Doa Serena setiap waktunya hanya ingin bahagia, apakah Serena akan merasakan kebahagiaan yang dia impikan? atau malah hidupnya selalu di bawah tekanan dan di banjiri air mata setiap harinya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Empat Belas
***
Keesokan harinya, suasana kantor terasa sedikit berbeda bagi Serena. Ia masuk seperti biasa, menyapa teman-teman di Divisi Umum, tapi ia mulai merasakan sorot mata yang sedikit lebih lama dari biasanya.
Di pantry, Fifi dan Rina sedang menyeduh kopi saat Andra masuk dengan senyum penuh arti.
"Tadi pagi aku denger dari resepsionis, katanya semalam Pak Hafiz pulang bareng Serena," bisik Andra.
"Serius?" tanya Mbak Rina, membelalakkan mata.
"Aku juga liat, dari jendela lantai dua. Mereka sempat makan dulu, terus bareng naik mobil Pak Hafiz," tambah Fifi dengan suara pelan.
"Wah, makin menarik aja ya... CEO dan staf baru?" gumam Jaya yang baru masuk, ikut menyambar pembicaraan.
Sementara itu, Serena yang hendak mengambil air minum di dispenser mendengar percakapan mereka dari balik rak camilan. Ia menelan ludah perlahan, lalu mundur tanpa jadi masuk ke pantry.
Sepanjang hari, bisik-bisik itu seolah tak berhenti. Serena mencoba fokus bekerja, membalas email, mengurus dokumen, tapi dalam benaknya, ia tak bisa memungkiri rasa risih.
Di sisi lain, Hafiz sendiri tampak tenang di ruangannya. Ia tidak tahu bahwa tindakan kecilnya semalam telah jadi bahan gosip. Tapi Serena tahu, dunia kantor tak pernah benar-benar sepi dari pengamatan.
Dan kini, ia harus bersiap untuk menghadapi kenyataan baru: bahwa kedekatannya dengan Hafiz, bagaimanapun juga, telah menarik perhatian lebih dari sekadar rekan kerjanya.
.
Saat jam makan siang tiba, Serena kembali tak membawa bekal. Perutnya mulai terasa lapar, dan ia memutuskan ikut lagi ke kantin bersama teman-teman dari Divisi Umum.
"Nggak bawa bekal lagi, Serena?" tanya Fifi.
"Nggak, tadi buru-buru berangkat," jawab Serena jujur.
"Pas banget. Ayo ke kantin. Aku pengen banget makan mi goreng telur ceplok," kata Jaya sambil memutar bahu seperti pemanasan sebelum makan besar.
Mereka pun turun bersama, menuju kantin dengan suasana santai. Obrolan ringan terus mengalir sepanjang perjalanan. Andra bercerita tentang serial drama yang ia tonton semalam, sementara Rina sibuk membahas diskon aplikasi makanan yang gagal ia gunakan.
Di kantin, Serena memesan nasi goreng ayam, duduk di meja yang sama dengan rekan-rekannya. Mereka masih sesekali membahas pekerjaan, tapi lebih banyak bercanda.
"Eh, Serena, kamu sudah terbiasa kerja di sini belum?" tanya Mbak Rina.
"Baru Dua hari, tapi aku mulai nyaman kok," jawab Serena dengan tulus.
"Baguslah. Soalnya kalau kamu betah, kita juga seneng.” Ucap Andra.
Serena tersenyum kecil, merasa dihargai.
Namun sesekali, dari meja lain, ia menangkap lirikan beberapa karyawan yang tampak membicarakan sesuatu. Ia tahu kemungkinan besar itu tentang dirinya dan Hafiz. Tapi Serena memilih untuk fokus pada orang-orang yang menerimanya. Ia tahu, ia tak bisa mengendalikan omongan orang, tapi ia bisa memilih untuk tetap bersikap baik dan profesional.
Mbak Rina menatap Serena, takut teman barunya itu tidak nyaman dengan bisikan dan tatapan para karyawan lainnya.
“Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa makan di ruangan kok.” Ucap Mbak Rina.
“Eh nggak Papa Mbak, Aku udah biasa kok jadi biasa-biasa aja kalau ada yang begitu.” Balas Serena
“Kalau nggak nyaman kasih tahu kita ya.”
“Iya, Mbak.”
Mereka melanjutkan Makan siangnya, suasana Kantin yang tadinya sangat berisik kini langsung sunyi. Karena penasaran ada apa, Serena dan teman-teman nya Melirik ke arah pintu masuk kantin.
“Pantas langsung pada tutup mulut, ternyata ada Pak Hafiz.” Bisik Andra.
Serena hanya Melirik sekilas, ia kembali fokus pada Makanan nya.
Tidak sampai lima menit, Serena terkejut saat melihat Hafiz mengambil tempat duduk di samping Andra.
“Kursinya sudah pada penuh, Saya ikut disini ya.” Ucap Hafiz.
“Silahkan Pak duduk saja.” Balas Jaja.
Serena menatap Hafiz dan tak sengaja Hafiz juga menatapnya, Serena langsung kembali menunduk sementara Hafiz malah terkekeh.
“Serena nggak nyusahin kalian kan?” Tanya Hafiz yang membuat Serena melotot.
“Aman Pak, Malah di antara mereka cuma Serena yang mudah paham kalau lagi dijelaskan walaupun cuma sekali.” Jawab Mbak Rina.
“Aduh Mbak, ini maksudnya aku lemot dong kalau lagi di kasih tahu?” Tanya Jaja.
“Nggak lemot, cuma butuh dua sampai tiga kali di kasih tahu. Baru paham.” Jawab Mbak Rina.
“Itu sama Aja Mbak Rina yang Cantik tapi sayangnya suaminya minggat sama tetangga sendiri.” Ucap Jaja.
“Heh, malah buka Aib. Awas aja nggak bakalan di teraktir lagi kalau Anak Mbak Ulang tahun.” Ucap Mbak Rina.
“Udah-udah jangan pada berantem, kalau berantem gini nanti jodoh loh.” Ucap Hafiz.
“Aduh Pak nggak mungkin lah, usia kita aja bedanya jauh banget.” Ucap Jaja.
“Yakan makanya juga jodoh, nggak ada permasalahan soal umur.” Ucap Hafiz kembali.
Mbak Rina ini memang seorang janda, menikah di usia 29 tahun. Punya anak satu baru berusia 5 tahun, tapi pernikahannya hanya bertahan sampai dua tahun. Suaminya pergi dengan perempuan lain, perempuan itu masih tetangganya dulu di rumah yang dulu dekat rumah orang tuanya.
Sekarang Mbak Rina sudah pindah, Anaknya juga ada yang jaga. Sekitar satu Bulan yang lalu,Mbak Rina mendapatkan kabar kalau Mantan suami dan tetangga nya itu sekarang tinggal di Tasikmalaya. Tempat tinggal Nenek Kakek nya perempuan itu dan katanya mereka sudah menikah dan Sayangnya tidak dikaruniai seorang Anak.
Kembali lagi di suasana kantin, dimana mulai ada yang berbicara kembali.
Hari itu, makan siangnya terasa lebih ringan meski beban di hatinya belum benar-benar hilang.
*
Jam Pulang kerja, hari ini tidak ada lemburan sehingga Serena di jam enam sore kurang beberapa menit sudah berada di kontrakannya.
Kali ini Serena memesan Ojol waktu masih di ruangan kerjanya, bahkan saat turun ke lantai bawah juga Serena berjalan agak cepat karena takut bertemu dengan Hafiz.
Bisa merasa lega setelah berhasil Naik Ojol, untuk sementara Serena akan berusaha untuk menghindari interaksi dengan Hafiz selama berada di area kantor.
Sebenarnya masa bodo soal para karyawan yang membicarakan kedekatan nya dengan Hafiz, hanya saja takutnya malah membuat Citra Hafiz Tidak bagus kalau dekat dengan karyawan nya Sendiri.
Serena baru saja selesai Mandi dan sudah memakai Pakaian nya, rencananya ia akan memasak untuk makan malam.
kebetulan tadi pagi sebelum berangkat kerja, Serena menyempatkan dirinya untuk membeli beberapa sayuran yang di jual di dekat Kontrakan nya.
“Kayaknya besok harus bawa bekal lagi, biar lebih hemat.” Gumam Serena.
Serena mulai memasak tumis kangkung sama Tahu Goreng, pengennya buat sambal juga. Tapi masalah nya Serena ini kalau habis makan yang pedas-pedas pasti bakalan buang air besar terus, makanya berani makan pedasnya cuma di hari Sabtu doang.