Bagaimana jika sikap baik dan penuh perhatian sang suami ternyata adalah sebuah sandiwara untuk menutupi kesalahannya?
Dara Jelita tidak pernah menyangka kalau Raditya Pratama, suami yang sangat dicintainya ternyata menyimpan banyak rahasia. Cinta yang ditunjukkan oleh suaminya ternyata hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kebohongan yang selama ini disembunyikannya selama bertahun-tahun.
Akankah Dara tetap bertahan dalam pernikahannya setelah tahu rahasia yang disembunyikan oleh suaminya?
Yuk, simak kisahnya di sini. Jangan lupa siapin tisu karena cerita ini mengandung banyak bawang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazwa talita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMARAHAN TANTE AMEL
Mira hampir saja pingsan saat mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut teman sosialitanya yang bernama Amel.
Amel adalah salah satu teman sosialita yang ikut bergabung dalam arisan yang mereka adakan setiap minggu. Wanita itu adalah wanita paling royal di antara teman-temannya yang lain.
Meskipun penampilan Amel tidak terlalu mencolok, tetapi, semua orang juga tahu, kalau perempuan itu adalah perempuan yang tajir melintir. Suaminya seorang pemilik perusahaan, sementara dirinya adalah pemilik butik yang tersebar di beberapa kota besar.
Mira sungguh tidak menyangka kalau istri Raditya yang selalu ia anggap sebagai wanita bodoh dan tidak berguna itu ternyata adalah keponakannya yang selama ini selalu diceritakannya dengan penuh rasa bangga.
Bukan hanya itu saja, Mira lebih terkejut lagi saat mendengar kenyataan kalau menantunya itu adalah pemilik restoran mewah yang saat ini disinggahinya.
Kaki Mira bahkan seolah tak bertulang saat dia mendengar sendiri kalau ternyata, menantu bodohnya itu adalah seorang pemilik perusahaan. Perusahaan di mana putra kebanggaannya selama ini bekerja.
Rasanya seperti mimpi. Bagaimana bisa Dara tiba-tiba berubah menjadi kaya mendadak?
Wajah Mira pucat pasi menahan malu. Apalagi, saat ia melihat teman-temannya mulai menatapnya dengan pandangan mengejek.
Mereka yang selama ini begitu menghormatinya langsung mencela dirinya. Apalagi, mereka masih mengingat bagaimana Mira menghina Dara dan mengatakan kalau wanita itu selama ini hanyalah parasit dalam hidup putranya.
Dara hanyalah beban yang selalu menghamburkan uang sehingga Raditya bekerja keras untuk mendapatkan uang untuk menghidupi wanita itu.
Padahal Mira sangat tahu, kalau Raditya hanya memberikan nafkah sebesar tiga juta saja perbulan pada Dara. Namun, karena wanita itu tidak menyukai Dara, perempuan itu terus menjelekkan Dara di depan teman-temannya.
Saat semua orang mengelilingi Mira dan melayangkan beberapa cibiran karena kebohongan wanita itu terungkap, ponsel Dara berdering. Terlihat nama Hendrawan pada layar ponselnya.
"Selamat siang, Bu Dara. Saya sudah melakukan perintah Bu Dara. Saya sudah memecat Pak Raditya."
Dara tersenyum mendengar ucapan Hendrawan.
"Lalu, bagaimana reaksinya?"
"Pak Raditya sangat marah. Dia memaksa bertemu langsung dengan Bu Dara."
"Apa dia sudah tahu identitasku?" Dara mengerutkan keningnya.
"Tidak Bu Dara, Pak Raditya hanya mengatakan ingin bertemu dengan pemilik perusahaan dan saya menyetujuinya karena itu saya menelepon. Mohon maaf jika saya lancang."
"Tidak apa-apa. Katakan saja padanya satu jam lagi saya sampai di sana."
Dara menutup panggilan teleponnya. Tak jauh di depannya, sang ibu mertua masih menundukkan kepalanya karena merasa malu semua teman-temannya menghakiminya saat ini.
Dara menatap ke arah Tante Amel yang masih terlihat marah.
"Kau menghina Dara dan merendahkannya sementara kau malah mendukung wanita selingkuhan putramu? Kau benar-benar bukan perempuan! Tidakkah kau berpikir seandainya kamu ada di posisi Dara?" Amel menatap Mira yang semakin malu. Wajahnya merah padam.
Ia sungguh tidak menyangka jika mertua Dara adalah salah satu teman arisannya. Amel memang sama sekali tidak mengenal keluarga dari suami Dara karena saat keponakannya itu menikah, Amel tidak datang karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan.
"Apa kamu tahu kenapa Dara menutupi identitasnya selama ini?"
Mira memberanikan diri menatap Amel.
"Dia tidak ingin melihat Raditya malu karena statusnya jauh di bawah Dara. Wanita yang kau bilang bodoh itu bahkan meminta kedua orang tuanya untuk berpura-pura menjadi orang biasa agar putra brengsekmu itu tidak minder saat berdampingan dengan Dara!" Amel mengepalkan tangannya. Rasanya, ia ingin sekali menghajar wanita paruh baya di depannya itu.
Mira menatap Amel dengan tidak percaya. Mulutnya terkunci, bahkan semua kalimat yang diucapkannya kembali tertelan di tenggorokannya.
Dara mendekati Amel dan memeluknya. Menyuruh perempuan itu tidak lagi marah pada Mira.
"Sudah, Tante. Biarkan saja. Aku udah baik-baik saja sekarang." Dara menenangkan wanita itu.
"Rasanya, tante ingin sekali memukul wajahnya. Tante merasa sakit hati karena dia dan laki-laki brengsek itu telah menyakitimu." Amel memeluk Dara. Sangat menyayangkan sekali, perempuan sebaik Dara di umur yang masih muda justru akan menyandang gelar janda dalam waktu dekat.
"Tante tenang saja, setelah ini, aku akan mengembalikan semuanya sesuai posisi masing-masing." Dara melirik ke arah ibu mertuanya yang masih terlihat marah mendengar ucapan Amel.
"Apa maksudmu bicara seperti itu, Dara?" Mira menatap wanita yang masih menjadi menantunya itu.
Dara tersenyum manis, kemudian mengusap pelan bahu Mira.
"Aku akan mengembalikan posisi ibu sebelumnya, aku juga akan mengembalikan posisi Raditya seperti sebelum kami menikah, begitupun dengan wanita simpanan Raditya yang merupakan menantu kesayangan ibu. Aku akan mengambil semua yang seharusnya menjadi milikku, termasuk rumah mewah yang kau tinggali bersama wanita simpanan putramu itu!"
"Dara ...." Kedua mata Mira membola mendengar ucapan menantunya.
"Aku sudah melayangkan gugatan cerai ke pengadilan. Aku juga sudah mengirimkan bukti-bukti perselingkuhan dan pernikahan diam-diam Raditya dengan wanita itu." Dara menatap ibu mertua yang awalnya sangat dihormatinya seperti ibu sendiri.
Namun, seiring berjalannya waktu, ia tahu kalau Mira tidak pernah menyukainya. Rasa ingin memberinya pelajaran kembali muncul saat ia tahu kalau Mira telah mendukung sepenuhnya pernikahan Raditya dengan Kinara.
"Seharusnya ibu berpikir sebelum bertindak. Apa ibu tahu, semut pun akan menggigit jika dia diinjak. Apalagi aku?"
"Setelah ini, aku akan membalas perbuatan kalian satu persatu."
"Dara–"
"Jangan lupakan bunganya, Bu, karena mulai sekarang, aku tidak akan pernah berbaik hati lagi pada kalian!" Dara tersenyum mengejek di hadapan mertuanya. Mira terlihat semakin syok mendengar ucapan Dara.
"Tante, aku pergi dulu. Ada sesuatu yang harus aku urus di kantor." Dara berpamitan dengan Amel.
"Iya, Sayang, hati-hati."
Dara mengangguk sambil tersenyum, kemudian meninggalkan tempat itu tanpa berpamitan pada ibu mertuanya.
Baru saja beberapa menit Dara berlalu, salah satu teman Amel menepuk bahu Mira.
"Jeng Mira, bukankah itu pak Pratama, suami Jeng Mira?" Wanita itu kemudian menunjuk ke arah lelaki paruh baya yang sedang bergandengan mesra dengan seorang wanita.
BERSAMBUNG ....
seru banget
makasih thor dah buat novel sebagus ini. semoga sampai akhir ya bagusnya