Sejak bangku SMA Lili dan Anjas bersama, berangan-angan menikah dan memiliki pernikahan impian, memiliki banyak anak dan hidup menua bersama.
Rencana itu begitu indah, hingga sebuah malapetaka menguji cinta mereka.
"Gugurkan, dia bukan anakku," ucap Anjas.
Lili termenung, menyentuh perutnya yang berdenyut nadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DW Bab 28 - Keyakinan Anjas
Papa Irwan, mama Reni, Lili dan Anjas akhirnya pamit pulang.
Mereka semua saling berpelukan memberi kekuatan, berulang kali mengatakan kepada Lili bahwa dia tidak sendiri.
Bahkan mengatakan pula bahwa anak ini tidak berdosa, dia berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik, berhak mendapatkan penjagaan lebih baik ketika dewasa nanti hingga kejadian buruk tersebut tidak akan terulang kepadanya.
Tuhan bahkan tidak pernah memberikan cobaan tanpa Rahmat di dalamnya, dari kejadian mengerikan itu anak ini adalah berkah.
Sebuah kehidupan baru.
Lili sudah berulang kali mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak menangis, tapi tiap kali dia mendengarkan nasehat kedua orang tua air mata itu seperti mengalir dengan sendirinya.
Hingga hanya sebuah pelukan erat yang mampu menghentikan air mata itu. Beberapa hari lalu Lili memang merasa dia hanya hidup sendirian tapi sekarang tidak lagi, pikirannya salah, karena nyatanya keluarga tidak akan pernah meninggalkan dia.
Dan Anjas yang mendengarkan pembicaraan itu terasa mencelos hatinya.
Bagaimana dulu dia selalu menguatkan Lili seperti itu, selalu mengatakan bahwa dia akan selalu ada dalam keadaan apapun. Janji-janji yang pernah Anjas ucapan kini seolah tak ada artinya ketika perceraian sudah di depan mata.
Dengan pergerakan mata yang perlahan, akhirnya Anjas menatap ke arah perut sang istri.
Anjas kira anak itu akan membuatnya tidak memiliki muka di depan semua orang, tapi ternyata dugaannya salah besar, nyatanya semua keluarga bahkan tidak menentang tentang anak itu.
Tapi semua kata-kata kejam, perlakuan kasar dan tuduhan jahat telah dia layangkan kepada Lili dan Anjas begitu malu untuk mengakui itu semua.
Sudut hati kecilnya mulai berbisik membodohi diri sendiri. Bagaimana bisa dia dikuasai oleh amarah pada anak itu, sampai akhirnya memperlakukan sang istri dengan semena-mena.
Li. panggil Anjas di dalam hatinya begitu lirih, namun kini Lili sudah tidak pernah lagi melihat ke arahnya.
"Kami pamit dulu, nanti saat pemeriksaan kehamilan Lili selanjutnya ayo kita pergi sama-sama," ucap mama Reni bicara pada mama Meli, dua wanita paruh baya itu langsung saling memeluk erat. Mama Meli pun menganggukkan kepalanya dengan antusias sebagai tanda setuju.
Dan makin tergugu lah Anjas melihat pemandangan itu semua. harusnya dia pun bisa bersikap sama seperti keluarganya yang lain, masih memeluk Lili dalam keadaan apapun.
Bukan seperti ini.
Akhirnya mereka semua pergi meninggalkan rumah papa Dedi dan mama Meli.
Lili tentu masuk ke dalam mobil mertuanya, sementara Anjas hanya sendirian di dalam mobilnya dan berkubang sepi serta rasa bersalah.
Ditatapnya oleh Anjas cincin pernikahan yang masih terpasang di jari manis.
Menatap dengan gamang dan raut wajah yang begitu dingin.
Sebagai seorang pria tak mungkin dia menjilat ludahnya sendiri. Bisa saja perceraian ini tidak terjadi, andai Lili lebih dulu meminta maaf padanya.
Lalu memohon untuk kembali, dengan begitu Anjas bisa memikirkan ulang untuk bersama.
Ya, seperti itu lah yang diyakini oleh Anjas sekarang.
Dengan hati yang terasa hampa dia pun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Bahkan melewati mobil papa Irwan begitu saja.
Lili melihat pula saat mobil Anjas berlalu dengan cepat, namun belum sempat sesak itu merayap ke dadda, mama Reni sudah lebih dulu menggenggam erat tangannya.
"Sudah lah, tidak perlu lagi pikirkan tentang Anjas. Tanpa dia kamu masih punya mama, papa, Amena, mama Meli dan papa Dedi. Banyak sekali yang menyayangi kamu," terang mama Reni, dia pun tersenyum lebar hingga membuat Lili pun tersenyum juga.
Meski hanya senyum hambar.
rasa sayangmu pada anakmu itu wajar walaupun hasil pelecehan.
dan rasa sakit hati anjas juga wajar karna hargadiri laki itu besar
yg salah kalian tidak bicarakan tuntas dr awal sebelum menikah...
tidak ada anak haram dan rasa sayang pada anak itu alami bagi setiap ibu terlepas itu hasil dr hal bejat.