#Warning
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jadi jika kalian suka silakan ikuti dan komentar lah dengan sopan dan baik. Selain itu, cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan melecehkan perempuan bercadar. karena cerita ini. Alzena memiliki karakter tegas yang berbeda dari yang lain sehingga kalian mungkin akan bilang tidak sesuai dengan pakaiannya atau apa pun hal lainnya🙏🙏🙏🙏
Athar Azmi adalah seorang berandalan yang selalu menjadi ketakutan penduduk kampung di tempatnya berada.
Ia sangat suka menciptakan masalah besar yang mendatangkan keributan.
Hingga suatu hari Athar dan kelompoknya melakukan pengeroyokan pada seorang anak remaja.
Dimana saat itulah Ia di pertemukan dengan seorang gadis bercadar yang sudah di lecehkan nya.
~~~~
Jadi sebelum tahu bentuk pelecehan itu seperti apa? Alangkah baiknya di baca dahulu isi cerita di dalamnya😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sobri Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Pengertian Alzena
"Makasih Bro, karena sudah datang. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak segera datang menolong kamu!" Randy menepuk-nepuk bahu Athar.
"Sama-sama Ran, apa adikmu sudah di makamkan?" Tanya Athar balik.
"Belum Thar, kemungkinan besok. Karena ini sudah sangat sore!"
Athar dan teman-teman pun memutuskan membantu segala keperluan keluarga Randy agar masalah segera terselesaikan.
Athar sampai lupa waktu kalau hari sudah malam, hingga Zena yang menungguinya sejak tadi mulai gelisah di buatnya. Bagaimana mungkin Athar pergi selama itu sampai tidak ingat dengan waktu.
"Ya Allah, Mas Athar kemana ya? Kenapa lama banget gak pulang-pulang? Apa dia kumpul lagi bersama anak-anak berandalan itu?"
Alzena nampak sangat cemas, Ia bolak balik mengamati pintu berharap Athar akan segera masuk dan mengucapkan salam padanya.
Tapi cukup lama menanti, semua harapan Alzena nihil sampai Ibunda Alika masuk untuk mengajaknya makan bersama.
"Sayang, ayo makan malam dulu. Abah baru aja pulang dan pengen kita makan bersama-sama!" Ajak Bunda Alika.
"Baik Bun, Alzena akan segera menyusul!" jawabnya dengan lirih.
Bunda Alika pun mengangguk dan kembali keluar. Beliau harus ada di tempat yang sama saat Abah sedang makan. Terlihat Mami Zulfa tengah melayani Abah Dullah dengan sangat baik. Begitu juga Dinda dan Mayra yang tak kalah tulus melakukan hal itu demi para suami mereka.
"Assalamualaikum...!" Sapa Zena yang baru datang dari arah kamar.
"Wa'allaikum sallam... sini nak, ayo duduk di sebelah Bunda!" Titah Bunda Alika sembari melambaikan tangan kearah Zena yang langsung menurut.
Abah mengernyit menatap menantunya itu datang seorang diri dengan tatapan menyelidik, "Zen, suamimu kemana?" Tanya Abah Dullah mulai curiga. Kemungkinan besar Athar pasti memanfaatkan kesempatan untuk keluar rumah saat beliau sedang ada keperluan hingga rela meninggalkan Zena seorang diri.
Bunda Alika yang baru sadar langsung menghela nafas panjang. Kemungkinan hal itu membuat makan malam mereka akan menjadi kacau gara-gara ulah Athar.
"Assalamualaikum...!" Teriak Athar yang baru muncul.
Abah menatap tajam kearah Athar. Bola mata pria tua itu menjelajah ke bagian pipi Athar yang lebam dan pakaian anaknya itu sedikit berantakan.
"Dari mana kamu?" Seloroh Abah Dullah kemudian.
"Adik teman Athar meninggal Bah, jadi Athar bantu-bantu disana," jawab Athar jujur.
"Innalilahiwainailahiroji'un," ucap Bunda Alika dan Zena bersamaan.
"O ya? Apa orang melayat harus lebam-lebam begitu?" Desak Abah Dullah seakan tidak percaya.
Tak lama terdengar suara pengurus masjid menyiarkan berita duka tersebut kepada seluruh warga kalau apa yang di katakan Athar memang benar adanya. Tapi tetap saja Abah Dullah tahu kalau putranya itu pasti sempat melakukan perkelahian dengan teman-teman yang lain.
"Ya udah Bah, Bun, Athar mandi dulu sebentar!"
Zena yang melihat suaminya masuk kedalam kamar pun meminta izin untuk menyusul Athar, "Maaf Bah dan semuanya Zena mau menemui suami Zena dulu sebentar. Jadi kalian makan malam aja duluan ya!"
Abah Dullah dan Bunda Alika mengangguk paham, tentu Zena ingin melayani Athar dengan sangat baik. Semoga saja dengan begitu kelak Athar bisa berubah dan menjadi suami yang sayang terhadap istri dan anak-anak.
"Ya sudah kalian makan saja duluan nak, pasti kalian sudah lapar!" Titah Abah Dullah pada kedua menantunya yang lain.
Duh kok feeling aku ga enak ya aku takut ny athar kena imbas dri kelakuan teman2 nya palagi waktu itu syfa ambil fhoto ny athar di markas
untung malik masih percya lg sama athar,padahal athar pernah membuat malik sengsara.....kok masih ada kepercayaan nya....
jgn kita terlalu menilai dari segi sifat,sikap seseorang.......
terimakasih thor ceritanya.....walaupun pendek....manfaat juga..