NovelToon NovelToon
The Love Story Of Pram And Kailla

The Love Story Of Pram And Kailla

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Contest / Cintamanis / CEO / Tamat
Popularitas:8.8M
Nilai: 5
Nama Author: Casanova

Novel ini adalah musim ke 3 dari kisah cinta beda usia antara Pram dan Kailla.

- Istri Kecil Sang Presdir ( season 1 )

Pernikahan karena perjodohan antara Pram dan Kailla. Rumah tangga yang diwarnai
dengan konflik ringan karena tidak hanya karakter tetapi juga umur keduanya berbeda jauh. Perjuangan Pram, sebagai seorang suami untuk meraih cinta istrinya. Rumah tangga mereka berakhir dengan keguguran Kailla.

- Istri Sang Presdir ( season 2 )
Kehadiran mama Pram yang tiba-tiba muncul, mewarnai perjalanan rumah tangga mereka. Konflik antara menantu dan mertua, kehadiran orang ketiga, ada banyak kehilangan yang membentuk karakter Kailla yang manja menjadi lebih dewasa. Akhir dari season 2 adalah kelahiran bayi kembar Pram dan Kailla.

Season ketiga adalah perjalanan rumah tangga Pram dan Kailla bersama kedua bayi kembar mereka. Ada orang-orang dari masa lalu yang juga ikut menguji kekuatan cinta mereka. Pram dengan dewasa dan kematangannya. Kailla dengan kemanjaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pram & Kailla 27

Purnama membulat di cakrawala malam, berpendar indah di pekatnya langit, ditemani bintang-bintang. Kemilau jingga itu sudah naik ke atas pucuk kepala, tetapi Kailla masih terjaga. Lautan kegelapan memeluk ibu si kembar di malam dingin. Sedetik pun, ia tak bisa merapatkan mata. Khawatir, pikiran buruk dan semua bayangan hitam berlari mengitari otaknya.

Denting pelan sebanyak dua belas kali dari jam di dinding kamar menandakan hari telah berganti. Desiran angin musim kering menusuk tulang saat Kailla berdiri di balkon kamar, menatap pekarangan sunyi tak berpenghuni. Bentley GT Continental sang suami belum pulang ke peraduan. Halaman itu masih sepi, Pram tidak meninggalkan pesan sepatah pun untuknya.

"Sayang, kamu di mana?"

"Sayang, masih marah padaku?"

Sayang ...." Ada banyak tanya yang dibisikan Kailla di dalam ******* napas berat. Tatapannya semakin meredup saat embusan angin menerpa mata mengantuknya.

Ingin rasanya menangis, menatap gawai dengan tampilan barunya itu masih senyap. Panggilannya tidak terjawab, puluhan pesannya belum terbaca. Kailla menatap centang dua di aplikasi chat, berharap segera membiru.

Donny? Sama saja. Asisten dan majikan itu seakan hilang ditelan bumi. Tidak ada kabar, tidak mengirim berita, bahkan tidak ada jejak-jejak keduanya. Pram dan Donny lenyap dalam sepi.

"Sayang ...." Bibir dingin itu berucap pelan, memanggil suaminya untuk ke sekian kali.

Bosan menunggu, Kailla memilih masuk ke dalam kamar sembari merapatkan piyama tidurnya yang tipis. Sempat bersin beberapa kali, sebelum menghempaskan tubuh lelahnya di atas sofa kamar. Ia sudah tidak bersemangat lagi.

"Ah ....." Kailla menghela napas berat. Gumpalan dadanya sudah mengeras, meminta dikosongkan. Entah dengan memompa atau menyusui langsung. Ia biasanya rutin melakukannya agar pasokan ASI tetap terjaga, tetapi sekarang mood-nya hancur.

"Kamu di mana? Kalau marah padaku, tidak begini caranya, Sayang." Wajah Kailla meredup, rona kecewa dan terluka itu terlihat jelas. Kailla memejamkan mata, bersandar di sofa.

Kantuk yang menyerang, membuat kepala Kailla terkulai. Tertidur dalam, sampai ia tidak sadar saat Pram menghubunginya. Denting pesan masuk pun menyusul setelah nada dering panjang.

[Sayang, maaf aku baru sempat menghubungimu. Ponselku tertinggal di mobil. Aku di rumah sakit. Hubungi aku saat bangun nanti. Love you.]

***

Suara deburan ombak sayup-sayup tertangkap indra pendengaran Kailla. Malam berganti, pagi sudah menyambut. Di ufuk timur, matahari mulai keluar dari persembunyian, menyusup masuk dari celah tirai jendela yang tidak tertutup sempurna.

Mata indah Kailla mengerjap saat merasakan sentuhan dingin di pipi kanannya. Kailla terkejut saat membuka mata, Pram sudah duduk di sampingnya dengan rambut basah.

"Sayang, kamu sudah pulang?" tanya Kailla dengan suara serak. Ia berusaha bangkit dari tidur.

"Kenapa tidur di sofa?" tanya Pram. Ada kilat penyesalan di dalam tatapan laki-laki itu. Semalaman ia mengabaikan Kailla. Bahkan semua panggilan dan pesan Kailla tak satu pun ditanggapinya. Keadaannya begitu serius, ia tidak bisa meninggalkan Keisya yang mendapat musibah kedua kalinya.

"Aku ... ketiduran menunggumu." Kailla menatap heran. Ia sudah berpindah tempat, sekarang posisinya bukan di sofa, tetapi di ranjang empuk yang terbungkus seprai biru muda.

"Maafkan aku. Keisya menghubungiku kemarin sore. Ibunya masuk rumah sakit dan aku membantu mengurusnya. Aku tidak sempat menghubungimu." Pram menjelaskan sembari mengusap rambut Kailla yang berantakan.

"Kamu mengabaikanku lagi," protes Kailla, mengalungkan kedua tangannya ke leher Pram dengan manja. Bersandar di dada bidang lelakinya, menikmati aroma parfum bercampur dengan sabun mandi. Pram sudah rapi dengan setelan kerja.

"Maafkan aku. Kamu tidak kuliah hari ini?" Pram mendekap Kailla dengan erat. Wajah bangun tidur istrinya sangat menggemaskan.

"Kepalaku sakit, aku mau tidur saja seharian. Anak-anak ke mana?" Kailla teringat pada si kembar. Sejak semalam keduanya tidak menangis kelaparan. Ia hanya menyusui keduanya saat hendak tidur malam.

"Aku meminta Kin dan Bin memegang mereka. Mereka sudah mandi dan wangi, sudah kenyang. Tidak perlu membuatkanku sarapan hari ini." Pram tersenyum.

Kailla mengangguk. "Apa yang terjadi semalam? Kapan kamu pulang?" tanya Kailla, masih bermanja-manja di dalam pelukan suaminya.

"Baru saja."

"Apa yang terjadi?" Kailla meminta penjelasan.

"Ibu Keisya kritis. Aku dan Donny mengurusnya. Prosesnya sedikit rumit. Awalnya Keisya membawanya ke rumah sakit dekat rumah, tetapi setelah beberapa jam di sana ... kondisinya menurun. Peralatan di rumah sakit itu tidak lengkap. Dalam keadaan kritis, kami harus memindahkan ke rumah sakit lain. Aku baru bisa pulang pagi tadi." Pram menghela napas lelah, menyandarkan kepalanya di pucuk kepala istrinya.

"Apa Mama masih menyudutkanmu?" tanya Pram, mencari tahu.

"Em ...." Kailla mengangguk.

"Kami sempat berdebat, tetapi aku memilih pergi. Kalau aku meladeni Mama, akan semakin panjang." Kailla menjelaskan.

Pram tergelak. "Tolong maklumi, Mama. Aku harus ke kantor sebentar lagi. Nanti siang atau pulang kantor ... aku akan mampir ke rumah sakit dulu. Tidak masalah, kan?" tanya Pram, meminta persetujuan.

Kailla menggeleng. "Jangan pulang malam lagi. Aku tidak akan mengizinkanmu menyentuhku kalau kamu melanggarnya." Kailla baru saja hendak mengecup bibir Pram, tetapi pria itu menolak. Menahan bibir Kailla yang menggerucut dengan telapak tangannya.

"Mandi dulu, baru boleh menciumku." Pram menolak. "Aromamu ... ckckck ...." Pram tergelak sembari menggelengkan kepala.

"Ah!" Kailla protes.

"Sekarang atau aku tinggal ke kantor. Pemalas!"

"Ah ... gendong aku." Kailla merentangkan tangannya dengan memainkan kedua alisnya.

"Aku seperti ayah dari tiga orang anak. Ini putri tertuaku." Pram tergelak, tetapi ia tidak menolak. Membiarkan Kailla bergelayut dan kedua kaki jenjang itu mengapit pinggangnya.

"Hanya saja ... hidupku belum sempurna, Kai. Sepertinya, aku harus mencari seorang istri. Tidak ada yang membantuku mengurus ketiga anakku." Pram tertawa saat melihat wajah cemberut Kailla. Kata mencari istri yang keluar dari bibir Pram membuat Kailla kesal.

"Sudah, mandi sekarang. Aku menunggumu di bawah." Pram menurunkan Kailla di kamar mandi.

***

Kailla menggendong putra bungsunya dan Binara menggendong Bentley di depan teras rumah untuk mengantar Pram berangkat ke kantor. Terlihat Kailla menggenggam tangan mungil putranya dan menggerakannya naik turun, melambai dan mengucapkan selamat jalan pada sang kepala keluarga.

"Aku berangkat, Sayang." Pram berteriak dari dalam mobil dan melambaikan tangan.

"Bye, Daddy." Kailla meniru suara anak kecil, mengajari kedua putranya.

Dari arah samping rumah, tampak Ibu Citra berjalan mendekat. Perempuan tua dengan gaun motif kotak kecokelatan itu tersenyum menyambut kedua cucunya dari kejauhan.

"Pagi-pagi perempuan tua ini sudah datang. Pasti mau mencari masalah lagi." Kailla menggerutu dalam hati. Menatap langkah tertatih-tatih Ibu Citra, Kailla semakin muak sendiri. Ia masih mengingat jelas kalimat pedas mertuanya.

"Sudah sarapan, Ma?" Kailla bertanya asal. Ia tidak mau terlalu banyak bicara.

"Hmm ... Pram tidak pulang ke rumah semalam, ya?" tanya Ibu Citra, tersenyum sinis ke arah menantunya. Bukannya menjawab pertanyaan Kailla, Ibu Citra mengalihkan topik pembicaraan.

"Jangan-jangan, Pram sudah menyadari kalau masih banyak perempuan di luar sana yang lebih pantas dan layak dijadikan istri," ucap Ibu Citra pelan. Ia sengaja melontarkan kalimat menyakitkan dan ia berharap Kailla mendengarnya.

"Ma!" Kailla setengah berteriak. Sejak kemarin menahan sabar, mertuanya kembali memancing kesal.

"Benar, kan? Pram tidak pulang. Harusnya kamu sadar diri, Kai. Introspeksi diri, kenapa sampai Pram memilih tidak pulang. Sesabar-sabarnya suami, pasti punya batasan. Sampai habis batas kesabarannya, Pram sendiri yang akan membuangmu. Belajarlah, Kai." Ibu Citra memulai pidato pertamanya pagi ini.

"Mama tidak mau rumah tangga kalian berantakan. Mama sudah tua, tidak sanggup mengurus Pram dan anak-anakmu."

Tangan Kailla sudah terkepal. Kurang tidur semalaman, membuat emosinya mudah terpancing.

"Ya, Pram menemui selingkuhannya. Mungkin ada baiknya seperti itu. Kalau memang Mama ingin merasakan memiliki menantu lain, silakan saja. Aku tidak keberatan. Siapa tahu, menantu baru Mama bisa lebih tidak perhitungan pada Mama. Lebih sayang pada Mama. Asal jangan istri Pram yang baru mengusir Mama pergi dari rumah." Kailla mengancam balik.

Deg--

"Dia sudah berani menjawabku." Ibu Citra bergumam pelan.

"Ya, apa yang aku takutkan? Aku tidak pernah takut pada siapa pun. Aku hanya takut kalau kartu-kartuku diblokir Pram." Kailla menjawab asal. Melenggang masuk ke dalam rumah, meninggalkan Ibu Citra yang membeku di teras rumah.

"Kai ... kita belum selesai bicara." Ibu Citra berteriak.

***

Tbc

1
Fitri ahmad
kok gak ada aq klik judulnya
Fitri ahmad
buset dahhh.. kuluarga upin ipin
Ayu Galih
Baguus banget karya2 mu kak dr awal 1,2 & 3 aqu ikutin cuma sayaaangnya aqu gk bisa lihat season ke 4 nya sefih bangeet ..😌
untuk yg lain aqu sdh melimpir kak...SEMANGAT ...
kalea rizuky
kaila kek bocah ua pernah selingkuh sih maklum suaminya tua jd liat yg muda kek. maruk/Smug/ jd inget dia pas selingkuh ma koko ditya ampe ciuman bibir menjijikan
kalea rizuky
Q baca lagi di taun 2025
Tifanny Lette
ceritanya real mana mba
Tifanny Lette
ceritanya real mana
Tifanny Lette
mba tau judul ceritanya panji dan ellena kah
Abiy Dewa
Luar biasa
Mak sulis
ternyata Keysa mendonorkan darah untuk Kailla..
membayangkan Pram kok mumet mboyong keluarga ke negri singa dan gak tau sampe kapan demi keamanan.
sat set sat set
Mak sulis
semoga ini jadi pelajaran dan pendewasaan buat Kailla
Mak sulis
hadduh kok Kailla juga diculik tapi gak papa sih..bisa ketemu anaknya.. tapi ngomong2 Sam kemana.. bakalan dirujak Pram ini
Mak sulis
Kailla jangan gegabah buat bergerak sendiri..dari pada tambah runyam
Mak sulis
Kailla dilarang menampakkan diri di hadapan Pram, ehhhslah nyusul ke kantor
Mak sulis
masih juga dikandungan sudah onty main jodoh2in aja
Mak sulis
warung sudah dibuka hidangan siap disantap ehhh gagal gara2 TLP interupsi
Mak sulis
Pram salah perhitungan..dg minta bantuan mama berharap bisa ngasih solusi malah dimarahi
Mak sulis
penasaran apa rencana Pram untuk membalas perlakuan Kai yg memancing dg memakai lingerie tapi harus jaga
Mak sulis
Sam semangaaaat!!!💪🏼💪🏼💪🏼 kerjaanmu double2😁
Mak sulis
lega..akhirnya Pram tau kalo Kailla hamil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!