatap sang istri dengan penuh perasaan.

Praja berlutut di hadapan Ardina kemudian meraih tangannya dan menciumnya.

"Sayang, aku minta maaf padamu. Rasanya aku tak sanggup membayangkan bagaimana perasaanmu waktu itu. Kamu pasti sangat menderita," ucap Praja dengan mata berkaca-kaca.

Ardina langsung meraih bahu suaminya dan memintanya berdiri.

"Kak, semua sudah terjadi. Aku memaafkan kamu. Kita mulai ini dari awal lagi. Dan cintai aku kak dengan sepenuh hatimu." Ardina berucap seraya mengelus rahang kuat suaminya.

"Aku mencintaimu Din, dan aku juga sangat menderita saat kamu pergi sayang. Di hatiku ini hanya ada kamu dan putra kita," ucap Praja kemudian meraih bibir istrinya dan mengulumnya sangat lembut.

Mereka kembali mengungkapkan cinta mereka dalam setiap sentuhan dan belaian. Rasanya mereka berdua tak pernah bosan memadu kasih.

Mencurahkan Rindu yang lama terpendam.

"Din, aku ingin mencobanya di dalam kamar kamu ini sayang," bisik Praja dengan suara bergetar penuh hasrat.

Ardina tersenyum dan memandang sekeliling ruangan. Dan terakhir Ia menatap readers. Ia ingin meminta pada mereka apakah mereka berdua mendapatkan izin melakukan ibadah halal di kamar itu.

🌹🌹🌹

*Bersambung.

Bagaimana readers? Boleh gak tuh?😅

Like dan komentarnya dong.

Bunga, kopi, bolehlah.

Nikmati alurnya dan happy reading 😊

1
Ratna Fika Ajah
Luar biasa
Khairul Azam
dr bab ini aku stop baca jujur sih meski ini novel aku paling gak suka perempuan yg memakasakan cinta, merendahkan harga diri jadi perwmpuan mahal dikit dong. geli sendiri aku bacanya
Dede Bleher: betuul.
aku benci pd perempuan yg menghiba pd pria demi Cinta.
krna aku pernah di tolak oleh pria jg!
aku di tolak malah aku gandeng mas bule.
taraaaaa, sekarang 31 thn nikah.
dan dia malah di jodohkan sm tetangga nya krna bujang lapuuuuk 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Khairul Azam
ya bener sih dibilang murahan menjijikan perempuan seperti itu
delfastri
ntar aje maafanya ramadhan aja masih lama pa lagi lebaran..
Diana Sofya
Luar biasa
Normah Basir
ternyata..,....oh ternyata
Normah Basir
double2 SJ mumpung masih kuat2nya
Normah Basir
sahabat lebih baik, tp adakah teman dekat sama laku2tanpa membawa perasaan
Normah Basir
valda buat penasaran penggemarnya pasti ramai
Normah Basir
kalau halus tak bisa masuk,kan TDK jdde bela durennya
Normah Basir
modul kamu David mau dilayani sama istri mau pijat2 ples
Normah Basir
tahan dululah ada orang lihat/Grin//Grin/
Normah Basir
TDK mau tersaingi orangtua SM menantu/Facepalm//Facepalm/
Normah Basir
tahanlah David di Tokyo bisa berkali2 ronde
Normah Basir
mau solo aja david
Normah Basir
David perempuan kadang bicara sebaliknya,kok dicuekan TDK peka
Normah Basir
apa lagi taktik David supaya dapat belah durennya
Normah Basir
David pencitraan seolah2 tak butuh padahal kebelet nikah
Normah Basir
deg-degan dulu valda bahagia akhirnya
Normah Basir
David kamu sungguh pemain handal mempermainkan valda
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!